Kamis, 31 Maret 2016

Belajar Akidah?? Kan Kita Muslim??

Kenapa Kita Belajar Akidah? Kan Kita Sudah Muslim?

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu berkata, "... Jika kami mengajarkan pelajaran akidah, maka bukan berarti kami menganggap orang-orang itu berada di atas kekufuran.

Bukan!

Maksud kami adalah agar kita bisa mengenal akidah yang benar, hingga kita bisa berpegang teguh dengan akidah tersebut.

Juga supaya kita mengetahui perkara apa saja yang menjadi lawan dari akidah yang benar, agar kita bisa menjauhinya.

Allah berfirman kepada nabiNya, "Ketahuilah, bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah, dan mohon ampunlah atas dosa-dosamu" (Muhammad: 19).

Maka sudah semestinya bagi seorang insan untuk belajar akidah.

Janganlah seseorang merasa cukup dengan menyatakan, "Sesungguhnya aku seorang muslim dan engkau juga seorang muslim"

Alhamdulillah, tetapi coba jika kita tanyakan kepadanya, "Apa itu islam?"

Atau kita tanyakan, "Terangkan kepadaku tentang islam!"

Maka kebanyakan dari mereka, tidak akan mampu untuk menjelaskannya dengan penjelasan yang benar.

Bisa juga kita katakan lagi kepadanya, "Paparkan kepadaku apa saja pembatal-pembatal islam?"

Maka kebanyakan dari mereka juga tidak akan mampu untuk menjelaskannya.

Jika dia tidak tahu (bodoh) akan hal ini, maka kita khawatir dia akan terjerumus ke dalam salah satu dari pembatal-pembatal keislaman, dalam keadaan dirinya tidak tahu.

Kalau aku katakan kepada mereka, "Terangkan kepadaku tentang rukun-rukun islam".

Atau jika meminta kepada mereka, "Terangkan kepadaku tentang rukun-rukun iman yang telah dipaparkan oleh rasulullah, kemudian jabarkan kepadaku penjelasannya!".

Niscaya kita akan dapatkan sebagian besar dari mereka tidak mengetahui tentang hal itu.

Lalu, bagaimana engkau bisa mengatakan bahwa dirimu seorang muslim, padahal engkau tidak tahu tentang perkara-perkara ini tadi?

Bahkan telah banyak dari kalangan juru dakwah yang tidak mengetahui apa saja syarat-syarat shalat, apa saja hukum-hukum seputar wudhu, pembatal-pembatal wudhu, rukun-rukun shalat, kewajiban-kewajiban shalat dan pembatal-pembatal shalat!!!

Di mana mereka dari islam?!

Islam bukan sekedar pengakuan saja...".

(Terjemah bebas dari Irsyadul Khillan ila Fatawal Fauzan-Syaikh Shalih Fauzan, jil. 1, hal. 24-25, cet. Darul Bashirah 2009).

Masbuk dan Munfarid ketika Shalat

Dalam kitab Hilyatul Aulia 8/370, Imam Waki ibnul Jarrah rahimahullah berkata, "Barang siapa yang meremehkan takbir yang pertama (takbiratul ihram) maka cucilah tanganmu darinya".
-selesai-

Duhai betapa malunya kita terhadap pernyataan di atas. Seringkali kita masbuk, terlambat mendatangi shalat jama'ah di masjid. Bahkan tak jarang kita mendatangi masjid dalam keadaan shalat telah selesai dan akhirnya kita shalat dalam keadaan munfarid, sendiri.

Tahukah, ternyata para salaf juga pernah tertinggal shalat jama'ah, tapi...

Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib 9/204, Muhammad ibn Sama'ah rahimahullah menuturkan, "Selama 40 tahun, Aku tidak pernah tertinggal takbir yang pertama (takbiratul ihram dalam shalat), kecuali di satu hari. Yaitu ketika itu ibuku meninggal, aku pun dengan sebab itu tersibukan dan tertinggal shalat jama'ah".
-selesai-

Apa perasaan mereka ketika tertinggal jama'ah shalat?

