Minggu, 30 November 2014

Memohon Perlindungan kepada Allah

Banyak-banyaklah berdoa kepada Allah agar kita istiqamah karena setan selalu mengintai bani adam kapan dan di mana dia berada di titik lengah.

Setan adalah makhluk yang sabar dan makhluk yang paling ambisi dalam menyesatkan bani adam.

Musuh yang mempunyai segudang tipuan dan pengalaman dalam menyesatkan.

Bersamaan dengan itu, setan adalah makhluk yang tidak terlihat nan sigap.

Kepada siapa lagi kita harus meminta perlindungan jika tidak kepada Sang Pencipta yang menciptakan setan itu sendiri.

Dialah Allah, Al Khaliq dzi Quwwatin Matin 'azza wa jalla, tempat kita berlindung.

Berkata Imam Ibnul Jauzi rahimahullah:

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya seorang hamba apabila menggantungkan diri (meminta perlindungan) kepada penguasa kalangan makhluk, niscaya tujuannya agar selamat dari kejelekan dan kezhaliman.

Maka lebih pantas lagi seorang meminta perlindungan kepada Allah Rabbul 'alamin agar dia bisa selamat dari syaithan sang musuh nan terlaknat. (Lihat Bustanul Wa'izhin-Ibnul Jauzi, hal. 5, cet. Darul Ashalah al Jazair 2010)

*Yang mengharap perlindungan Allah dari segala fitnah,
hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com
Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.

Sekian Waktu Menuntut Ilmu, Merasa Kurang Berfaidah

Pernahkah kita bergumam dalam hati:

"Aku senantiasa taklim rutin dan selalu ikut daurah-daurah. Tapi sepertinya aku merasa tidak bisa mengambil faidah kecuali sedikit.."

Bagi seorang sunni salafy yang merasa hal seperti ini, maka kita katakan kepada mereka:

" Wahai saudaraku, sesungguhnya kehadiranmu di majelis-majelis ilmu, sudah cukup bagimu untuk mendapatkan pahala dari Allah ta'ala.

Tahukah engkau bahwa menuntut ilmu adalah ibadah. Bahkan termasuk dari ibadah yang paling afdhal dan utama.

Maka janganlah engkau berputus asa atau merasa bosan dengan ilmu.

Lecutlah terus semangatmu dalam menuntut ilmu. Mintalah pertolongan kepada Allah ta'ala dan jangan merasa lemah.."

Demikianlah wahai saudaraku seiman dan semanhaj. Senantiasa belajar dan taklim adalah aktivitas yang tidak boleh putus. Jika kita diberikan 2 nyawa, niscaya kita akan terus menuntut ilmu walau nyawa yang satu telah hilang.

Sebagaimana seorang Abdullah ibnul Mubarak menyatakan demikian, ketika beliau ditanya: "Kalau seandainya engkau dibangkitkan kembali setelah matimu, maka apa yang akan engkau lakukan ?"

Al Imam Ibnul Mubarak menjawab:
"Aku akan menuntut ilmu sampai datang kepadaku malaikat maut di kali yang kedua".

Subhanallah..

Jawaban dari seorang yang mencintai ilmu dan mencintai proses dalam mendapatkannya.

Sungguh benar sabda Nabi shalallahu 'alaihi wasallam yang menyatakan:
"Dua ketamakkan yang keduanya tidak bisa mengenyangkan. Yaitu ketamakkan dalam mencari ilmu tidak akan mengenyangkan, dan ketamakkan mencari dunia tidak akan mengenyangkan" (HR. Al Hakim dan Baihaqi, dari Anas ibn Malik radhiallahu 'anhu. Hadits dishahihkan oleh Syaikh al Albani dan Syaikh Muqbil rahimahumullahu ta'ala).

Maka, semangatlah wahai saudaraku dalam menghadiri taklim-taklim ahlussunnah.

Jangan biarkan syaithan memutus jalanmu menuju surga dengan perasaan kurang mendapat faidah dalam belajar.

Mendapat pahala dan ampunan Allah seharusnya lebih kita tuju dibanding sekedar mendapat faidah.

Karena ilmu yang hakiki adalah ilmu yang bisa menghantarkan pengembannya kepada amal shalih dan al khasyah (rasa takut kepada Allah).

Yaa Allah istiqamahkanlah kami dalam menuntut ilmu. Berikanlah selalu keikhlasan kepada kami dalam menuntut ilmu. Dan berkahilah setiap ilmu yang kami dapat. Amin.

Semoga bermanfaat.
Wallahu 'alam.

Jumat, 28 November 2014

Tips Sukses dalam Menuntut Ilmu

Berkata Imam Syafi'i rahimahullah:

Janganlah seorang pun menganggap dalam menuntut ilmu (agama) ini dengan (memandang) harta dan ketinggian diri akan sukses.

