Selasa, 26 April 2016

Menjadi Paling Tinggi dan Utama

Orang yang Paling Tinggi Kedudukannya dan yang Paling Banyak Keutamaannya

Imam Asy Syafi'i berkata, "Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah yang tidak memandang kedudukan dirinya (tidak merasa punya kedudukan).

Manusia yang mempunyai banyak keutamaan adalah orang yang tidak memandang keutamaan dirinya (tidak merasa punya keutamaan)."

(Siyar A'lamun Nubala-Imam Adz Dzahabi, jil. 10, hal. 99).

Senin, 25 April 2016

Ketika Fudhail ibn Iyadh dn Sufyan ats Tsauri Bertemu

Abu Abdillah al Anthaki berkata bahwa Fudhail ibn Iyadh dan Sufyan ats Tsauri pernah bertemu dan keduanya saling memberi nasehat.

Sufyan tersentuh hatinya dan beliaupun menangis seraya berkata, "Aku berharap semoga majelis ini mendapatkan rahmah dan berkah Allah atas kita."

Fudhail menjawab, "Akan tetapi, wahai Abu Abdillah, aku khawatir malah menjadi (majelis) yang membahayakan kita.
Bukankah engkau telah menyaring ucapanmu agar (terdengar) indah, dan begitupun denganku, aku telah menyaring ucapanku agar terdengar indah, yang dengan itu semua, engkau menghias-hias ucapanmu untukku dan aku menghias-hias ucapanku untukmu?"

Sufyan pun menangis, dan berkata, "Semoga Allah menghidupkanku dan menghidupkanmu."

(Siyar A'lamun Nubala-Imam Adz Dzahabi, jil. 8, hal. 439).

Kamis, 21 April 2016

Salah Satu Bentuk Ketawadhuan Abdullah ibn Salam

Salah Satu Aksi Nyata dalam Menghancurkan Kesombongan

Muhammad ibnul Qasim berkata bahwa Abdullah ibn Hanzhalah menyatakan pernah pada suatu hari Abdullah ibn Salam radhiallahu anhu lewat di dalam pasar dalam keadaan memanggul seikat kayu bakar.
Maka ada orang yang bertanya kepada beliau, "Bukankah Allah telah mencukupkanmu? (Beliau adalah orang kaya- pent.)"
Beliau radhiallahu anhu menjawab, "Tentu saja. Akan tetapi aku ingin agar aku bisa memupuskan kesombongan karena aku mendengar rasulullah bersabda, "Tidak akan masuk ke dalam surga, orang yang pada hatinya masih terdapat seukuran biji kecil sifat sombong."
(Siyar Alamun Nubala-Imam Adz Dzahabi, jil. 2, hal. 419).

Makan-Makan Bersama Keluarga ketika Mendapat Rezeki Lebih

Punya Sedikit Rezeki Berlebih, Janganlah Lupakan Keluarga dan Kerabat.

Abdullah ibnu Buraidah menuturkan bahwa Salman al Farisi radiallahu anhu adalah seorang yang menghidupi dirinya dengan hasil tangannya sendiri.
Jika beliau mendapat sesuatu (dari kelebihan rezeki) maka beliau membeli sepotong daging atau ikan, kemudian memanggil keluarga dan sanak familinya untuk makan bersama-sama.
(Siyar Alamun Nubala-Imam Adz Adzahabi, jil. 1, hal. 548).

Selasa, 19 April 2016

Membenci Ketenaran tapi Hendaknya Tidak Menampakkannya

Al Husain ibnul Hasan al Maruzi menuturkan bahwa Abdullah ibnul Mubarak pernah berkata, "Jadilah engkau seorang yang mencintai ketidaktenaran dan membenci terkenal.
Janganlah engkau menampakkan pada dirimu mencintai ketidaktenaran sehingga engkau meninggikan keadaan dirimu.
Sesungguhnya pengakuan zuhud pada dirimu, akan mengeluarkanmu dari kezuhudan itu sendiri sehingga hal ini akan menyeret dirimu kepada pujian dan sanjungan."

(Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi, jil. 2, hal. 324-325, cet. Darul Hadits 2000).

Rabu, 13 April 2016

Menangis kala Sore Tiba

Apa yang kita lakukan di sore hari?

Jalan-jalan? Santai sambil minum teh? Atau olahraga?

Qabishah ibn Qais al Anbari berkata bahwa Adh Dhahhak ibn Muzahim dahulu, jika telah masuk waktu sore hari beliau menangis.
Maka ditanyakan kepadanya, "Kenapa engkau menangis?"
Beliau menjawab, "Aku tidak tahu amalan manakah yang naik (diterima Allah) dari amalanku."
(Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi 4/151).

Masya Allah..

Selasa, 12 April 2016

Dosa 40 tahun yang Lalu

Seringkali ketika kita mendapat kesusahan atau kesempitan hidup, di dalam batin bergumam, "Sabar, ini ujian.."

Ikhwatii fillah, apakah kita harus berpikir demikian?

Ujian, ujian dan ujian?

Tidakkah kita mau sedikit lebih kritis terhadap diri kita dengan mengulang hari-hari yang lalu?

Cobalah kita ingat-ingat, mungkinkah masih ada dosa atau kemaksiatan yang telah kita lakukan di hari yang lalu, akan tetapi hingga kini kita masih belum bertaubat?

Jawabnya, sangat mungkin.

Jika demikan, segera bertaubatlah. Mudah-mudahan kesusahan dan kesempitan hidup yang tengah kita alami akan diberikan jalan keluar yang indah oleh Allah ta'ala dengan sebab taubat kita.

Ubaidullah as Sirri mengabarkan bahwa Ibnu Sirrin pernah berkata, "Sesungguhnya aku mengetahui dosa apa yang aku pikul, dimana dengan sebab dosa itu, aku pun terkena beban hutang, yaitu ketika 40 tahun yang lalu aku pernah mengatakan kepada seseorang dengan memanggil, "Wahai orang yang bangkrut.."

Ubaidullah mengomentari, "Sedikitnya dosa mereka (para salaf) akan tetapi mereka mengetahui dari mana datang dosa itu.
Sedangkan banyaknya dosaku dan dosamu, akan tetapi kita tidak tahu dari mana datang dosa tersebut."
(Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi 3/246).

Allahu akbar!

Dosa 40 tahun yang lalu masih diingat dan dikaitkan dengan musibah yang didapat pada hari itu..!

Ibnu Sirrin menganggap efek dosa 40 tahun yang lalu -yang mungkin kita anggap ringan- ternyata masih memberikan efek buruk di dalam kehidupannya.

Lalu kita bagaimana? Padahal dosa kita lebih besar dari sekedar yang diperbuat Ibnu Sirrin.. Nastaghfirullah..

Kamis, 07 April 2016

Seakan Keduanya Menasehatiku

Seakan-seakan Fudhail ibn Iyadh dan Imam Adz Dzahabi tengah menasehatiku..

Fudhail ibn Iyadh rahimahullahu dalam Siyar A'lamun Nubala 8/440 berkata, "Wahai miskin..
Engkau orang yang berbuat jelek tapi engkau melihat dirimu adalah orang yang baik.
Engkau orang yang bodoh tapi engkau melihat dirimu adalah orang yang berilmu.
Engkau orang yang bakhil (pelit) tapi engkau melihat dirimu adalah orang yang dermawan.
Engkau orang yang dungu tapi engkau melihat dirimu adalah orang yang berakal.
Ajalmu dekat sedangkan anganmu panjang."

Imam Adz Dzahabi rahimahullahu menambahkan, "Sungguh demi Allah, benarlah (apa yang diucapkan Fudhail ibn Iyadh).
Engkau orang yang zhalim tapi engkau melihat dirimu adalah orang yang terzhalimi.
Engkau orang yang memakan barang haram tapi engkau melihat dirimu adalah orang yang wara'.
Engkau orang yang fasik tapi engkau meyakini dirimu tengah berbuat adil.
Engkau orang yang menuntut ilmu untuk dunia tapi engkau melihat dirimu adalah orang yang menuntutnya karena Allah."
-selesai-

Ikhwatii fillah, jujur saja, ketika aku membaca ini seakan Fudhail ibn Iyadh dan Imam Adz Dzahabi sedang di hadapanku berbicara dengan ucapan di atas.

