Sabtu, 31 Oktober 2015

Penasmi Al Qur'an

Sungguh, apa yang kau amalkan saat ini sangat berarti.

Tidak semua orang mampu menjalaninya.

Amalan ini membutuhkan kesungguhan, kesabaran dan penuh pengorbanan.

Tidak mampu menjalaninya kecuali orang-orang yang tangguh.

Siapakah mereka?

Mereka adalah para penasmi Al Qur'an di ma'had-mah'ad ahlussunnah.

Ya. Mereka adalah orang-orang yang bersungguh-sunguh untuk mempersiapkan generasi rabbani yang kuat dalam berhujjah kelak.

Mereka juga adalah orang-orang yang penuh kesabaran dalam menjaga dan mengoreksi hafalan Al Qur'an di dada-dada manusia.

Wahai para penasmi Al Qur'an, engkau mau korbankan waktu dan tenagamu di saat orang-orang merasa sibuk dan lelah.

Wahai para penasmi, sungguh engkau telah mengisi salah satu central lini dakwah ini.

Menjaga kalamullah di dada-dada generasi dakwah.

Semoga Allah membalas engkau dengan kebaikan yang banyak.

Semoga Allah memperbanyak orang-orang sepertimu dan terus mengistiqamahkan amalanmu.

Amin.

Bencong Ooh Bencong

Sosok makhluk aneh ini kian hari kian tampak.

Semerbak harum menyengat seakan memaksa mata tuk menatap.

Kodrat kejantanan hilang terbalut gerak gemulai mengundang laknat.

Inilah bencong, sosok makhluk halus nan gagah berpostur tegap.


Ikhwati fillah rahimakumullah..
Fenomena bencong akhir-akhir ini cukup membuat resah.

Hampir di sudut-sudut keramaian, sosok bencong telah merambah.

Pro dan kontra akan keberadaannya menjadi bukti akan minimnya masyarakat akan ilmu syariah.

Sebagian orang menilai keberadaan bencong adalah suatu perkara yang lumrah.

Parahnya lagi, bagi sebagian yang mengaku sebagai pemerhati sosial, menganggap keberadaan bencong adalah suatu bentuk hak asasi yang mesti dilindungi.

Allahu musta’an.

Ikhwati fillah rahimakumullah..
Jika kita mau menengok aktifitas dunia intertaiment, akan terlihat bahwa keberadaan bencong seakan telah menjadi peran yang signifikan.

Di dunia hiburan misalnya, eksistensi bencong akan menjadi superstar ketika berlaga di panggung hiburan.

Bencong seakan menjadi peran penting dalam meramaikan suasana.

Seakan tidak ramai jika ada acara tanpa lawakan bencong.

Aksi iklan pun tak ketinggalan, sebagian promotor produk telah menganggap sosok bencong adalah lahan basah untuk digarap.

Ikhwati fillah rahimakumullah..
Bencong dengan berbagai jenis dan kelasnya telah menembus setiap lini aktifitas.

Disamping eksistansinya di dunia kaca, aksi-aksi bencong-bencong kelas akar rumput tidak kalah parahnya.

Mereka sejatinya adalah orang-orang yang tidak beradab.

Ya. Sangat tidak beradab.

Lihatlah aksi pengamen bencong kelas rendahan!

Mereka kerap memamerkan pakaian seronok, tanpa malu-malu menebar show erotis nan menjijikan di depan publik.

Di depan umum mereka bebas mempertontonkan aksi-aksi menjijikkan.

Tak jarang, anak-anak pun mendapat sajian asusila, live on the street!

Berekspresi liar.

Berlindung di bawah naungan HAM dan balutan seni.

Belum lagi jika kita amati ke sisi dalam kehidupan underground mereka.

Aksi bencong lacur yang bertebar menjajakan tubuhnya kepada sesama jenis.

Perilaku homoseks yang dianut para sebagian bencong,kini ramai dikampanyekan oleh klub-klub gay.

“I am a gay”

Telah menjadi slogan 'keberanian' bagi bencong sejati.

Pemilihan “Miss Bencong” pun tak ketinggalan, tanpa segan dan malu mereka gelar.

Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Mereka berani tentu karena tahu bahwa di luar komunitasnya, telah ada para pembela yang mendukung gaya perbencongan nusantara.