Akan tetapi barangsiapa yang menuntutnya dengan kesederhanaan jiwa, kesempitan hidup dan pemuliaan ilmu, maka (inilah yang akan) sukses.

Sanadnya shahih.

Mukhtashar Jami'ul Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi-Ibnu Abdilbar, hal. 89

Pendidikan adalah Ibadah

Tentunya ibadah harus memenuhi 2 syarat. Ikhlash dan mutaba'ah.

Maka tidak boleh suatu pendidikan keluar dari keikhlasan.

Tidak boleh seorang pengajar dan orang tua anak didik memondasi tujuan mereka dalam mendidik anak beqtujuan selain tujuan keikhlashan.

Pengajar menginginkan bayaran dgn menarif tinggi lembaga pendidikan, sedangkan orang tua menginginkan selembar ijazah 'penentu masa depan'.

Tidak boleh juga suatu pendidikan keluar dari aturan dan bimbingan sunnah nabi.

Dengan alasan pendidikan, mereka melanggar bimbingan ulama, bertoleransi dgn sikap bermanhaj, mengorbankan agama, meremehkan al haq dan yang lainnya.

Maka jika pelanggaran-pelanggaran ini terjadi, dikhawatirkan orang itu telah menjadi ahlul ahwa.

Semua karena tidak melandaskan pendidikan dgn landasan ibadah.

(petikan faidah tausiah untuk ummahat oleh Ust. Abdurrahman Lombok di Mahad Riyadhul Jannah, Muharram 1436H)

Memahami Keinginan dan Kebiasaan Kedua Orang Tua

Kita punya kesukaan dan kebiasaan. Begitupun kedua orang tua kita, mereka pun punya kesukaan dan kebiasaan.

Terkadang sebagai anak, kita menyepelekan perkara ini. Kita tidak perhatian akan keinginan dan kebiasaan kedua orang tua kita.

Seringnya kedua orang tua kita enggan atau merasa tidak enak jika ingin menyampaikan sesuatu kepada kita. Apalagi terhadap sesuatu yang mungkin memberatkan kita.

Kita sebagai anak harus peka dan pintar mendeteksi hal ini. Jika telah jelas bagi kita, apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan, hendaknya kita berusaha keras untuk memenuhinya.

Berikut ini kami akan bawakan bagaimana salaf kita mencontohkan hal ini.

Dikisahkan di dalam kitab Shifatush Shafwah karya Imam Ibnul Jauzi, Muhammad bin Sirrin rahimahullah bercerita: Aku pernah mendapati di zaman kekhalifahan Utsman radhiallahu anhu, harga pohon kurma mencapai harga tinggi per pohon 1000 dirham.

Aku melihat seorang shahabat nabi, Usamah bin Zaid radhiallahu anhu berusaha mendapatkan pohon kurma walau harga sedang tinggi-tingginya.

Ketika mendapatkannya, beliau hanya memotong bagian ujung pohonnya dan mengambil jummarnya saja (jummar: bagian ujung pohon yang berwarna putih yang rasanya manis seperti madu).

Jummar tersebut diberikan kepada ibunya untuk dimakan.

Orang-orang yang menyaksikan berkata kepada beliau: Apakah gerangan yang mendorong engkau melakukannya? Padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma saat ini sedang tinggi-tingginya. 1000 dirham !

Maka shahabat nabi Usamah bin Zaid menjawab: Sesungguhnya ibuku meminta jummar kepadaku. Dan tidaklah ibuku meminta sesuatu yang aku mampu menunaikannya kecuali aku akan memenuhinya.

Subhanallah..

Tunggu dulu wahai saudaraku..

Saya ingin memberi satu contoh kisah lagi dalam hal ini.

Di kisahkan dalam kitab 'Uyunul Akhyar, Al Ma'mun menceritakan tentang Fadhl bin Yahya rahimahullah.

Al Ma'mun berkata: Tidak pernah aku melihat seorangpun yang paling berbakti kepada ayahnya selain Fadhl bin Yahya.

Yang telah sampai kepadaku tentang berbaktinya beliau, bahwa dahulu, Yahya (ayahnya Fadhl), kebiasaanya tidak pernah berwudhu kecuali dengan air yang hangat.

Pada suatu ketika, Fadhl bin Yahya dan ayahnya -karena kezhaliman penguasanya- di penjara.

Sipir penjara waktu itu melarang orang untuk memasukan kayu bakar ke dalam penjara ketika malam tiba. Padahal malam itu adalah malam yang dingin.

Lalu ketika malam tiba, Fadhl bangun dari tempat tidurnya dan mengambil kendi yang berisi air.

Kendi itu pun beliau gantungkan di dekat lampu obor dekat penjara.

Fadhl terus berdiri menggantungkan kendi tersebut, berharap agar air yang di dalam kendi tersebut bisa menjadi hangat dan bisa dipakai oleh ayahnya untuk berwudhu.