Aku pun terdiam seraya melirih, "Astaghfirullah.."

Luasnya Makna Dzikir kepada Allah

Luasnya Cakupan Dzikir kepada Allah

Syaikh Shalih Fauzan berkata, "Termasuk dari tanda keimanan adalah banyak berdzikir kepada Allah, dan termasuk tanda kemunafikan adalah sedikit berdzikir kepada Allah.

Allah berfirman:
إِنَّ الْمُنافِقِينَ يُخادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خادِعُهُمْ وَإِذا قامُوا إِلَى الصَّلاةِ قامُوا كُسالى يُراؤُنَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (menurut sangkaannya) tengah menipu Allah, dan Allah akan membalas (sangkaan) tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas, (dengan shalatnya) mereka bermaksud riya di hadapan manusia, dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sangat sedikit." (QS. An Nisa: 142).

Sedikit dalam berdzikir adalah termasuk tanda kemunafikan dan banyak dalam berdzikir adalah termasuk tanda keimanan.

Jika engkau ingin memperbanyak ucapan, maka jadikan dzikir sebagai ucapanmu, baik dengan tasbih, tahlil, takbir, tahmid atau membaca Al-Qur'an, dan membaca Al-Qur'an adalah sebaik-baik dzikir.

Atau bisa juga dengan mengajari ilmu yang bermanfaat (ilmu agama) kepada manusia, memperbaiki di antara manusia dengan nasehat-nasehat, amar ma'ruf nahi munkar dan masih banyak lagi yang termasuk bagian dari dzikir."

(Lihat Ittihafuth Thullab bi Syarhi Manzhumatil Adab-Syaikh Shalih Al Fauzan, hal. 85, cet. Darul Hikmah 2009).

STOP APRIL MOP!

STOP APRIL MOP
(Versi Edit Wa)

Walau tak setenar Valentine di tanggal 14 Februari, April Mop yang jatuh pada tanggal 1 April rupanya di kalangan masyarakat perkotaan akhir-akhir ini sudah mulai dikenal.


Ada apa dengan April Mop di 1 April ?
Tanggal 1 April adalah hari dimana segala bentuk keisengan, lelucon konyol atau tipu-tipuan yang bisa membuat malu seseorang dilegalkan.

Banyak istilah yang dipakai dalam menamakan hari ini.

Di Perancis disebut “Poisson d'avril”, di Inggris lebih dikenal dengan istilah “April Noddie”, di Skotlandia dinamakan “April Gowk dan “Taily Day” dan di negeri kita tenar dengan nama “April Mop” dan keumuman media menyebutnya “April Fools Day”

Di hari itulah masing-masing orang akan mencari leluconan baik dengan menipu atau ‘ngerjain’.

Jika target yang menjadi sasaran leluconannya kena, maka dia harus memakluminya dan tidak boleh marah karena ini perayaan April Mop.

Yang menjadi target leluconannya pun bisa siapa saja, mulai dari teman, tetangga sampai orang tua, bahkan pada sebagian media publik tak tanggung-tanggung dalam memperingati April Mop ini, dengan istilah "Hoax April Mop" nya, mereka menyiarkan berita-berita bohong yang bisa menggegerkan dunia. Laa haula walaa quwwata illa billah.

Bagi sebagian orang hal yang demikian ini sah-sah saja karena memang inilah yang dimaukan dengan perayaan April Mop.

Demikianlah gambaran global perayaan April Mop.


Menengok Asal April Mop

Banyak versi yang beredar perihal asal muasalnya perayaan ini.