Duhai betapa mirisnya kenyataan ini.

Lalu bagaimana Islam memandang hal ini?

Berkata Shahabat yang mulia Abdullah ibnu Abbas radhiallahu ’anhuma yang artinya:"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki." (HR. Al-Bukhari no. 5885)

Pehatikan pula kalam dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda (yang artinya): "Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth (homo), Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth".

(HR Ahmad dan selainnya dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma, lihat As-Shahihah No. 3462).

Dengan kenyataan yang demikian, sungguh mengherankan jika ada seorang muslim yang menyatakan:

“Biarkan saja, mereka kan juga cari uang, anggap saja itu hiburan!”.

“Bencong juga manusia, kenapa sih diusik-usik?”

“Jangan sok suci, siapa tahu bencong lebih baik daripada dirimu..”

“Emang ada apa dengan bencong? Menurutku no problem”

Allahu akbar !

Betapa jauhnya pernyataan di atas dengan perlakuan Rasulullah terhadap seorang bencong!

Pernah didatangkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam" Al-Mukhannats" (waria) yang telah mewarnai tangan dan kakinya dengan hina’ (pewarna alami untuk kuku,rambut atau kulit. Pent).

Maka Rasulullah "shalallahu ‘alaihi wasallam "berkata ; “Ada apa dengan orang ini ??”

Maka dikatakan pada beliau, "Wahai Rasulullah dia menyerupai wanita"

Maka beliau memerintahkan suatu hukuman agar orang tersebut diasingkan ke daerah "AnNaqie’ "(tempat sejauh perjalanan dua malam dari Kota Madinah).

Maka para shahabat berkata : ” Wahai Rasulullah , Apakah tidak kita bunuh saja?

Beliau menjawab, ”Sesungguhnya aku dilarang untuk membunuh orang-orang yang shalat"

(HR. Abu Dawud No. 4928 Dishahihkan oleh Al-Albani Rahimahullah)

Lihatlah, bagaimana Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam memperlakukan seorang yang mewarnai tangan dan kakinya dengan pewarna.

Tentunya ini hal yang tidak lazim bagi lelaki.

Rasulullah akhirnya memerintahkan agar orang tersebut diusir agar jauh dari komunitas muslimin.

Ikhwati fillah,
Lalu bagaimana jika keadaannya di zaman sekarang?

Ketika aksi-aksi nista dipertontonkan dan pamer aurat pun di obral tanpa segan.

Apakah kita diam saja?

Tidak!

Ikhwati fillah,
Mari kita lihat, bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Perkasa telah mengazab pelaku homoseks.

Dalam Firman-Nya (yang artinya): “Kami jadikan kaum Luth itu yang berada di atas menjadi di bawah (dibalikkan) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar secara bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Rabbmu. Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zhalim” (Al-Hud: 82-83)

Allahu akbar!

Duhai betapa hajatnya kita kepada pertolongan Allah.

Ikhwati fillah rahimakumullah..
Jangan berpangku tangan.

Sayangi kaum muslimin.

Mari kita tebarkan kepada kaum muslimin ilmu, amal dan dakwah yang benar.

Kita berikan pencerahan kepada muslimin dengan menebar pemahaman bagaimana bersikap yang benar terhadap bencong.

Tentu yang selaras dengan Al Qur'an dan As Sunnah dengan pemahaman salafush shalih.

Dan tentunya juga butuh kesabaran dalam menjalaninya.

Wallahu alam.


* Disempurnakan dari artikel "Jangan Mau Jadi Penolong Bencong" di catatankajianku.blogspot.com.

Selasa, 27 Oktober 2015

Islam Banyak Alirannya. Yang Benar yang mana?

Bingung dengan perpecahan yang terjadi di umat Islam?

Tidak usah bingung.

Abul Aliyah rahimahullahu seorang murid shahabat nabi berkata, "Kalian wajib berpegang dengan perkara yang dijalani oleh orang-orang terdahulu sebelum mereka berpecah. (yaitu para shahabat nabi, pent)."

Berpegang dengan amalan para shahabat nabi?

Teorinya gampang, akan tetapi susah dalam prakteknya.

Selalu saja 'ide-ide liar' (bid'ah) dalam beragama kian bermunculan.

Makanya, butuh kesabaran.