Dalam kitab Dzailu Thabaqat al Hanabilah 2/365, Al Qadhi Taqiyuddin Sulaiman berkata, "Aku sama sekali tidak pernah shalat fardhu dengan munfarid (sendiri) kecuali dua kali. Perasaan ketika itu, seperti belum menunaikan shalat saja".
-selesai-

Dalam kitab lain, Hilyatul Aulia 6/126, Muhammad ibnul Mubarak ash Shuri berkata, "Aku melihat jika Sa'id ibn Abdil Aziz terluput dari shalat jama'ah maka dia menarik jenggotnya kemudian menangis".
-selesai-

Itulah perasaan mereka ketika tertinggal shalat berjama'ah di masjid.

Bagaimana dengan kita?

Jaga Lisan


Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu, "Kadang seorang insan mengamalkan amalan shalih, tapi kemudian dirusak oleh lisannya. Maka jadilah lisannya menghancurkan amalannya.

Kesyirikan menghancurkan amalan. Menzhalimi manusia juga merupakan perkara yang bisa menghancurkan amalan, yaitu jika seseorang menggunjingkan manusia maka mereka nisaya akan mengambil amalannya. Jika demikian, maka dia jadi seorang yang bangkrut di hari kiamat.

Manusia-manusia yang dizhaliminya akan mengambil kebaikan-kebaikan dirinya. Bahkan terkadang bisa seluruh amalannya yang diambil, sampai tiada sisa sedikitpun.

Maka ketergelinciran lisan adalah perkara yang sangat berbahaya.

Sudah semestinya bagi seorang insan untuk menjaga lisannya.

(Lihat Ittihafuth Thullab bi Syarhi Manzhumatil Adab-Syaikh Shalih Al Fauzan, hal. 84, cet. Darul Hikmah 2009).

Jaga Jasad, Jaga Hati

Menjaga Anggota Tubuh=Menjaga Hati

Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu, "Menjaga anggota tubuh adalah perkara yang sangat penting.

Hendaknya seorang insan menjaga anggota tubuhnya dari perkara dosa dan kejelekkan.

Jika seorang sudah menjaganya, maka berarti dia telah menjaga hatinya karena hati adalah raja dari anggota tubuhnya.

Jika hatinya baik maka baik pula anggota tubuhnya. Namun jika hatinya jelek maka jelek pula anggota tubuhnya sebagaimana ini terdapat dalam hadits.

Hati adalah raja bagi anggota tubuh. Maka apa yang diperbuat oleh tubuhnya mesti berpengaruh pada hatinya, hingga kadang-kadang hati menjadi buta atau mati karena sebab apa yang telah diperbuat oleh anggota tubuhnya. Oleh karenanya, jagalah anggota tubuh.

Maka seorang insan wajib untuk menjaga lisannya, pandangannya, pendengarannya, tangannya dan kakinya".

Allah berfirman,
{وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا}
"Janganlah kau mengikuti apa yang tidak kau ketahui ilmunya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung­jawaban. (Al Isra: 36).

(Lihat Ittihafuth Thullab bi Syarhi Manzhumatil Adab-Syaikh Shalih Al Fauzan, hal. 79, cet. Darul Hikmah 2009).

Kamis, 17 Maret 2016

Sedekah Senyap

Shadaqah Senyap Ali ibnul Husain rahimahullah

Orang-orang miskin di Madinah dikagetkan dengan adanya kiriman-kiriman senyap di malam hari yang berisi bahan makanan pokok.

Mereka tidak tahu dari siapa kiriman tersebut datang.

Yang mereka tahu hampir tiap malam, ada saja rumah keluarga miskin yang dikirimi.

Sebuah misteri yang sulit ditebak.

Siapakah gerangan sang dermawan ini?

Hingga pada suatu ketika...

Muhammad ibn Ishaq berkata, "Dahulu manusia di kota Madinah tercukupi kebutuhannya. Mereka tidak tahu siapa orang yang menghidupi mereka ini. Ketika Ali ibnul Husain meninggal, maka terhentilah apa yang sudah mereka terima di tiap malamnya".
-selesai-

Tenyata sang dermawan misterius selama ini adalah Ali ibnul Husain rahimahullah.

Lalu bagaimanakah cara beliau mengirimkan bahan makan tersebut?