Fadhl melakukan demikian sepanjang malam hingga menjelang subuh.

Allahu akbar...

Semoga bermanfaat.

* Kisah Usamah bin Zaid dinukil dari Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf, hal. 107.

* Kisah Fadhl bin Yahya dinukil dari Hayatus Salaf, hal. 261

Al fakir ila maghfirah li rabbi,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

Menimbang Kejujuran "Adil Dunia dan Akhiratnya"


Pernyataan sebagian kaum muslimin d'kita harus adil dalam dunia dan akhirat' sering kita dengar.

Pernyataan tersebut kita yakini tidak tepat. Karena seorang mukmin harus memberatkan urusannya kepada kepentinan akhiratnya. Adapun dunia, hendaknya dia jadikan hanya sebagai sarana menuju kepentingan akhiratnya.

Walaupun pernyataan 'seimbang antara dunia dan akhirat' sebenarnya tidak tepat, tapi la'bas. Tidak mengapa. Anggap kita sepaham dengan mereka.

Mari kita koreksi bersama, amalan mereka yang berpaham 'seimbang' ini.

1. Jika mereka takut terlambat bangun tidur karena bisa menjadi sebabnya terlambat masuk kerja, apakah mereka juga takut terlambat shalat shubuh berjama'ah? Padahal shalat berjama'ah di mesjid adalah wajib bagi lelaki.

2. Jika mereka takut bolos masuk kerja karena khawatir kehilangan pekerjaan, apakah mereka juga takut bolos dari majelis ilmu? Padahal meninggalkan majelis ilmu adalah salah satu sebab yang bisa menghilangkan hidayah.

3. Jika setiap hari mereka update situs-situs berita manca negara, apakah setiap hari juga mereka meng-update berita kejadian di zaman nabi? Dimana dengannya, mereka akan mengetahui sunnah-sunnah yang bisa menyelamatkan kehidupan.

4. Jika dibenak mereka selalu ingin selangkah lebih maju dalam urusan dunianya, dan tidak mau monoton apalagi menurun karena itu teranggap sebagai kerugian, maka apakah dalam urusan akhiratnya dia mau selangkah lebih maju lagi dengan melakukan ibadah-ibadah dan amal shalih?

5. Jika pada mereka terluput dari perkara dunianya, mereka menyesal dan sedih. Tapi ketika ada perkara akhiratnya yang terluput, apakah mereka juga merasa menyesal dan sedih?

6. Jika mereka selalu ingin menambah penghasilan dunianya dengan lembur kerja, apakah mereka juga ada keinginan menambah ilmu dan ibadah dengan melemburkan diri?

7. Jika mereka takut berbuat salah karena khawatir dimarahi atasan, apakah mereka juga takut kalau bermaksiat? Padahal maksiat adalah salah satu sebab kemurkaan Allah.

Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin kami paparkan kepada mereka yang berpaham 'seimbang' ini. Tapi, semoga cukup untuk bahan renungan kita semua.

Artikel ini asalnya adalah nasehat untuk diri penulis sendiri.

Al Fakir ila Rahmatillah,
hanyaikhwanbiasa@catatankajianku.blogspot.com.

Jangan Bakhil dengan Rezeki yang Ada Padamu

Ikhwati fillah..
Kadang -bahkan sering- kita merasa sepertinya kebutuhan hidup sehari-hari selalu kurang.

Selalu ada saja yang belum terpenuhi dan terus menerus merasa belum cukup.

Memanglah demikian.

Sudah menjadi kebiasaan manusia mempunyai sifat merasa kurang dan kurang.

Perhatikan sabda Rasulullah shalallahu alahi wasallam ini:

Kalau seandainya ibnu adam mempunyai satu lembah dari harta, niscaya dia ingin menjadi dua lembah.
Kalau sudah mendapat dua lembah, niscaya dia ingin menambah lagi menjadi tiga.
Tidaklah ada yang bisa menghentikan (ambisinya) kecuali tanah (mati).
Dan Allah menerima taubat bagi siapa yang mau bertaubat.
[HR. Tirmidzy dari Ubay ibn Ka'ab radhiallahu'anhu, hadits dihasankan Syaikh Muqbil dan Syaikh al Albani rahimahumullahu ta'ala].

Berkata Syaikh Yaasin al 'Adani hafizahullahu ta'ala tentang hadits ini: Ucapan 'Dan Allah menerima taubat bagi siapa yang mau bertaubat' menunjukkan bahwa ambisi yang demikian itu adalah tercela.
(Lihat Fadhlu Ahlil Ilmi wadz Dzikr, hal. 9)

Ikhwatii fillah..
Bermuara dari ambisi yang tercela di atas, kadang bisa mencabang kepada berbagai akhlak yang tercela.

Di antara salah satu akhlak tercela itu adalah bakhil.

Ya, bakhil.