Wallahu ‘alam, kami sebagai penulis meragukan tebaran sejarah kebenaran tentang April Mop ini, karena ketiadaan sanad (untaian pembawa berita) yang valid pada ceritanya.

Akan tetapi kami tampilkan sebagian akuan-akuan sejarah April Mop di dalam tulisan ini hanya sebagai memperkuat kebatilan perayaannya, diantaranya:

1. Terdapat tulisan di surat kabar Washington Post bahwa perayaan April Mop terkait pada kisah Ceres, Dewi panen, dan putrinya, Proserpina di jaman Romawi kuno.
Demikian kisahnya: Pluto sang dewa dunia ghaib menculik Proserpina, maka Proserpina yang tengah berada di alam ghaib memanggil-manggil ibunya Ceres. Ceres pun mencari-cari putrinya di alam nyata, dan suatu yang mustahil Proserpina akan diketemukan. Maka Ceres dalam kisah ini dinyatakan sebagai “A Fools Errand” yaitu orang yang melakukan tugas bodoh.
Maka di abad kemudian kisah ini dirayakan di Eropa setiap awal April.

2. Ada yang berpendapat bahwa April Mop dikenal ketika di abab 16 dimana pada masa itu terjadi pergantian bulan pertama dari April menjadi Januari. Ketika sosialisasi digalakan, ternyata masih ada orang-orang yang masih merayakan tahun baru di tanggal 1 April. Maka orang-orang ini disebut “April Fools” atau orang-orang yang tertipu di bulan April.

3. Pada sebagian kalangan kaum Nashrani, asal April Mop terkait dengan tanggal lahir dan kematian sang penghianat Yesus, Judas Iskariot.

4. Terlampir juga di sebagian literatur bahwa April Mop adalah perayaan kemenangan kaum Nashrani di negeri Andalus [Spanyol] ketika berhasil membantai sipil kaum muslimin dengan cara menipu.

Walhasil, dari beberapa versi yang ada, minimal dapat kita dapat ambil kesimpulan, di antaranya:

1. Perayaan April Mop bukan berasal dari Islam, April Mop berasal dari cerita konyol dan bodoh orang-orang penyembah dewa [baca: setan] atau dalam rangka memperingati seorang penghianat. Bahkan disebutkan merupakan perayaan atas menangnya tentara salibis dalam membantai muslimin.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya:“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad, 3/50, dan Abu Dawud, no. 5021 dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, apakah dengan dalih hiburan atau sekedar iseng, kita akan ikut-ikutan perayaan batil seperti ini?

Sungguh, seorang yang menjaga dan menghormati agamanya niscaya akan menjauhi perayaan ini.

2. Seperti yang telah kita ketahui, bentuk merayakan April Mop adalah dengan menebarkan kedustaan atau keisengan.

Perhatikanlah ancaman sabda Nabi shalallhu ‘alaihi wasallam kepada orang yang suka berdusta: “Hati-hatilah kalian dari kedustaan, karena kedustaan akan menghantarkan kepada kefajiran, dan kefajiran akan menghantarkan kepada neraka, dan tidaklah seorang yang berdusta akan terus dengan kedustaannya sampai Allah tetapkan dia sebagai pendusta” (HR. Muslim no: 2607).

Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin sangat menjaga umatnya dari perilaku yang tidak baik, oleh karenanya, tidak akan didapati dalam ajaran Islam suatu bentuk pelegalan perbuatan zhalim. Bahkan Islam sangat menganjurkan umatnya untuk senantiasa menebar kebaikan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya: “ Dan berbuat baiklah, kerena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (Al Baqarah: 195)

Nabi shalallhu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Jagalah kalian dari api neraka, walaupun hanya bersedekah dengan sepotong kurma. Namun jika tidak mendapatkan sesuatu yang bisa disedekahkannya, hendaklah berucap dengan kata-kata yang baik” (HR. Bukhari no: 6023 dan Muslim no: 2346)

Maka sebagai nasehat bagi muslimin, kami berharap semoga tulisan ringkas ini bisa membendung ramainya budaya April Mop yang kian tahun kian marak.