Abu Hamzah ats Tsumali menuturkan, "Dahulu Ali ibnul Husain membawa karung berisi gandum di punggungnya pada malam hari untuk di shadaqahkan. Beliau berkata, "Sesungguhnya shadaqah yang sembunyi-sembunyi akan meredam amarah Rabb azza wa jalla".
-selesai-

Penyataan di atas ternyata dibenarkan oleh persaksian orang-orang yang memandikan jenazah beliau.

Amru ibn Tsabit berkata, "Ketika Ali ibnul Husain meninggal, orang yang memandikan beliau melihat ada bekas warna hitam di punggungnya. Mereka bertanya, "Bekas apa ini?". Orang-orang yang tahu akan beliau akhirnya bercerita, "Dahulu beliau suka membawa karung-karung berisi gandum di punggungnya tiap malam untuk diberikan kepada orang-orang miskin di kota Madinah".
-selesai-

Subhanallah..

Tak heran jika orang-orang di kota Madinah berkata, "Tidaklah kami terhenti dari shadaqah yang sembunyi-sembunyi sampai meninggalnya Ali ibnul Husain".
-selesai-

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, semoga yang sedikit ini bisa menjadi motivasi bagi kita untuk senantiasa meningkatkan iman dan keikhlasan dalam beramal. Amin.

(Ucapan-ucapan di atas dinukil dari Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi, jil. 1, hal. 355, cet. Darul Hadits 2000).

Shalat 5 Waktu di Masjid

Dalam kitab Hilyatul Aulia karya Abu Nu'aim al Ashbahani, Abu Bahriyah bercerita, "Aku pernah masuk ke masjid di kota Hamsh (Homs), di sana aku mendengar Muadz ibn Jabal berkata, "Barang siapa yang senang mendatangi Allah (di hari kiamat) dengan selamat, maka datangilah (masjid) di shalat yang lima waktu ketika adzan dikumandangkan karena hal ini termasuk jalan-jalan petunjuk dan merupakan sunnah nabi kalian.
Janganlah kalian mengatakan, "Aku memiliki tempat shalat sendiri di rumahku, maka aku cukup shalat di rumahku saja".
Jika kalian melakukan hal demikian (shalat di rumah), maka sesungguhnya kalian telah meninggalkan sunnah nabi kalian.
Jika sudah meninggalkan sunnah nabi kalian, niscaya kalian akan tersesat".

(Dinukil dari At Tahdzibul Maudhu' li Hilyatil Aulia li Abi Nu'aim, hal. 503, cet. Daruth Thayibah 2005).

Inilah Alim Rabbani

Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu, "Seorang alim (punya ilmu) hendaknya tidak menyimpan ilmunya di dalam dadanya saja, tidak memberikan suatu yang bermanfaat bagi saudaranya, tidak mau berdakwah kepada Allah dan tidak mau membimbing umat.

Yang semestinya adalah dia mencurahkan ilmunya untuk kaum muslimin, mengajari mereka dan mendakwahi mereka kepada Allah serta menebarkan kebaikan ke tengah-tengah mereka.

Inilah seorang alim rabbani, yaitu seorang yang berilmu sekaligus orang yang beramal.

(Lihat Ittihafuth Thullab bi Syarhi Manzhumatil Adab-Syaikh Shalih Al Fauzan, hal. 77, cet. Darul Hikmah 2009).

Malu

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata, "Malu yang bisa mencegah dirimu untuk mendapatkan ilmu adalah malu yang tercela. Ini bukan termasuk jenis malu keimanan tapi ini adalah sikap penakut dan lemah.

Adapun sikap malu yang bisa mencegah dirimu untuk melakukan sesuatu yang menyelisihi muru'ah (kewibaan) atau syariat maka ini adalah jenis malu yang bagus dan terpuji.

Sikap malu yang bisa mencegah dirimu untuk menyelisihi syariat maka ini adalah jenis malu karena Allah.

Sikap malu yang bisa mencegahmu untuk menyelisihi muru'ah maka ini adalah jenis malu dari manusia, dan ini juga termasuk dari sikap malu yang terpuji.

Nabi menyatakan, "Manusia telah mengetahui perihal ucapan awal dari kenabian, yaitu: Jika engkau tidak punya rasa malu maka berbuatlah sesukamu".