Bakhil adalah sumber kekurangan. Dan sebaliknya, dermawan adalah sumber kecukupan.

Perhatikan hadits berikut ini:
Dari Anas ibn Malik radhiallahu'anhu, beliau berkata:
Dahulu ada 2 orang bersaudara di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Salah seorang darinya kegiatannya adalah mendatangi Rasulullah (untuk belajar tafaquh fiddiin). Sedangkan salah seorang lainnya bekerja.
Maka saudaranya yg bekerja tsb mengeluhkan tentang saudaranya (yg aktifitasnya selalu belajar agama) kepada Nabi shalallahu 'alahi wasallam.
Maka Rasulullah menjawab keluhan tersebut dengan sabdanya: Barangkali engkau akan diberi rezeki dengan sebab saudaramu tersebut.
[HR. Tirmidzy dan al Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dan Syaikh al Albani].

Subhanallah..
Karena menghidupi seorang yang thalabul ilmi syar'i bisa menjadi sebab kelancaran rezeki seseorang !

Kalau demikian, bagaimana lagi keutamaan seorang ayah yang menghidupi sekaligus membiayai anaknya belajar agama?

Ikhwatii fillah..
Jangan Anda menjadi ayah yang bakhil kepada putra-putri Anda sendiri.

Coba tanyakan kepada putra atau putri Anda, mungkin masih ada keperluan thalabul ilminya yang masih Anda belum penuhi.

Yakinlah apa yang keluarkan dari keperluan putra-putri Anda, mungkin menjadi pembuka pintu rezeki bagi Anda.

Wallahu alam.

* Hanyaikhwanbiasa@catatankajianku.blogspot.com

Kelebihan Seorang Mukmin yang Berilmu

Di Antara Perbedaan Seorang Mukmin yg Bodoh dan Seorang Mukmin yg Berilmu

Berkata Masruq al Azdi rahimahullah:

Seorang mukmin dgn kebodohan dirinya akan takjub dgn amalannya.

Adapun seorang mukmin dgn ilmunya, akan takut kpd Allah.

(Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi, jil 2 hal 15, cet Darul Hadits th 2000)

Makna Hadits Malu Sebagian dari Iman

"Malu itu Sebagian dari Iman"

Hadits di atas diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari shahabat Abdullah ibnu Umar radhiallahu'anhu.

Berkata Imam ash Shan'ani rahimahullah:

Rasa malu bisa menjadi mulia, yaitu ketika malu dipakai kpd ha yg mencocoki syar'iat, maka hal ini tentu membutuhkan kpd iringan usaha ilmu dan niat.

Maka malu yg seperti ini adalah bagian dari iman.

Makna malu yg menjadi bagian dari iman adalah apabila orang yg malu tsb bisa berhenti dgn malunya itu dari melakukan maksiat.

Maka dgn hal di atas, malu laksana iman yg bisa memutuskan antara dia dan kemaksiatan.

Lihat Subulus Salam karya Iman ash Shan'ani rahimahullah di Kitabul Jaami' bab At Targhibu fii Makarimil Akhlaq.

Salah Satu Dampak negatif Beramal Tanpa Ilmu

Sufyan ibnu Uyainah mengabarkan bahwa Umar ibnu Abdil Aziz berkata:

Barangsiapa yg beramal tanpa ilmu niscaya lebih banyak merusak daripada memperbaiki.

Mukhtashar Jamiul Bayanil Ilmi wa Fadhlih Li Ibni Abdilbar hal. 38. Cet. Maktabah at Tijariyah 1992.

Ahlul Bid'ah Tidak Bisa Memberikan Kebaikan

Yakin, Ahlul Bi'dah Tidak Bisa Memberikan Kebaikan !

"Ketahuilah oleh kalian semua -semoga Allah memberkahi kalian- bhwasanya seluruh kelompok sesat tidak akan Allah jadikan melalui tangan-tangan mereka kebaikan.

Mereka tidak akan bisa menaklukkan daerah di negeri kafir.

Mereka tidak bisa meninggikan (memuliakan) bendera Islam.

Mereka senantiasa berusaha untuk mendapatkan tempat di pusat pemerintah muslimin.

Mereka memecah belah persatuan muslimin.

Mereka menghunuskan pedang kepada Ahlud Diin (Ahlussunnah).

Mereka merusak ketika bejalan di muka bumi".

Lihat Makhraj minal Fitnah-Syaikh Muqbil ibn Hadi al Wadi'i, hal. 109, penerbit Darul Atsar cet. Ke 5, th. 2005.

Meraih Ampunan dengan Majelis Ilmu

Salah Satu Keutamaan Majelis Ilmu adalah Menghapus Dosa

Berkata Atha bin Abi Rabah rahimahullah:

Barangsiapa yg duduk di suatu majelis dari majelis-majelis dzikr, maka akan dihapus dengannya 10 dari majelis-majelis bathil.