Imam al Auza'i rahimahullah berkata, "Sabarlah dirimu di atas sunnah. Berhentilah di mana berhentinya kaum tersebut (yaitu para shahabat nabi, pent). Bicaralah dengan apa yang mereka bicara, berhentilah dengan apa yang mereka berhenti. Tempuhlah jalan pendahulumu yang shalih, karena yang demikian itu mencukupimu sebagaimana mereka telah cukup."

Oleh karenanya yang penting adalah sesuai sunnah atau tidak.

Sufyan ats Tsauri rahimahullah berkata, "Janganlah engkau menetapi ucapan dan amalan kecuali dengan yang mencocoki sunnah."

Intinya beragama itu mudah dan tidak perlu dibuat susah.

Sederhana saja.

Abdullah ibnu Mas'ud radhiallahu'anhu katakan, "Sederhana di dalam sunnah itu lebih baik daripada sungguh-sungguh di dalam bid'ah."

Wallahu alam.

(Atsar-atsar di atas diambil dari kitab Al Amru bil Ittiba' wan Nahyu 'anil Ibtida'-Imam as Suyuthi, hal. 9-10, cet. Darul Istiqamah 2013).

Minggu, 25 Oktober 2015

Belajar atau Ngajar Sama Saja

Tahukan Anda, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang pengajar Al Qur'an bagi anak-anak.

Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma menuturkan, "Dahulu Rasulullah mengajari kami bacaan tasyahud sebagaimana beliau mengajari kami sebuah surat dalam Al Qur'an." (HR. Muslim).

Apakah Anda juga seorang pengajar Al Qur'an?

Jika ya, maka berbahagialah karena Anda telah menapaki amalan Rasulullah.

Dan memang itulah yang semestinya dilakoni oleh seorang Ahlussunnah. Menjadi seorang pengajar Al Qur'an.

Terdepan dalam mengajari anak-anak kaum muslimin untuk bisa mengenalkan huruf-huruf Al Qur'an dan ilmu-ilmu yang berkaitan tentang Al Qur'an baik tajwid atau makhrajnya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari).

Kalau Anda tidak mampu mengajari Al Qur'an, Anda masih bisa mendapat predikat sebaik-baik manusia.

Yaitu menjadi seorang yang belajar Al Qur'an.

Ikhwatii fillah rahimakumullah, mari kita semangat untuk menjadi seorang pengajar Al Qur'an atau seorang yang belajar Al Qur'an.

Wahai Anak-anakku, Dengarlah Ayah

Wahai Anak-Anakku, Dengarlah Ayah Kalian ini

Wahai anak-anakku, kuberitahukan kepada kalian bahwa ayah kalian ini tidak bangga dengan tingginya pangkat dan jabatan kalian, yang ayah maukan adalah tingginya ilmu agama kalian.

Ayah kalian ini tidak berharap kalian kelak menjadi orang-orang yang berharta banyak, tapi yang bapak harap adalah banyaknya bekal amal shalih kalian di akhirat.

Bukan pula ayah kalian ini bahagia ketika melihat rumah-rumah kalian lapang dan luas, akan tetapi kebahagian ayah adalah ketika melihat kelapangan diri-diri kalian ketika ayah nanti sudah tua dan lemah.

Kalian hendaklah bersabar dengan keadaan ayah.

Sabar melayani dan mengurusi ayah.

Ketika ayah kalian ini sakit, sudi kiranya kalian mau menemani ayah di pembaringan.

Menunggu ayah, membantu ayah untuk bersuci dan berwudhu kemudian mengingatkan kapan masuknya waktu shalat.

Terus bersabar sampai...

Di saat detik-detik di sisa kehidupan ayah, kalian tidak lupa untuk menuntunkan kepada ayah...

"Laa ilaha illallah.."

Semoga kalimat terakhir ayah kalian ini adalah kalimat tauhid yang bisa dijadikan harapan untuk ayah masuk surga Allah ta'ala.

Wahai anak-anakku...
Inilah yang ayah harapkan dari kalian.

Ayah ajari dan didik kalian dengan ilmu agama, tidak lain dan tidak bukan karena ayah ingin kalian menjadi anak-anak yang shalih.

Yang bisa mendoakan dan bisa memohonkan ampun atas dosa-dosa ayah kalian kepada Allah.

Yaa Allah, jadikanlah anak-anak kami menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah dan anak-anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.