(Syarah Shahih Bukhari-Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 1, hal. 49, cet. Maktabah Thabari 2008).

Senin, 14 Maret 2016

Jangan Sibuk ketika Waktu Shalat Masuk

Menjauhi Kesibukan di Waktu Shalat Telah Datang

Imam al Auza'i berkata bahwa Umar menulis kepada para pegawai-pegawainya:
"Jauhilah oleh kalian kesibukan ketika waktu shalat telah tiba. Barang siapa yang melalaikan hal ini, niscaya terhadap syiar-syiar islam yang lainnya akan lebih melalaikan lagi".

(Tahdzibul Maudhu'i li Hilyatil Aulia li Abi Nu'aim al Ashbahani, hal. 497, cet. Dar ath Thayibah 2005)

Sabtu, 12 Maret 2016

Ikhlash dalam Menulis

Pengaruh Sebuah Keikhlashan pada Sebuah Tulisan

Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu, "Betapa banyak dari tulisan-tulisan yang ada ternyata tidak bermanfaat karena penulisnya tidak mengikhlashkan niat karena Allah, tapi yang mereka inginkan hanya ketenaran-ketenaran semata, sehingga kumpulan-kumpulan lembaran pun akhirnya tidak bermanfaat.

Engkau akan dapatkan tulisan-tulisan hasil karya orang-orang yang ikhlash niscaya akan mempunyai pengaruh baik dan akan mendapat penerimaan di sisi manusia karena sebab niat ikhlashnya yang ada pada tulisan tersebut."

(Lihat Ittihafuth Thullab bi Syarhi Manzhumatil Adab-Syaikh Shalih Al Fauzan, hal. 76-77, cet. Darul Hikmah 2009).

Selasa, 08 Maret 2016

Sufyan ats Tsauri, Menuntut Ilmu Tiada Henti

Dalam kitab Hilyatul Aulia karya Abu Nua'im dikisahkan dari seorang imam masjid di Bashrah ketika Sufyan ats Tsauri sakit menjelang wafatnya, orang-orang datang menjenguknya.

Di sela-sela penjengukkan, ada seorang lelaki menyampaikan suatu hadits yang membuat kagum Sufyan.

Maka Sufyan mengisyaratkan tangannya ke bawah meja, kemudian dikeluarkanlah selembar catatan untuknya.

Sufyan lalu menulis hadits tersebut.

Orang-orang yang melihat hal ini berkata, "Apakah di saat seperti ini, engkau masih melakukan hal yang demikian?".

Sufyan menjawab, "Sesungguhnya ini adalah hasan (baik). Jika tetap hidup maka aku mendengar sesuatu yang hasan, tapi jika aku mati maka aku telah menulis sesuatu yang hasan".
-selesai-

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, di saat sakit masih sempat-sempatnya thalabul ilmi.

Kita bagaimana?

Justru sakit jadi alasan untuk meninggalkan thalabul ilmi.

Allahu musta'an.

(Kisah di atas dinukil dari Hayatus Salaf, hal. 131, cet. Dar Ibnil Jauzi ksa 1433H).

Hikmah Urutan Rukun Iman

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu pernah ditanya tentang hikmah dari penyebutan urutan rukun iman yang disebut di dalam 'hadits jibril'.

Asy Syaikh hafizhahullah menjawab, "... Dimulai dengan beriman kepada Allah karena ini adalah asas dasar..."

Asy Syaikh melanjutkan, "... Kemudian penyebutan iman kepada para malaikat dan kepada para rasul karena mereka adalah perantara antara Allah dan makhluknya dalam penyampaian risalah-Nya. Para malaikat turun menyampaikan wahyu kepada para rasul, dan para rasul menyampaikannya kepada manusia..."

Asy Syaikh melanjutkan, "... Kemudian penyebutan beriman kepada kitab-kitab karena kitab-kitab tersebut adalah hujjah (sandaran) dan marja' (rujukan) yang dengan kitab-kitab tersebut para utusan datang dari para malaikat dan para nabi dari sisi Allah untuk menjadi pemutus hukum di antara manusia ketika mereka berselisih."