Lihat Jami'ul 'Ulum wal Hikam karya Ibnu Rajab rahimahullah di syarah hadits no. 18.

Akar Kesalahan

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:

Pokok kesalahan ada tiga:
1. Al Kibr (sombong). Ini adalah apa yg telah dijalani Iblis sebagaimana Iblis telah menempuhnya.

2. Al Hirs (tamak). Ini yg mengeluarkan Adam dari Jannah.

3. Hasad. Ini apa yg telah terjadi pada salah seorang putra Adam thd saudaranya.

Maka barang siapa yg terjatuh kepada (salah satu) ketiga kejelekan ini, maka dia akan dijatuhi dgn kejelekan (hasilnya).

Kufur berasal dari kesombongan.

Kemaksiatan berasal dari tamak.

Melampaui batas dan kezhaliman berasal dari hasad.

Lihat Al Fawaid-Ibnul Qayyim. Di nukil dari Al Imta' karya Nashir Ahmad Ali al Adani, hal. 11, cet. Maktabah Imam al Wadi'i 2008.

Rabu, 26 November 2014

Super Bakhil

Berkata Umar ibn Abdil 'Aziz rahimahullah:

Tidaklah aku memberikan sesuatu kpd seorangpun suatu harta kecuali aku menganggapnya remeh.

Sungguh, aku benar-benar malu kpd Allah 'azza wa jalla untuk meminta surga bagi saudaraku, sedangkan aku thdnya bakhil dari perkara dunia.

Apabila di hari kiamat dikatakan kpdku: Kalau saja surga berada di tanganmu, niscaya engkau dgn surga itu bakhil.

Lihat Sirah wa Manaqib Umar ibn Abdil 'Aziz karya Ibnul Jauzi rahimahullah hal. 127, cet. Dar Ibnul Jauzi 2012.

Ambisi Mendapatkan Kitab-Kitab Ilmu

Di Antara Jawaban Mengapa Ulama Begitu Ambisi Untuk Memiliki Kitab-Kitab Ilmu

Imam al Jahizh al Kinani rahimahullah (wafat 255H) berkata:

Barang siapa yg tidak menjadikan pengeluarannya untuk memiliki kitab-kitab tidak lebih lezat dibanding ketika mengeluarkan pengeluaran dalam rangka mendapatkan kesenangan dari budak-budak wanita atau kepuasan dari membangun bangunan-bangunan, maka dia tidak akan mencapai suatu ilmu yg tinggi nan teridhai.

Al Hayawan jil. 1, hal. 55. Dinukil dari Al Musyawwiq ilal Qira'ati wa Thalabil Ilmi hal. 35.

Sepak Terjang Ahlul Hadits Menbuat Stress Ahlul Bid'ah

Berkata Syaikh Muqbil ibn Hadi al Wadi'i:
"... Na'am, Para ahlul hadits dgn sebab khidmatnya mereka kpd agama ini, dan dgn sebab tegaknya mereka dgn jarh wa ta'dil dan yang menjelaskan tentang (siapa orang-orang yg berfaham) Mu'tazilah, Rafidhah, Syi'ah, Jahmiyah, Shufiyah, orang yg dhaif, pendusta, telah membuat stress orang-orang gila dari kalangan ahlul bid'ah.."

Petikan rekaman Manhaj Ahlul Hadits. Dinukil dari Al Fatawal Haditsiyah jil. 1, hal. 86, cet. Darul Atsar 2009.

Senin, 24 November 2014

Diantara Penyebab Durhaka Kepada Kedua Orang Tua

Mata pun Bisa Menjadi Sebab Si Anak Durhaka kpd Orang Tuanya

Urwah bin Zubair rahimahullah berkata:
Bukanlah termasuk berbakti kpd orang tua bagi siapa yg menajamkan pandangan kpdnya.

(Siyar A'lamun Nubala, Tahdzibnya juz 2 hal. 528. Dinukil dari Hayatus Salaf hal. 262)

Jumat, 21 November 2014

Diantara Tanda Riya pada Seseorang

Tanda-Tanda Riya
(Semoga Allah menyelamatkan kita dari hal ini)

Syaikh Yasin al 'Adani hafizhahullah menyebutkan tanda-tanda riya sebanyak 8 tanda.

1. Senang dihormati dan dimuliakan manusia. Gembira jika mereka memujinya.

2. Merasa senang kalau manusia menunaikan keperluan-keperluannya.

3. Merasa senang kalau manusia memudahkannya dalam jual beli dan transaksi. Kalau membeli dari mereka dgn harga murah, kalau menjual kpd mereka dgn harga mahal.

4. Merasa senang kalau manusia melapangkan tempat untuknya ketika mau duduk.

5. Selalu memaksiati Allah ketika dia sendirian, tapi ketika berada di tempat keramaian dia menampilkan sbg orang yg takut kpd Allah.