Aamiin.

Selasa, 20 Oktober 2015

Ahlul Bid'ahnya Pintar dan Cerdas!

Jangan Tertipu dengan Kebaikan dan Kecerdasan Mereka

Syaikh Rabi ibn Hadi berkata, "Kebanyakan manusia tertipu dengan kebaikan yang ada pada ahlul ahwa.

Juga tertipu dengan kecerdasan yang ada pada ahlul ahwa.

Maka dengan sebab itu, mereka pun menjalin hubungan dan berinteraksi dengan ahlul ahwa.

Allah pun membiarkan mereka (pada kesesatannya) dan akhirnya mereka pun terjatuh pada kesesatan.

Ini suatu yang nyata!

Hal ini sudah diisyaratkan oleh Imam Ibnu Bathah rahimahullah, beliau berkata, "Kami telah mengetahui adanya orang yang dahulunya mereka mencela dan mencerca ahlul bid'ah, tapi ketika orang tersebut duduk-duduk dan bergaul dengan mereka, maka orang itu pun akhirnya bersahabat dengan mereka."

Ini nyata terjadi di setiap zaman dan tempat..!"

(Syarhu Ushulis Sunnah-Syaikh Rabi ibn Hadi, hal. 10, cet. Maktabatu Hadyil Muhammadi 2008).

Kunci Surga Mesti Bergerigi

Kunci Surga Mesti Bergerigi

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah berkata, "Kunci surga adalah 'Laa ilaha illallah'.

Akan tetapi bukan maksudnya adalah lafazhnya saja.

Yang dimaksud adalah lafazhnya, maknanya dan juga amal dari konsekuensi kalimat tersebut.

Oleh karenanya Wahb ibn Munabih pernah ditanya, "Bukankah Laa ilaha illallah adalah kunci surga?"

Wahb menjawab, "Ya benar, akan tetapi tidaklah kunci itu kecuali ada geriginya. Jika engkau memiliki kunci yang terdapat geriginya maka engkau akan dibukakan pintu surga, tapi jika tidak bergerigi maka pintu surga tidak akan bisa dibukakan untukmu"

Gerigi dari kunci surga ini diantaranya adalah amalan-amalan seperti shalat, zakat, puasa dan haji.

Maka tidaklah cukup sebuah kunci tanpa gerigi..!"

(At Ta'liqul Mukhtashar ala Abyati Washfil Jannah-Syaikh Shalih Fauzan, hal. 12, cet. Al Miratsu Nabawi 2011).

Penuntut Ilmu Harus Tawadhu

Seorang Penuntut Ilmu Hendaknya Bersifat Tawadhu

Ayub as Sikhtiyani rahimahullah berkata, "Sudah sepantasnya bagi seorang alim untuk menaburkan tanah di atas kepalanya sebagai bentuk ketawadhuan kepada Allah."

Dan mereka (para ulama) berkata, "Ketawadhuan dari seorang penuntut ilmu akan menghasilkan ilmu yang banyak sebagaimana tempat yang rendah akan lebih banyak menampung air."

(Awaiquth Thalab-Syaikh Abdussalam Barjas, hal. 38, cet. Darul Minhaj 2003).

Sabtu, 17 Oktober 2015

Susah Mendapat Ilmu

Pantas Saja Kok Dapat Ilmu Itu Susah

"Ngaji udah lumayan lama tapi kok merasa gini-gini aja ya... Kenapa ya?"

Mari kita simak bersama penuturan Syaikh Utsaimin di bawah. Mudah-mudahan ada pencerahan.

Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah, "... Sesungguhnya ilmu tidaklah didapat oleh seseorang karena dari dirinya semata.

Manusia dalam mendapatkan ilmu sangat membutuhkan Allah.

Tidaklah ilmu itu diperoleh karena sebab hasil dari usahanya saja.

Betapa banyak manusia menghabiskan waktunya bertahun-tahun untuk menimba ilmu, tapi ternyata ilmu tersebut tidak bisa didapat-dapat.

Tapi ada juga seseorang yang bisa mendapat ilmu di dalam tempo waktu yang pendek.

Semuanya tergantung kepada bagaimana kualitas penyandaran orang tersebut kepada Rabb-nya dan bagaimana pula kualitas doa orang tersebut dalam meminta tambahan ilmu kepada Rabb-nya."
-selesai-

Nah lho...
Kira-kira seberapa besar kualitas doa kita ya..?