Asy Syaikh melanjutkan, "... Kemudian penyebutan beriman kepada hari akhir karena ini merupakan tempat pembalasan atas semua amalan baik yang ini adalah buah dari beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya. Atau balasan bagi orang yang mendustai hal ini.
Demikianlah konsekuensi dari keadilan ilahiyah. Ditegakkannya hari akhir ini adalah untuk membedakan antara orang yang zhalim dengan orang yang terzhalimi dan sebagai penegakkan keadilan antar manusia."

Asy Syaikh melanjutkan, "... Kemudian penyebutan beriman kepada al qadha dan al qadar (ketetapan takdir) karena ini perkara penting yang menjadi pendorong seorang mukmin untuk beramal shalih dan agar mengambil sebab-sebab yang bermanfaat dengan iringan rasa bersandar penuh kepada Allah."

(Diringkas dari Irsyadul Khillan ila Fatawal Fauzan-Syaikh Fauzan, hal 8-9, cet. Darul Bashirah 2009).

Sedikit Komen tuk Pecinta Games Online

SEDIKIT KOMEN TUK PECINTA GAMES ONLINE
(Versi Edit WA)

Mungkin tidak belebihan jika kita katakan bahwa anak remaja sekarang hampir sedikit sekali yang bisa selamat dari sebuah kenyataan yang bernama 'games online'.

Sadar atau tak sadar, games online dengan berjuta pesonanya telah menjadi tempat tersendiri di kalangan pecintanya.

Mulai dari anak-anak usia SD, ABG, bahkan sampai orang dewasa pun telah terlumat dalam buaian permainan yang ditawarkan.

Sekilas tampak biasa, namun siapa yang mencoba niscaya akan suka.

Pada akhirnya akan terbawa.

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, biaya paket murah yang terjangkau, ditambah fasilitas tempat yang nyaman, plus jajanan sebagai peneman, menjadikan games online sukses menyandang predikat sebagai salah satu 'mesin pembunuh waktu' yang signifikan.

Hari demi hari, waktu demi waktu sang gamers tak terasa telah menghabiskan hidupnya di depan layar.

Games online telah mencabut usia dan waktu mereka.

Pelan tak terasa, halus berjalan, hingga aktifitas hanya menyisakan daftar penyiaan nikmat belaka.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, (yaitu) nikmat sehat dan nikmat waktu luang”. (HR. Bukhari).

Akan lebih ringan urusannya jika hanya memporak porandakan kerugiaan duniawi saja.

Seorang maniak games secara tidak sadar sedikit demi sedikit telah mengikikis masa beramalnya.

Sampai tiba saatnya, sang gamers akan terbelalak tak berdaya.

Ternyata dirinya telah berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa.

Penyesalan yang mendalam tiada lagi guna. 

Allah subhanahu wa ta’ala telah menetapkan hal ini dalam firmanNya yang artinya, “Dan (alangkah ngerinya), jikalau sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa menengadahkan kepalanya di hadapan Rabb mereka sambil mengatakan: Duhai Rabbku, telah kami saksikan azab-Mu dan telah kami dengar azab-Mu, maka kembalikanlah kami ke dunia untuk beramal shalih karena sesungguhnya kami benar-benar telah meyakininya.” (QS. as-Sajadah: 12).

Angan untuk kembali ke dunia agar bisa benahi diri hanya sia-sia belaka.

Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan hal ini pula dalam firmanNya yang artinya, “Hingga apabila datang kematian kepada salah seorangg dari mereka, dia pun berkata: Yaa Allah Yaa Rabbku, kembalikanlah aku ke dunia”. (QS. al-Mu’minun: 99)

Pada ayat berikutnya Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan alasan kenapa mereka ingin kembali ke dunia, “Agar aku bisa beramal shalih untuk memperbaiki apa yang telah aku tinggalkan.” (QS. al-Mu’minun: 100)

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, disamping ancaman-ancaman yang mengerikan di atas, jika kita mau menjelajahi berbagai literatu yang mengulas secara obyektif tentang plus minusnya hasil dari bermain game.

Tampak secara ril akan banyaknya efek negatif yang telah dirasa, baik efek kesehatan maupun kejiwaan.

Kerugian yang mengena pada sisi kesehatan teramat banyak dan telah nyata menumbangkan banyak korban dan nyawa.

