Kamis, 21 Juli 2016

Zuhudnya Umar

Zuhudnya Umar ibn Abdil Aziz rahimahullah

Malik ibn Dinar berkata, "Orang-orang mengatakan bahwa Malik adalah orang yang zuhud. Hanya saja (bagiku) orang yang zuhud itu adalah Umar ibn Abdil Aziz, dimana dunia mendatanginya akan tetapi dia malah meninggalkannya."

(Hilyatul Aulia 5/261 dan Siyar A'lamun Nubala 5/134)

Dunia itu datang tapi tidak diambilnya? Subhanallah.. sebuah sikap yang perlu dilatih untuk ditauladani.

Ujub dan Sombong

Adakah perasaan bahwa Anda memiliki sesuatu keistimewaan yang lebih dibanding orang lain?

Jika ada, mari kita dengar apa nasehat Imam Abdullah ibnul Mubarak rahimahullahu..

Abu Wahb al Marwazi berkata bahwa beliau bertanya kepada Imam Ibnul Mubarak, "Apakah sombong itu?"

Ibnul Mubarak menjawab, "Sombong adalah tatkala engkau meremehkan manusia."

Aku bertanya lagi tentang ujub (bangga diri), Ibnul Mubarak menjawab, "Ujub adalah ketika engkau memandang pada dirimu memiliki sesuatu (keistimewaan) yang tidak ada hal tersebut pada orang lain. Aku tidak tahu ada perkara yang lebih jelek yang terdapat pada orang yang shalat (seorang muslim) dibanding rasa ujub."

(Siyar A'lamun Nubala 8/407).

Hati-hati lho, biasanya dari rasa ujub akan berlanjut kepada kesombongan.

Nas'alullaha salamah wal 'afiyah.

Ilmu adalah Pelita

Al Hafizh Ibnu Rajab rahimahullahu dalam Lathaiful Ma'arif (hal. 130) berkata, "Telah termaktub pada imam yang empat bahwa menuntut ilmu itu lebih afdhal dibandingkan shalat sunnah.

Shalat sunnah itu lebih afdhal dibandingkan puasa sunnah.

Maka jadilah ilmu itu lebih afdhal dibandingkan puasa sunnah berdasar argumen yang pertama tadi karena ilmu adalah pelita yang menerangi gelapnya kebodohan dan hawa nafsu.

Barang siapa yang berjalan di jalan yang tiada berpelita maka tidak akan aman dari terperosoknya dia ke dalam sumur sehingga binasa."

(Dinukil dari An Nubadz fi Adabi Thalabul ilmi-Hamd Ibrahim al Utsman, hal. 103, cet. Maktabah Ibnil Qayyim 2002)

Senin, 04 Juli 2016

Mengunjungi yang Sehat dan Menjenguk yang Sakit

Termasuk Kebiasaan Nabi adalah Mengunjungi Teman dan Menjenguk Orang Sakit

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata, "Adalah menjadi kebiasaan Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah menjenguk yang sakit dari kalangan para shahabatnya, sebagaimana beliau biasa mengunjungi siapa yang beliau kunjungi dari kalangan mereka."

(Syarah Riyadhish Shalihin-Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 1, hal. 28, cet. Dar Ibnil Jauzi 2009).

Bedanya Memang Kebiasaan dengan yang Sesekali

Bedanya Orang yang Telat Menghadiri Shalat Berjama'ah karena Faktor Kebiasaan dengan yang Telat karena Sesekali Ada Udzur

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata, "Apabila ada seorang yang kebiasaannya shalat dengan berjama'ah di masjid, akan tetapi suatu saat dirinya tertahan oleh sesuatu hal seperti: tidur, sakit atau yang semisalnya, maka dirinya tetap tercatat mendapat pahala sempurna sebagai orang yang shalat bersama jama'ah tanpa ada yang dikurangi..."

Syaikh melanjutkan, "Adapun jika itu bukan kebiasaan yang diamalkannya, maka dia mendapat pahala dari niatnya saja tanpa dapat pahala dari amalnya."

(Syarah Riyadhish Shalihin-Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 1, hal. 25, cet. Dar Ibnil Jauzi 2009).