Jangan-jangan selama ini kita kurang perhatian sama hal ini..?

Hmmm...
Pantes.

(Ucapan Syaikh dikutip dari Syarh Muqaddimatil Majmu'-Syaikh Utsaimin, hal. 45, cet. Dar Ibnil Jauzi 2004).

Imam Ahmad pun Pernah Lupa ketika Shalat

Imam Ahmad ibn Hanbal. Siapa yang tidak kenal beliau. Rahimahullahu ta'ala.

Yahya ibn Ma'in berkata tentang beliau, "Jika seandainya kita duduk-duduk bermajelis untuk memuji Imam Ahmad, niscaya kita tidak mampu menyebutkan semua keutamaan yang ada pada dirinya."

Itulah gambaran yang mewakili sosok siapa Imam Ahmad.

Tapi tahukah Anda, ternyata seorang Imam Ahmad pernah suatu kali terlupa gerakan di dalam salah satu shalatnya.

Abu Ishaq al Jauzajani bercerita, "Dahulu Imam Ahmad pernah shalat sebagai seorang imam. Di belakang beliau ada gurunya, Abdurrazaq.

Imam Ahmad pun lupa.

Setelah selesai shalat, Abdurrazaq bertanya kepada Imam Ahmad, mengapa beliau bisa terlupa di salah satu gerakan shalatnya.

"Aku belum makan apapun sejak tiga hari yang lalu." Demikian beliau menuturkan alasannya."

Allahu akbar!

3 hari tidak makan?

Luar biasa..

Coba Anda bayangkan bagaimana keadaan seseorang yang tidak makan 3 hari?

Wajar tentunya jika beliau lupa.

Ikhwatii fillah, bagaimana dengan kita?

Kita alhamdulillah bisa makan 3 kali sehari.

Itu pun masih protes tentang kualitas berasnya atau kuantitas lauknya.

Hmmm..

Sudah seharusnya kita lebih banyak lagi tuk membaca repertoar kaum salaf.

Agar kita bisa lebih bersyukur.

(Kisah Imam Ahmad dinukil dari Shuwar min Shabril Ulama 'ala Syadaidil Ilmi wat Tah-shil, hal. 118, cet. Darul Ghadil Jadid 2009).

Minggu, 11 Oktober 2015

Teruslah Berdakwah

Teruslah Menyebarkan Dakwah Salaf dan Jangan Lihat Hasilnya Sekarang!

Kadang ketika kita menasehati seseorang ada saja bisikan-bisikan keputus asaan.

Merasa nasehat dan dakwahnya kurang direspon positif.

Stagnan, tidak ada perubahan, biasa saja, adem-adem saja. Dingin.

Lalu bagaimana?

Mari kita simak nasehat ulama berikut ini.

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Wajib bagi seseorang untuk menunggu jalan keluar dari setiap dakwahnya.

Hendaknya dia bersabar dan terus menjalaninya dengan iringan ketakwaan kepada Allah.

Maka hasil yang baik niscaya akan segera didapat.

Kami katakan (Syaikh Utsaimin): 'Segera mendapatkan hasil yang baik', bukan maknanya berarti hasilnya harus didapat sekarang juga, di saat kita masih hidup.

Ini bukan syarat!

Kadang bisa jadi hasil atau pengaruh positif yang baik pada dakwah seseorang yang menyuarakan al haq, terjadi ketika sang penyeru al haq tersebut telah meninggal."
-selesai-

Jadi jangan patah semangat ya. Maju terus pantang mundur!

(Ucapan Syaikh Utsaimin disadur dari Syarah Aqidah Ahlussunnah-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 18, cet. Maktabatush Shafa 2005).

Habis Shalat Subuh Ngapain?

Habis shalat shubuh apa yang Anda lakukan?

Buka gadget lihat berita di portal online?

Atau membuat strategi usaha?

Atau mungkin duduk santai sambil ngopi plus menikmati cemilan?

Atau bahkan tidur lagi?

Mari kita simak pengalaman Ibnul Qayyim rahimahullah ketika suatu hari shalat shubuh bersama Ibnu Taimiyyah.

Apa kebiasaan Ibnu Taimiyyah setelah shalat shubuh?