6. Tampil di hadapan manusia sbg orang yg semangat dan bersungguh-sungguh dgn maksud agar mendapat pujian manusia. Tapi jika tdk ada yg memujinya, dia menjadi orang yg kebalikannya.

7. Mencela dirinya sendiri ketika di hadapan manusia. Padahal dgn perbuatannya itu, dia mengharap pujian manusia.

8. Senang memperlihatkan ilmunya kpd manusia dalam rangka mendapat pujian.

(Disadur dari Dzammur Riya wa Ahlihi karya Syaikh Yasin al Adani hafizhahullah, Hal. 100, cet. Maktabatul Imamil Wadi'i 2014).

Nb: Postingan ini jangan disalah artikan ya. Ini ditujukan buat ana pribadi. Kalau ada teman-teman yg menilai ana ada yg sudah masuk ke salah satu point di atas, tulung ingatkan ana via japri.

Semoga Allah membalas teman-teman dgn kebaikan yg banyak bagi yg mau negur ana ketika ana salah. 

Seberapa Pentingkah Mempelajari Ilmu Mushthalah?

Apa kata Syaikh Muqbil tentang Ilmu Mushthalah Hadits

Berkata Syaikh Muqbil al Wadi'i rahimahullah:
Mengenal ilmu mushthalah adalah termasuk dari perkara yg penting bagi seorang penuntut ilmu.

Karena dia akan melewati dlm kitab-kitab rijal (kitab yg menerangkan perawi hadits), kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab hadits (istilah-istilah berikut):

'Ini hadits munkar'
'Ini hadits syadz'
'Ini hadits munqathi'
'Ini hadits mudhtharib'
'Di dalam sanadnya ada seorang mudallis'

Terkadang seorang tidak tahu apa makna ini.

Akan tetapi apabila pada seorang telah mempunyai dasar dari ilmu mushthalah, maka segala puji syukur bagi Allah yg telah memudahkannya atas hal ini.

(Rekaman Syaikh dlm Muraja'ah kitab At Tadrib di bagian pertama)

Dinukil dari Fatawa Haditsiyah li 'Allamatid Diyaril Yamaniyah Muqbil ibn Hadi al Wadi'i, juz 1 hal. 93, cet. Darul Atsar, th. 2009.

Ini.. Baru Lelaki Sejati !

Abu Zinad berkata:
Aku tdk pernah melihat seorang pun yg lebih mengetahui sunnah dibanding Al Qasim ibn Muhammad.

Dahulu seorang lelaki tdk teranggap sbg lelaki sampai dia mengetahui sunnah.

Lihat Shifatush Shafwah karya Ibnul Jauzi, jil. 1 hal 351, cet. Darul Hadits.

Kapan Terjadinya Isra' wal Mi'raj?

Para ulama berselisih akan kepastian waktu terjadinya.

Dalam kitab Rakhiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman al Mubarakfury (hal. 135, cet. Darul Wafa) disebutkan 6 pendapat dgn rinci tanggal, bulan dan tahunnya.

Syaikh Muqbil al Wadi'i rahimahullah menyatakan dlm tahqiq/catatan kakinya di kitab Shahihul Musnad min Dalailin Nubuwah karya beliau sendiri (hal. 261, cet. Darul Atsar):

"... Tanbih yg kedua: Apa yg dikatakan bahwa Isra (dan Mi'raj) Nabi shalallahu alaihi wasallam terjadi pada malam 27 Rajab adalah tidak tsabit. Ini sebagaimana yg disebutkan Ibnu Hajar dlm kitabnya yg lurus 'Tabyinul Ujab..'.

Kami meyakini bahwasanya Allah ta'ala telah memuliakan Nabi-Nya Muhammad shalallahu alaihi wasallam dgn Isra dan Mi'raj sebelum peristiwa Hijrah.

Dan tidak memudharatkan kami apabila kami jahil akan pengetahuan kapan kepastian waktu terjadinya.

Wallahu a'lam.

Siapakah Wali Allah itu?

Mereka adalah yg beriman kpd Allah dan bertakwa kpd-Nya.

Mereka juga yg senantiasa mengikuti keridhan-Nya dan yg selalu mengikuti (sunnah) Rasul-Nya.

Imam Syafi'i rahimahullah berkata: Apabila kalian melihat seorang bisa berjalan di atas air atau terbang di udara, jangan kalian percaya padanya dan jangan kalian tertipu olehnya. Sampai kalian tahu bagaimana sikap mutabaahnya (pengikutannya) kpd Rasul shalallahu alaihi wasallam.

(Disadur dari 200 Sualun wa Jawabun fil Aqidah-Syaikh Hafizh al Hakami rahimahullah, hal. 198, Soal ke 222, cet. Darul Iman)

Ucapan Ketika Marah

Apa yang Diucapkan Salaf ketika Marah?