Miris mendengarnya, ketika ada yang tewas dari kalangan gamers karena lamanya waktu bermain.

Tak hanya itu, games online telah sukses membuat seorang pecintanya yang berstatus sebagai anak, tega membunuh ibunya sendiri karena ibunya telah melarang dirinya bermain game. 

Parahnya lagi, terdapat kasus seorang bayi mati kelaparan karena ditelantarkan ayah dan ibunya ketika mereka asyik bermain game.

Laa haula wala quwwata illa billah.

Di sisi lain, tersiar ucapan sang ibu mengeluhkan anaknya yang tak ada lagi semangat belajar dan mengaji.
Waktu luangnya telah dihabiskan untuk menikmati aplikasi game siap saji.

Tak ada lagi praktek nyata sosial dari sebuah interaksi.

Kehidupan semu di dunia maya telah meluruhkan kehidupan nyata.

Memudarkan kepekaan hati.

“Ah, ga papa kalo ga sampe berlebihan...”

“Maen game.. Menurutku biasa aja... ”

“Hare gene ga maen game..?? Ga mungkin!”

“Urus aja urusanmu sendiri! Biarin aja, orang mau senang-senang dilarang..”

Wahai saudaraku, apakah engkau kira waktu dan usiamu akan berlalu begitu saja tanpa dihisab?

Tidak. Sekali-kali tidak.

Hari-harimu yang dihabiskan untuk bermain game akan ditanya kelak di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Ingatlah akan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang artinya, “Tidak akan beranjak kaki seorang hamba di akhirat kecuali setelah ditanya tentang empat perkara: ditanyakan tentang umurnya lalu bagaimana ia menggunakannya….” (HR.Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitabnya Al-Jami’)

Dan sabdanya yang lain yang artinya, “Jagalah lima perkara sebelum datang yang lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, waktu senggangmu sebelum datang waktu sempitmu, masa hidupmu sebelum datang waktu kematianmu.” (HR. Bukhari).

Demikianlah sedikit komen untuk para pecinta games online.

Posisi tulisan ini hanya sebatas pengingat.

Selebihnya, silahkan bertaubat.

Wallahu 'alam.

Ummu Sufyan ats Tsauri

Imam Waki bercerita bahwa Ummu Sufyan ats Tsauri pernah berkata kepada putranya, Sufyan, "Wahai anakku tuntutlah ilmu! Aku akan cukupkan engkau dengan hasil jahitanku."

Beliau juga berkata, "Wahai anakku jika engkau menulis sepuluh huruf maka perhatikanlah, apakah engkau melihat pada dirimu ada penambahan (kebaikan) di dalam cara jalanmu, kesantunanmu dan perangaimu. Jika tidak ada penambahan pada dirimu maka ketahuilah bahwa itu (apa yang kau tulis tersebut) tidak membahayakanmu dan tidak bermanfaat untukmu (sia-sia)."
-selesai-

Demikianlah salah satu cerminan orang tua yang baik.

Selalu meninggalkan pesan kebaikan untuk anak-anaknya. Terlebih jika dilakukan ketika anak-anaknya hendak menuntut ilmu.

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, ketika kita berpikir betapa 'nakal' perangai seorang anak, kita tidak tahu barangkali dari setiap pesan kebaikan yang kita tanamkan kepada mereka, ada satu pesan yang ternyata bisa merubah mereka ke arah yang lebih baik.

Biidznillah.

Tentunya ini dilakukan dengan iringan doa yang baik dan hiasan kesabaran.

Wallahu alam.

(Petikan ucapan di atas bisa dilihat di Shifatush Shafwah karya Ibnul Jauzi, jil. 2, hal. 110, cet. Darul Hadits 2000).

Kamis, 03 Maret 2016

Tanda Kebaikan

Di antara Tanda-Tanda Seorang Hamba di Kehendaki Kebaikan atau Kejelekkan

Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata, "Ketahuilah oleh kalian wahai hamba Allah, jika Allah menginginkan seorang hamba dengan suatu kebaikan maka:

- Setan akan dijauhkan dari dirinya dan Allah lah yang akan menolongnya.

- Dia akan bersemangat untuk melakukan ketaatan dan hilang kemalasan dari badannya.