Ibnul Qayyim bercerita, "Suatu saat aku pernah melaksanakan shalat shubuh bersama Ibnu Taimiyyah.

Setelah melaksanakan shalat shubuh, beliau kemudian duduk untuk berdzikir kepada Allah sampai hari tampak menerang.

Kemudian beliau menoleh kepadaku dan berkata: Ini adalah asupan giziku. Kalau aku tidak tercukupi dengan asupan giziku ini, niscaya kekuatanku akan melemah.

Demikian penyataan beliau atau ucapan yang semisal kepadaku."


Ternyata beda ya, kebiasaan kita dengan ulama.

Lalu, bagaimana dengan kita?

Kiranya doa tuk meminta pertolongan Allah kemudian membajakan kesungguhan, adalah langkah bijak bagi yang ingin 'mirip dikit' dengan amalan Ibnu Taimiyyah.

Wallahu alam.


(Ucapan Ibnul Qayyim terdapat di Al Wabilush Shayyib hal. 196. Dinukil dari Fiqhul Mufadhalah-Syaikh Hamd Ibrahim al Utsman, hal. 31, cet. Darul Furqan 2012).

HIJAB HUNT


Di mana-mana 'Hijab Hunt'.

Seakan menjadi idol baru bagi muslimah muda yang ingin terkenal tapi tetap syar'i. Katanya.

Bagi sebagian orang, menjadi publik figur adalah impian yang selalu dinanti, apalagi Islami.

'Hijab Hunt' pun jadi batu loncatan.

Tapi dibalik itu semua tahukah Anda, kini istilah 'hijab' dikebiri.

Ya. Istilah 'hijab' dalam artian pakaian syar'i yang menutup seluruh tubuh, kini disalah artikan.

Istilah 'hijab' kini difahami sebatas berkerudung.

Kok bisa?

Tentu.

'Hijab Hunt' ternyata menampilkan sosok muslimah muda yang berkerudung.

Kerudung gaul plus polesan dandanan yang semakin membuat menarik penampilan.

Elok memukau walau berhijab. Sekali lagi, katanya.

Allahu musta'an.

Kerudung kini berganti istilah menjadi 'hijab'.

'Wanita berhijab' kini bukan istilah sakral lagi.

Publik memahami bahwa 'muslimah berhijab' adalah muslimah yang tetap cantik walau memakai kerudung.

Yang seharusnya hikmah berhijab adalah 'menyembunyikan sosok muslimah', kini sudah berbalik 180 derajat.

Pergeseran makna 'hijab' telah kabur.

Seakan ada doktrin yang ingin ditanam bahwa kerudung adalah hijab, dan hijab adalah kerudung.

Sepintas biasa.

Namun dampak pengaburan makna hijab ini akan berdampak kurang baik.

Ketika ada ayat atau hadits nabi yang memerintahkan seorang wanita untuk berhijab, dikhawatirkan presepsi ideal wanita berhijab di benak masyarakat adalah wanita berkerudung yang tetap anggun mempesona.

Hanya sebatas berkerudung yang menutup rambut. Tidak lebih.

Laa haula wala quwwata illa billah.

Padahal makna 'hijab' dalam ranah syariat adalah menutup seluruh badan seorang wanita.

Bahkan tak hanya itu, syariat berhijab yang benar pula adalah menutupi juga bentuk lekuk tubuh seorang wanita agar tidak menjadi sebab lelaki tergoda.

Sekali lagi, hijab bukan hanya sekedar menutup kepala.

Ikhwani fiddin rahimakumullah,
Mari kita bendung pergeseran makna 'hijab' ini dengan menyebarkan pengetahuan yang benar tentang makna hijab.

Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.

Termasuk Musibah Besar


Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata, "Termasuk dari musibah yang besar, bahwasanya ada sebagian orang yang belajar ilmu. Akan tetapi dia tidak mengamalkan ilmunya tersebut.

Tidak diragukan lagi, bahwa hal yang demikian adalah musibah yang besar.

Perbuatan ini mirip seperti kelakuan musuh Allah dari kalangan yahudi dan semisal mereka dari kalangan ulama yang jelek, dimana Allah telah murka kepada mereka karena sebab tidak adanya amal dari ilmu yang dimiliki.