Wallahu ‘alam.

*Tercatat tulisan ini setelah merasa bahwa kaum muda kini telah mulai merayakan budaya April Mop.

Tahan Lisanmu terhadap Shahabat Nabi!

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Ahlussunnah telah sepakat atas wajibnya menahan celaan kepada salah seorang dari kalangan shahabat nabi karena sebab apa yang terjadi pada mereka -yakni peperangan-, walaupun telah diketahui pihak mana yang benar,

Mereka tidaklah berperang kecuali karena berpegang kepada ijtihad, dan Allah telah mengampuni kesalahan dari ijtihad mereka.

Bahkan tak hanya itu, mereka (yang telah salah berijtihad) telah mendapatkan satu pahala, dan yang benar (ijthadnya) diganjar dengan dua pahala."
(Al Fath: 13/34, 42, 67).

(Dinukil dari Al Fawaidul Muntaqah min Fathil Bari-Syaikh Abdul Muhsin al 'Abbad, hal. 111).

Hadits Arbain no 4 (bag 2)

Hadits Arbain no 4
(Bagian kedua-selesai)

فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا

وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا                      
[رواه البخاري ومسلم]
"Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan penduduk surga (amalan ketaatan) hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta, akan tetapi catatan takdir telah mendahuluinya, dia pun melakukan perbuatan penduduk neraka (amalan kemaksiatan) , maka masuklah dia ke dalam neraka.

Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan penduduk neraka (amalan kemaksiatan) hingga jarak antara dirinya dengan neraka tinggal sehasta, akan tetapi catatan takdir telah mendahuluinya, dia pun melakukan perbuatan penduduk surga (amalan ketaatan) , maka masuklah dia ke dalam surga.
(HR. Bukhari dan Muslim).
☆☆☆

Penjelasan hadits

Ibnu Daqiqil Ied menyatakan bahwa hal di atas adalah kejadian yang jarang terjadi dan bukanlah suatu kejadian yang memang sudah menjadi keumuman. (Syarah Arba'in).

Al Imam Nawawi menyatakan, "Di dalam hadits ini terdapat dalil untuk tidak memastikan seseorang itu masuk surga atau masuk neraka, walaupun dia telah mengamalkan seluruh amalan kebaikan atau dia telah mengamalkan seluruh amalan kejelekkan.
Dan jangan pula seseorang untuk menyandarkan dirinya semata-mata berdasarkan amalan atau merasa takjub dengan amalannya, karena dirinya tidak tahu bagaimana akhir hidupnya nanti. Akan tetapi hendaknya dia memohon perlindungan kepada Allah dari akhir hidup yang jelek (su'ul khatimah) dan balasan yang jelek." (Syarah Arba'in).

Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan hikmah pada hadits di atas, "Bahwa seseorang yang melakukan amalan penduduk surga (amalan ketaatan) dalam hadits di atas, itu adalah yang tampak pada manusia. Padahal pada hakikatnya dia tengah menyembunyikan suatu niat yang jelek.
Maka niat yang jelek itu terus menguasainya hingga akhirnya dia pun menutup hidupnya dengan akhir yang jelek (su'ul khatimah). Kami berlindung kepada Allah dari hal yang demikian." (Ta'liqat Arba'in).

Syaikh Ismail ibn Muhammad al Anshari menyatakan bahwa, "Hendaknya seorang pun janganlah tertipu dengan keadaan zhahirnya saja karena akhir hidup seseorang itu tidak diketahui. Oleh karenanya disyariatkan untuk berdoa untuk kokoh di atas agama dan mendapat akhir hidup yang baik (husnul khatimah). (At Tuhfatur Rabbaniyyah).