- Dia akan senantiasa menghadapkan dirinya kepada Allah dan akan berpaling dari selain-Nya (makhluk).

- Dia akan lebih mendahulukan keridhaan Allah ketimbang hawa nafsunya.

Jika sudah demikian, maka Allah akan menjadikan surga yang tinggi sebagai tempat kembalinya.

Namun jika Allah menghendaki seorang hamba dengan kejelekkan, maka:

- Setan akan bercokol di jiwanya dan menguasai dirinya.

- Dia akan jauh dari amalan ketaatan dan menyombongkan diri.

- Dia akan malas untuk mengamalkan amalan penduduk surga.

- Dia malah menyukai amalannya penduduk neraka dan membenci amalannya penduduk surga.

(Terjemah bebas dari Bustanul Wa'izhin wa Riyadhus Sami'in karya Ibnul Jauzi, hal. 8, cet. Darul Ashalah al Jazair 2010).

Ummu Hassan al Kuufiyyah

Ummu Hassan al Kuufiyah rahimahallah

Dahulu Sufyan ats Tsauri dan Ibnul Mubarak serta yang lainnya pernah mengunjunginya.

Abdullah ibnul
Mubarak berkata bahwa Sufyan ats Tsauri pernah menceritakan tentang seorang wanita yang berada di Kuffah yang dipanggil dengan nama Ummu Hassan.

Beliau adalah seorang wanita yang mempunyai kesungguhan di dalam ibadah.

Kami berdua pernah mengunjungi kediamannya dan sempat masuk ke dalam rumahnya dan kami tidak melihat apapun selain potongan alas yang teranyam.

Maka kami berkata kepadanya, "Coba kalau seandainya engkau menulis (tuk mengadukan keadaanmu) kepada sebagian keluarga besar pamanmu, niscaya mereka akan mengubah keperihatinan keadaanmu ini."

Maka dia menjawab, "Wahai Sufyan sesungguhnya aku telah memandang ada suatu yang lebih agung dan lebih besar pada hatiku dibanding keadaan yang seperti ini.
Sesungguhnya aku tidak pernah meminta dunia kepada Dzat yang Maha Mampu, Maha Memiliki dan yang Maha Mengatur dunia.
Maka bagaimana bisa aku meminta kepada orang yang tidak mampu, tidak memiliki dan bukan yang mengatur dunia?!.
Wahai Sufyan, demi Allah, tidaklah ada sesuatu yang lebih aku sukai dibandingkan ketika ku isi waktuku dengan kesibukan beribadah kepada Allah."

Sufyan pun menangis.

Lalu Abdullah ibnul Mubarak berkata, "Telah sampai kabar kepadaku bahwa Sufyan akhirnya meminang wanita itu."
-selesai-

Wahai ukhti muslimah yang dirahmati Allah, mari cermati kisah di atas!

Sibuknya seorang muslimah dalam beribadah kepada Allah, tidak akan menjauhkan jodohnya.

Yakinlah bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-hambanya yang ikhlash dalam beribadah kepada-Nya.

Allah akan datangkan seorang yang mencintaimu karena Allah, bukan karena hartamu.

Janganlah engkau jatuhkan nilai keshalihanmu di hadapan Allah dengan melakukan perkara-perkara yang memalingkanmu dalam beribadah.

Semoga Allah menjaga kita semua dari hal-hal yang menjauhkan kita dalam beribadah. Amin.

(Kisah di atas bisa dilihat di Shifatush Shafwah karya Ibnul Jauzi, jil. 2, hal. 110, cet. Darul Hadits 2000).

MALAS

Sekali lagi, Malas.

Dalam kitab Hilyatul Aulia karya Abu Nu'aim, Imam Asy Sya'bi bercerita bahwa dahulu Imam Masruq pernah pergi ke negeri Basrah untuk menemui seorang alim yang bisa ditanya tentang ilmu dari suatu ayat.

Ketika sampai negeri Bashrah, ternyata beliau tidak mendapati seperti apa yang beliau maksudkan.

Di tengah pencariannya di negeri Basrah, tiba-tiba ada yang mengabarkan bahwa di negeri Syam terdapat seorang alim yang beliau maksud.