(Wajibusy Syabab-Syaikh Ibnu Baz, hal. 22, cet. Darul Minhaj 2009)

From This Moment...

Di Momen Shubuh yang Aku Rindukan

Di mulai ketika fajar kadzib (fajar pertama) membumbung tinggi ke langit, para santri pun mulai terlihat sibuk.

Di dalam masjid sebagian santri sudah terlihat ada yang shalat witir, ada pula yang tengah berdoa dan ada juga yang khusyu membaca Al Qur'an.

Menyatu di dalam dinginnya sepertiga malam terakhir.

Terlihat sebagian santri masih ada yang sibuk di area wudhu dan MCK.

Kesibukan yang mengarah ke satu muara..

Persiapan shalat shubuh berjama'ah.

Seiring sinar fajar shidiq (fajar kedua) menampak di langit timur, adzan pun kian bersahutan.

Perlahan tapi pasti, masjid yang terletak di lokasi halaman utama mahad, semakin lama semakin padat.

Shalat sunnah fajar dua raka'at pun mengawali aktivitas ibadah selepas adzan.

Tak berselang lama iqamah-pun terlantun.

Shaf (baris) pertama dan kedua seketika itu penuh.

Menyusul shaf ketiga, keempat dan seterusnya.

Penuh.

Usai shalat shubuh, masing-masing santri dan jama'ah membuka mushaf Al Qur'an-nya.

Ada yang membacanya.

Ada yang menyetorkan hafalannya.

Ada pula yang terlihat saling menyimak bacaan.

Ada juga yang sedang dibimbing hafalannya .

Bahkan ada yang menghafal sendiri.

Semua melantunkan ayat-ayat suci nan menyejukkan.

Berpadu seakan kawanan lebah yang bersuara.

Selalu ku rindukan momen indah ini.

Yaa Allah semoga kami bisa terus berada di momen indah ini.

Momen kekhusyuan di sepertiga malam terakhir.

Momen shalat shubuh berjama'ah bersama saudara pecinta sunnah nabi-Mu

Momen mendengar suara salafiyin melantunkan kalam-Mu yang agung.

Ya. Di momen shubuh yang aku rindukan.

Selalu aku rindukan.

Amin.

Tengoklah Orang Sakit


Syaikh Shalih Fauzan berkata, "Jika terdapat saudaramu (yang muslim) ada yang sakit, maka sudah semestinya engkau menengoknya dalam rangka:

Melapangkan dirinya
Menenangkan kekhawatirannya
Mendoakan kesembuhan untuknya.

Ketika engkau mengunjunginya, maka akan menghasilkan suatu pengaruh positif padanya, di antaranya adalah:
Akan baik jiwanya dan lapang dadanya.
Karena orang sakit itu jiwanya terasa sempit.

Ketika ada saudaranya datang menjenguknya, maka tidak diragukan lagi, rasa sakitnya akan terasa ringan.

Tapi jangan engkau katakan ketika menjenguknya dengan ucapan:

"Kamu ini orang sakit"
Atau ucapan,
"Sakitmu sepertinya bertambah parah"

Laa haula wala quwwata illa billah!

Hendaknya engkau ucapkan:
"Masya Allah, engkau hari ini terlihat lebih membaik"
Atau ucapan yang semisal.

Kecuali jika memang pada dirinya terdapat tanda-tanda kematian, maka engkau ingatkan kepadanya urusan wasiat dan syahadah"

(Silahkan lihat Tas-hilul Ilmam-Syaikh Shalih Fauzan, jil. 6, hal. 155-156).

Salah Kaprah Lihat Ke Bawah

Lihatlah ke Bawah!

Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah, "Ini merupakan kaidah yang agung, yaitu: LIHATLAH ORANG YANG DIBAWAH KALIAN!

Ini baik dalam harta, kesehatan atau dalam perkara-perkara dunia lainnya, kecuali dalam perkara ibadah.

Di dalam perkara ibadah jangan engkau lihat kepada orang yang dibawahmu!

Janganlah engkau melihat kepada orang-orang yang malas atau yang lemah.

Akan tetapi lihatlah kepada orang-orang yang beruntung dan bertakwa, agar engkau bisa bergabung dan bisa menyontoh mereka."