Syaikh Abdul Muhsin al Abbad menuturkan, "Sesungguhnya seorang insan wajib untuk berada di antara perasaan takut (khauf) dan perasaan harap (raja') karena ada sebagian manusia yang sepanjang hidupnya mengamalkan amalan baik, akan tetapi di akhir hayat hidupnya ternyata menutup dengan amalan yang jelek.
Seorang insan juga seyogyanya untuk tidak berhenti dari rasa harapan (mendapat kebaikan) karena terkadang ada seseorang yang dirinya telah menghabiskan sepanjang hidupnya dengan kemaksiatan, akan tetapi kemudian Allah menganugerahkan kepadanya suatu jalan petunjuk hidayah, sehingga dia pun mendapat petunjuk hidayah di akhir umurnya." (Fathul Qawil Matin).

Syaikh Shalih alu Syaikh menjelaskan makna petikan hadits yang menerangkan adanya seorang yang melakukan perbuatan penduduk surga (amalan ketaatan), ini adalah apa yang terlihat pada zhahirnya.
Adapun di dalam hatinya, maka Allah lah yang tahu sebagaimana kita tidak tahu, bahwa ternyata di dalam hati mereka tengah menyimpan penyimpangan. Maka Allah sesatkan hati-hati mereka.
Kita meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Allah telah memutuskan dengan keadilan, dan tidak akan mungkin untuk menzhalimi manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itu lah yang menzhalimi dirinya sendiri." (Syarah Arba'in).

Selesai.
Wallahu alam.

Rujukan:
1. Syarah Arba'in Imam Ibnu Daqiqil Ied
2. Syarah Arba'in Imam an Nawawi
3. Ta'liqat Ahaditsil Arba'in Syaikh Ibnu Utsaimin
4. Syarah Arba'in Syaikh Ibnu Utsaimin
5. Syarah Arba'in Syaikh Shalih alu Syaikh
6. Al Minhatur Rabbaniyyah fi Syarhil Arba'in Syaikh Shalih Fauzan
7. Fathul Qawil Matin fi Syarhil Arba'in Syaikh Abdul Muhsin al 'Abbad
8. At Tuhfatur Rabbaniyyah fi Syarhil Arba'in Syaikh Ismail ibn Muhammad al Anshari.

Hadits Arbain no 4 (bag 1)

Hadits Arbain no 4
(Bagian pertama)

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ :
"Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata, "Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan yang dibenarkan.
☆☆☆

Penjelasan hadits:

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan bahwa maksud dari
الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ
adalah benar di dalam ucapannya dan dibenarkan dengan apa yang telah diwahyukan kepada beliau. (Ta'liqat Arba'in)

Syaikh Abdul Muhsin al Abbad hafizhahullah menyatakan bahwa Abdullah ibn Masud berkata demikian dikarenakan hadits (yang akan disampaikan) memuat perkara-perkara ghaib yang tidak diketahui kecuali dengan jalan wahyu. (Fathul Qawil Matin)

Syaikh Shalih ibn Abdulaziz alu Syaikh menyatakan sudah dimaklumi bahwa para shahabat nabi di waktu itu tidak mengetahui tentang permasalahan-permasalahan yang ghaib dalam hadits ini. (Syarah Arba'in)
-------------

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ.
"Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi segumpal darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi sekerat daging selama empat puluh hari, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh dan diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: Rezekinya, ajalnya, amalnya dan celakanya atau bahagianya."
☆☆☆

Penjelasan hadits:

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu menyatakan bahwa malaikat dalam hadits ini adalah malaikat yang ditugaskan oleh Allah kepada janin-janin (di rahim) dan masuk kepada perut seorang ibu. (Minhatur Rabbaniyyah).

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan bahwa ruh adalah suatu dzat yang -dengan izin Allah- menghidupkan jasad. Bagaimana cara meniupnya, maka hanya Allah yang tahu. (Syarah Arba'in)

Syaikh Shalih alu Syaikh menyatakan, "Ruh adalah salah satu makhluk Allah dari makhluk-makhluk Allah. Kita tidak mengetahui bagaimana tiupan (dalam hadits ini) dan bagaimana melekatnya ruh pada jasad." (Syarah Arba'in).