Ibnu Qa'nabi bercerita bahwa Ibnu 'Aun rahimahullah tidak pernah marah.

Apabila ada seseorang yang membuat dia marah, maka dia akan berkata:
بارك الله فيك
"Baarakallahufiik"

(Hilyatul Aulia-Tahdzibnya 1/443. Dinukil dari Hayatus Salaf Bainal Qaulu wal Amal, hal. 340, cet. Dar Ibnul Jauzi

Semangat Abu Qilabah dalam Mendapatkan Ilmu

Seorang Imam Muhaddits al Hafizh Abdullah ibn Zaid al Jarami al Bashri, atau lebih dikenal dgn Abu Qilabah rahimahullah. Beliau lahir di Bashrah dan tinggal di Syam.

Beliau rahimahullah berkata:

Aku telah bertolak ke Madinah sebanyak 3 kali. Tidak ada keperluanku ke sana kecuali hanya karena ada seorang lelaki yg mempunyai sebuah hadits di sisinya. Maka aku pun ingin langsung mendengarnya dari dia.

(Lihat Rihlah fi Thalabil Hadits karya Al Khathib al Baghdadi rahimahullah, hal. 74, cet. Dar Ibnul Jauzi).

Menghilangkan Bentuk Salip

Menjauh dari Sesuatu yg Berbentuk Salip adalah Salah Satu Bentuk Penjagaan Tauhid.

Berkata Syaikh ibnu Utsaimin rahimahullah:

...Telah sampai kepada kita khabar tentang bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menutup pintu-pintu kesyirikan dan jalan-jalan yg menuju kesyirikan.

Yaitu dgn meninggalkan gambar-gambar di rumah yg bisa menjadi sarana diibadahinya selain Allah.

Atau bentuk-bentuk yg diagungkan layaknya pengagungan ibadah.

Dalam Shahih Bukhari, diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, beliau berkata: Tidaklah Nabi shallallahu alaihi wasallam jika mendapati di dalam rumahnya sesuatu yg berbentuk salip, kecuali akan dihancurkan.

Salip adalah benda yg dipakai oleh orang Nashrani sbg syiar agama mereka atau sbg benda yg diibadahi.

Salip adalah bentuk yg digariskan dari atas ke bawah, dan digariskan dari sisi atasnya ke samping. Sama saja, apakah garisnya melintang sama atau agak ke atas.

Kaum Nashrani menganggap bahwa Al Masih Isa ibnu Maryam disalip setelah dibunuh.

Allah ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an mendustai anggapan mereka bahwa Isa dibunuh: "Dan tidaklah mereka membunuhnya dan menyalipnya. Akan tetapi itu adalah orang yg diserupakan bagi mereka" (An Nisa 157).

Dan firman Allah ta'ala: "Dan tidaklah mereka membunuhnya dgn yakin. Akan tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya, dan Allah Dzat yg Maha Mulia dan Maha Hikmah" (An Nisa 157-158).

Kaum Nashrani sangat mensucikan salip dan menempatkannya pd posisi mulia. Mereka kalungkan salip itu di leher-leher mereka.

Maka inilah bimbingan Nabi. Yaitu dgn menghilangkan sesuatu yg berbentuk salip sbg bentuk penjagaan kepada tauhid dan sbg bentuk menjauh dari menyerupai orang-orang selain Islam...

[Lihat Adh Dhiyaul Lami min Khuthabil Jawami-Syaikh Utsaimin rahhmahullah, jilid 2 hal. 18-19, cet. Maktabatush Shafa].

Kamis, 20 November 2014

Ngalap Berkah

Memaknai Ngalap Barakah dengan Benar.

Berkata Syaikh Shalih Abdil Aziz alu Syaikh rahimahullah:

Setiap muslim pada dirinya terdapat barakah.

Dan barakah yang dimaksud bukan barakah pada dzatnya.

Akan tetapi yang dimaksud adalah barakah pada amal dan barakah yang teriring dari islam dan keimanan.

Dan barakah yang terdapat dalam hatinya, berupa ketundukkan, pengagungan dan pemuliaannya terhadap Allah ta'ala.

Dan barakah karena ittiba'nya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Maka barakah inilah yang terdapat pada ilmu, amal dan kebaikan !

Tidaklah barakah bisa terambil melalui dzat seseorang yang satu kepada yang lainnya.

Kita harus memahami bahwa makna tabarruk (mengambil berkah) kepada orang baik, adalah dengan cara mengikuti kebaikan mereka.

Mengambil berkah kepada orang berilmu adalah dengan cara mengambil ilmu mereka dan mengambil faidah dari ilmunya.

Demikianlah.

Tidak boleh mengambil barakah kepada mereka dimaknakan dengan cara mengusap-usap mereka, atau memanfaatkan keringat mereka.