Tanpa menunggu waktu lama, Imam Masruq pun bertolak ke Syam untuk menemui alim tersebut agar dahaganya terhadap ilmu terpenuhi.
-selesai-

Masya Allah malu diri ini ketika membaca kisah di atas.

Betapa semangatnya para salaf dalam mencari ilmu.

Beda ya dengan kita, ketika ada info daurah atau tausiyah di kota terdekat, tak kuasa kita menghadirinya.

Bukan karena udzur atau halangan, tapi memang rasa malas lah yang menahan.

Dipikir, lebih baik dengar saja via streeming saja.

Tapi apa yang terjadi..?

Ketika kajian dimulai, rasa malas kembali menjalar tuk mengaktifkan streeming di gadgetku.

Sekali lagi, malas.

Tak hadir di majelis, tidak pula dengar via streeming.

Allahu musta'an.

Memanglah, diri ini harus dipaksa dan dipaksa agar tidak malas.

Semoga kisah di atas bisa membuat kita semangat belajar.

Ya Allah, berikanlah kepadaku semangat tuk belajar ilmu agama dan jadikanlah ilmuku sebagai ilmu bermanfaat.

Amin.

(Kisah Imam Masruq dinukil dari Hayaatus Salaf bainal Qaulu wal Amal, hal. 130).

Agar Menikah Jadi Terasa Indah

Di antara perkara-perkara yang menjadi sebab indahnya suatu pernikahan

1. Husnul ikhtiyar. Yaitu bagusnya seorang calon suami atau seorang wali dari sang wanita dalam memilih calon untuk pasangan hidupnya masing-masing.

Seorang lelaki bertanggung jawab sendiri dalam mencari pasangan hidupnya, adapun bagi seorang wanita maka yang mencarikan adalah walinya, bukan sang wanitanya sendiri yang mencari.

Termasuk musibah yang besar adalah tatkala seorang wanita mencari sendiri pasangan hidupnya. Ketika hal ini dibiarkan, maka sang wanita perlahan tapi pasti, akan tergerus rasa malunya.

Pembaca yang budiman, perlu diperhatikan, ada 2 hal yang menjadi tolak ukur seseorang di dalam mencari pasangannya, yaitu agama dan akhlaknya.

Sudah menjadi suatu yang lawas ketika didapati ketidakharmonisan di dalam berumah tangga selalu bermuara kepada jeleknya agama dan akhlak dari sang suami, karena bagaimana mungkin akan baik urusan keluarganya, jika seorang suami sudah kurang dalam menunaikan hak rabbnya. Tentu akan lebih parah lagi jika hal ini (jeleknya agama dan akhlak) mengenai pada sang istri.


2. Hendaknya seorang suami menyadari bahwa istrinya adalah amanah yang harus dijaga dan kelak akan ditanya oleh Allah tentang amanahnya ini.

Seorang suami yang menyadari hal ini, maka di dalam memperlakukan istrinya akan senantiasa bersifat muraqabah (merasa diawasi oleh Allah).


3. Senantiasa memaafkan dan berlapang dada terhadap kesalahan dan kekurangan masing-masing pasangan.

Ketika masing-masing pasangan mendapati kekurangan dalam penunaian hak dan kewajiban mereka, maka janganlah hal tersebut dijadikan suatu alasan untuk berbuat melampaui batas dan zhalim.

Akan tetapi dahulukanlah sikap memaafkan dan berikanlah udzur (toleransi) kepada pasangannya.

Ingat-ingatlah berbagai kebaikan yang telah diberikan oleh pasangan kita. Janganlah susu sebelanga menjadi rusak oleh setetes nila.


Sebagai penutup hendaknya perlu ditekankan, bahwa di dalam berumah tangga seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya.

Tidaklah patut bagi seorang suami untuk membiarkan dirinya diatur oleh istrinya. Jika alih posisi kepemimpinan dalam berumah tangga diberikan kepada sang istri, maka kerusakanlah yang akan didapat.

Wallahu alam.

(Tertulis catatan ini setelah mengikuti tausiyah yang disampaikan oleh Ust. Abdurrahman Mubarak pada malam jum'at 18 Pebruari 2016 di ma'had Riyadhul Jannah Cileungsi)