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu menyatakan bahwa manusia tidak akan mampu untuk menyibak hakikat dari ruh ini, karena ruh adalah rahasia dari berbagai rahasia-rahasia Allah. (Minhatur Rabbaniyyah)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan bahwa berdasar hadits ini, janin yang berumur sebelum 4 bulan tidak dihukumi sebagai seorang manusia. Maka jika ada janin yang keguguran sebelum purna 4 bulan, janin tersebut tidak perlu dimandikan, dikafani dan dishalati. (Ta'liqat Arba'in).

Syaikh Ismail Muhammad al Anshari rahimahullah memberi faidah dari hadits ini agar seorang hamba bersemangat untuk memiliki sifat qana'ah dan meninggalkan sifat ambisi yang berlebih karena rezeki telah ada takdirnya.
Yang disyariatkan bagi kita hanya melakukan aktifitas usaha, karena ini adalah termasuk dari sekian sebab yang menghendaki adanya hikmah di alam dunia. (At Tuhfatu Rabbaniyyah).

Bersambung..

Cinta Orang Kafir=Bodoh atau Nifak

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu berkata, "Tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk mencintai orang-orang kafir karena seseorang akan dikumpulkan bersama yang dicintainya pada hari kiamat.

Adapun orang-orang yang menyatakan, "Aku mencintai seluruh manusia karena semua adalah anak cucu adam", maka dimana posisi mereka dari ayat-ayat dan hadits-hadits nabi?!

Mereka ini, kalau bukan orang-orang bodoh yang Allah telah butakan mata hatinya atau orang-orang yang nifak dan kufur."

(Syarah Kitabil Kabair-Syaikh Shalih Fauzan, hal. 98, cet. Dar Risalatil Alamiyah 2012).

2 Tingkatan Jihad Melawan Setan

Tingkatan Jihad dalam Melawan Setan

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata, "Berjihad melawan setan ada dua tingkatan:

1. Berjihad untuk melawan serangan yang datang berupa syubhat-syubhat dan keragu-raguan.

2. Berjihad untuk melawan serangan yang datang berupa keinginan-keinginan yang jelek dan syahwat-syahwat."

(Mukhtarat min Kitabi Zadil Ma'ad-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 116, cet. Muassasah Syaikh 2013).

Jangan Memulai Salam kepada Orang Kafir

Dari Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ فَإِذَا لقيتموهم فِي طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُم إِلَى أَضْيَقِهِ
“Janganlah kalian memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Jika kalian berpapasan dengan mereka di jalan, maka desaklah mereka ke jalan yang paling sempit.” (HR. Muslim no. 2167)

Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu di dalam Tas-hilul Ilmam ketika menjelaskan hadits ini, "Ini termasuk juga dari adab salam. Bahwasanya tidak boleh memulai salam kepada orang yahudi, nasrani dan orang kafir lainnya, karena mereka adalah musuh-musuh Allah.
Salam adalah termasuk bagian dari hak-hak seorang muslim terhadap muslim lainnya. Adapun orang kafir, tidak punya hak.
Maka kita wajib untuk mengecam dan membenci orang kafir di jalan Allah.
Akan tetapi jika mereka lebih dulu mengucapkan salam kepada kita, maka kita balas salam mereka, karena islam adalah agama yang mukafiah (membalas kebaikan) dan agama yang ihsan (baik).
Maka jika ada yang berbuat baik kepadamu, walaupun dia seorang kafir, balaslah kebaikannya."

Syaikh melanjutkan, "Di dalam hadits ini ada faidah bagi kita untuk mendesak mereka ke tempat yang sempit ketika bertemu di jalan.
Maknanya adalah jangan sampai kita biarkan mereka berada di tengah jalan atau mendapatkan jalan yang baik, karena mereka adalah musuh Allah. Kewajiban bagi kita adalah menghinakan orang kafir karena Allah telah menghinakannya, maka janganlah kita memuliakannya."


Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu di dalam Fathu Dzil Jalali wal Ikram ketika menjelaskan hadits ini berkata, "Contoh dari hadits ini, jika terdapat jalan yang hanya muat untuk empat orang, lalu kita bertemu dengan empat orang dari kalangan mereka, maka kita jangan memperluas jalan untuk mereka, akan tetapi hendaknya kita tetap berjalan sebagaimana biasa, sampai mereka melewati di sela-sela kita satu per satu.
Janganlah kita membuka jalan untuk mereka, ketika perbuatan itu menunjukkan sebagai pemuliaan, pembesaran dan peninggian terhadap mereka."

Syaikh melanjutkan, "Jika kita telah mengetahui bahwa maksud dari syariat untuk tidak memulai salam kepada orang kafir adalah agar kita tidak memuliakan dan menghormati mereka, maka kami katakan: Kalau begitu jangan pula kita memulai kepada mereka dengan tahiyah (ucapan penghormatan).
Janganlah kita ucapkan "ahlan wa sahlan" jangan juga mengucapkan "marhaban", kalau memang ucapan ini menunjukkan pemuliaan terhadap mereka.
Akan tetapi jika engkau dalam situasi darurat, misalnya engkau ingin masuk ke dalam kantor yang pemimpinnya seorang nasrani, maka yang seperti ini tidak mengapa jika engkau mengucapkan "permisi" atau "selamat pagi" akan tetap kau niatkan ucapanmu ini untuk dirimu dan untuk kaum muslimin.
Hal ini dilakukan jika memang darurat, karena sebagian orang sekarang tengah berada di perusahaan-perusahaan yang pemimpinnya adalah orang nasrani.
Ketika engkau ingin masuk ke dalam kantor yang pemimpinnya seorang nasrani, maka engkau tidak boleh mengucapkan "assalamu'alaikum", karena rasulullah telah melarang akan hal ini."

Syaikh melanjutkan, "Apakah makna dari hadits ini adalah untuk mendesak mereka sampai menempel ke tembok?
Jawabnya adalah tidak.
Karena dahulu, ketika nabi bertemu dengan orang yahudi di Madinah, tidak ternukilkan pernah mendesaknya sampai menempel ke tembok. Hal ini juga tidak boleh dilakukan kepada seorang muslim. Akan tetapi yang penting adalah janganlah kita memuliakan orang-orang kafir dengan cara meluaskan jalan untuk mereka."


Syaikh Abdullah al Bassam rahimahullahu di dalam Taudhihul Ahkam ketika menjelaskan hadits ini berkata, "Hukum ini (mendesak orang kafir di jalan) di masa sekarang tertahan, ini disebabkan karena lemahnya islam dan lemahnya muslimin terhadap orang-orang kafir.
Akan tetapi kita tidak boleh berputus asa untuk mengembalikan kemuliaan, kemenangan dan ketinggian islam."

Syaikh melanjutkan, "Dalam hadits ini ada larangan untuk memulai salam kepada yahudi dan nasrani. Jika mereka memulai salam, maka telah ada hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari shahabat Anas ibn Malik, bahwa nabi bersabda, "Jika ahlul kitab mengucapkan salam kepada kalian, maka ucapkanlah: WA'ALAIKUM."

Wallahu alam.

Sumber:
1. Tas-hilul Ilmam-Syaikh Shalih Fauzan 6/167-168
2. Fathu dzil Jalali wal Ikram-Syaikh Ibnu Utsaimin 6/259-260
3. Taudhihul Ahkam-Syaikh Abdullah al Bassam 7/303-304

3 Perkara yang Aku Suka Untukku dan Untuk Dirimu

Ibnu Aun rahimahullahu berkata, "Ada tiga perkara yang diriku menyukainya dan aku menyukai juga jika itu ada pada saudara-saudaraku.

1. Terhadap sunnah nabi ini, mereka mempelajari dan bertanya tentang maknanya.
2. Terhadap Al Qur'an, mereka bertafaqquh dan bertanya tentang maknanya.
3. Mereka tinggalkan manusia kecuali pada orang-orang yang baik."

(Al Amru bi Ittiba-Imam as Suyuthi, hal 21, cet. Darul Istiqamah 2013).