Karena sebaik-baik manusia dari umat ini, yaitu para shahabat nabi, tidak melakukan yang demikian kepada Abu Bakr ash Shidiq, Umar ibnul Khaththab, Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib.

Ini adalah perkara yang jelas !

Silahkan lihat At Tamhid Syarah Kitabit Tauhid karya Syaikh Shalih Abdil Aziz alu Syaikh hal 127.

Bahaya Hawa Nafsu plus Bodoh

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:

Sudah seyogyanya bagi seseorang untuk mengetahui bahwasanya, hawa nafsu sajalah yang bisa menghantarkan kepada kerusakan dan kejelekkan, jika beriringan dengan kebodohan.

Lihat Syifaul Alil-Ibnul Qayyim hal. 336 cet. Darul Hadits.

3 Modal dalam Dakwah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

Sudah semestinya bagi seseorang (dai) untuk mempunyai tiga perangai ini:

Ilmu, kelembutan dan kesabaran.

Ilmu dibutuhkan sebelum memerintahkan (kebaikan) dan melarang (kejelekkan).

Kelembutan pun mengiringinya (dalam berdakwah).

Dan kesabaran adalah setelahnya.

(Al Fatawa 28/137. Dinukil dari Usus Manhajis Salaf fid Da'wah ilallah-Fawwaz Halil Rabah as Suhaimi, hal. 165. Kitab ditaqdim oleh Syaikh Fauzan, Syaikh Ubaid dan Syaikh Ali Hudzaifi hafizhakumullahu jami'an).

Aku Tidak Mau Memberatkan Rabb-ku

Ibnul Jauzi membawakan sebuah kisah dari kisah-kisah orang bodoh dan dungu.

Diantara kisah yg dibawakan adalah:

Suatu hari ada seorang arab badui (orang dari pelosok kampung) berdoa: Yaa Allah ampunilah aku seorang saja.

Maka dikatakan kepadanya: Coba engkau doakan juga bagi orang yg lainnya, karena Allah Maha Luas AmpunanNya.

Arab badui tersebut berkata: Aku tidak mau memberatkan Rabb ku.

(Lihat Akhbarul Ahmaq wal Mughaffilin-Ibnul Jauzi. Hal. 73)

Minggu, 09 November 2014

Memakai Anak Kecil sebagai Mahram

Apakah Anak Kecil Bisa Menjadi Mahram Safar Bagi Muslimah?

Pertanyaan diajukan kpd Dewan Fatwa Ulama Saudi Arabia (Lajnah Daimah):

Aku punya keponakan lelaki dari saudaraku yg berumur 5th dan keponakan lelaki dari saudariku yg berumur 4th.
Apakah keduanya bisa menjadi mahran safar untukku?
Dan apakah benar bahwa patokan yg bisa dijadikan mahram safar itu adalah siapa-siapa yg sudah bisa membedakan sesuatu dari warna, manis dan lainnya?
Atau patokannya sampai dia baligh?


Jawaban Lajnah:

Disyaratkan bagi mahram yg menemani muslimah untuk safar, adalah yg baligh dan berakal.
Karena anak kecil yg belum berakal tidak bisa menunaikan maksud dari adanya mahram, berupa bentuk penjagaan dan menunaikan keperluan lainnya thd wanita.
Wabillahi taufik, shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbihi wasallam.

(Fatawal Lajnah Daimah juz 17 hal. 338. Dinukil dari Fatawal Adab wal Bir wash Shilah, hal. 46)

Rabu, 05 November 2014

Harta di Sisi Salaf

Di Mata Salaf, Harta Tidak Ada Nilainya

Berkata Maimun ibn Mihran rahimahullah:

Didatangkan kepada Ibnu Umar 22.000 dinar di suatu majelis. Tidaklah beliau berdiri sampai harta tersebut habis dibagi-bagikan.

(Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi, juz 1 hal. 217 cet. Darul Hadits)

Orang Sesat Benci Hadits

Imam Abu Nashr Ahmad ibn Salam al Faqih berkata:

Tiada sesuatu pun yang lebih memberatkan dan yang lebih membuat marah ahlul ilhad (orang yang menyimpang), kecuali mendengarnya mereka dari hadits dan riwayatnya dgn sanad-sanad.

(Dikeluarkan oleh Imam ash Shabuni dlm Itiqadus Salaf 168 dan Khathib al Baghdadi dlm Syarafu Ash-habul Hadits 165. Dinukil dari Al Fatawal Haditsiyah-Syaikh Muqbil hal. 75)

Malu Taklim

Syaikh ibn Baz rahimahullah berkata:

Rasa malu yang mencegah dari menuntut ilmu dan yang menghalangi dari nasehat, maka ini adalah suatu kekurangan dan kelemahan, bukan rasa malu.

(Syarah Shahih Bukhari-Syaikh ibnu Utsaimin, ta'liq di juz 1 hal. 69, cet. Maktabah Thabari