(Tas-hilul Ilmam-Syaikh Shalih Fauzan, jil. 6, hal. 158)

Dunia Hanya Digenggaman

Jadikan Dunia Berada Digenggamanmu!*

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Seyogyanya bagi seorang insan agar tidak mengikat sepenuh jiwanya dengan dunia.

Jadikanlah dunia itu hanya berada di tanganmu, jangan ada di hatimu. Hendaknya arahkan hatimu kepada Allah, karena itulah kesempurnaan zuhud.

Bukanlah berarti maknanya engkau tidak boleh mengambil sesuatu dari perkara dunia. Bukan!

Akan tetapi maknanya, ambillah olehmu apa-apa yang halal dari dunia dan jangan lupakan bagianmu dari dunia, akan tetapi bersamaan dengan itu, jadikanlah dunia itu sebatas di tanganmu, bukan di hatimu.

Ini adalah perkara yang penting.

(Syarah Riyadhush Shalihin-Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 2, hal. 220, cet. Dar Ibnil Jauzi 2006).

* Maksud 'jadikan dunia di genggamanmu' maksudnya perkara dunia kitalah yang mengendalikan/mengontrol, bukan kita yang dikendalikan/dikontrol oleh dunia. Wallahu 'alam.

Keterkaitan Bersin dan Hamdalah

Apa keterkaitan antara bersin dengan mengucapkan hamdalah?

Syaikh Shalih Fauzan menerangkan, "... Kami sebutkan bahwa bersin adalah suatu nikmat dari Allah, karena keluarnya benda asing yang menyebakan bersin.

Maka ini adalah kenikmatan dari Allah yang patut kita syukuri.

(Silahkan lihat Tahshilul Ilmam-Syaikh Shalih Fauzan, jil. 6, hal. 155).

Ada yang Kelewat, Jangan Sedih

Jangan Bersedih dengan Luputnya Dunia yang tidak Allah Berikan kepada kita

Berkata al Hafizh Ibnu Hajar al Atsqalani rahimahullah, "Barang siapa yang di dalam perkara dunia dia melihat kepada orang yang di atasnya, kemudian dia merasa bersedih karena sebab ada yang terluput pada dirinya, maka dia tidak akan tercatat sebagai orang yang bersyukur dan bersabar."

(Fathul Bari-Imam Ibnu Hajar, jil. 14, hal. 311, cet. Darul Alamiyah 2013).

Minggu, 04 Oktober 2015

Syahadat-nya Pun Batal


Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata, "Barang siapa yang menentang dari suatu perkara yang diwajibkan Allah untuknya, yakni berupa ajaran agama yang sifatnya sudah jelas tentang kewajiban hukumnya, maka dia kafir musyrik."

Seperti orang yang menentang akan wajibnya shalat atau wajibnya zakat. Atau dia menentang akan wajibnya puasa Ramadhan atau wajibnya haji bagi orang yang mampu. Atau juga menentang akan haramnya zina.

Atau ada yang mengatakan: Sesungguhnya minuman keras itu tidak haram, atau ada yang menganggap homo seksual, riba, durhaka kepada orang tua atau yang semisal dari ajaran agama yang sudah maklum akan hukum halal atau haramnya semua adalah boleh, maka sesungguhnya dia akan menjadi seorang kafir musyrik.

Syahadat Laa ilaha illah-nya telah batal.

(Wajibusy Syabab-Syaikh Ibnu Baz, hal. 16, cet. Darul Minhaj 2009)

3 Perkara Penting

Kejujuran, Hafalan dan Baiknya Catatan

Marwan ibn Muhammad rahimahullah berkata, "Tiga perkara yang mesti ada pada shahibul ilmi (pemilik ilmu):

Kejujuran
Hafalan dan
Baiknya catatan

Jika shahibul ilmi tersebut berbuat satu kesalahan kepadamu, maka kesalahan itu tidak memudharatkanmu (kredibilitasnya tidak jatuh karena sebab keluhuran akhlak jujurnya).

Jika kesalahan itu pada sisi hafalannya, maka tidak memudharatkanmu ketika bisa dicocokkan pada catatan miliknya yang baik (catatannya lah yang membenarkan kesalahan hafalannya)."

(Silahkan lihat An Nubadz fi Adabi Thalabil Ilmi-Syaikh Hamd Ibrahim al Utsman, hal. 53, cet. Maktabah Ibnil Qayyim 2002).