Selasa, 31 Mei 2016

Maksiat Menurunkan Pamor Wibawa

Maksiat Menurunkan Pamor Kewibawaan, Sampaipun di Hadapan Anaknya!

Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A'lamun Nubala (Tahdzib-nya 2/765) membawakan kalam Abu Abdurrahman al Umari az Zahid rahimahullahu, beliau berkata, "Sesungguhnya termasuk dari kelalaian terhadap dirimu adalah berpaling dari Allah, yakni ketika engkau melihat suatu perkara yang membuat Allah murka, maka engkau pun melampauinya (malah melanggarnya).
Engkau pun juga tidak memerintahkan (kepada kebaikan) dan tidak melarang (dari kejelekkan) karena takut dari makhluk.
Barang siapa yang meninggalkan amar maruf (memerintahkan kepada kebaikan) karena takut kepada makhluk niscaya kewibawaan akan dicabut dari dirinya.
Seandainya dia memerintahkan sesuatu kepada anaknya, niscaya anaknya akan meremehkan perintahnya."

PKI

Partai Komunis Indonesia (PKI)

Sebuah partai politik yang mengusung ajaran komunis anti agama. Mengkampanyekan kesetaraan hidup dan kesamaan, katanya..

Oleh karenanya tuan tanah dan bos-bos pemilik perusahaan yang mereka sebut kaum borjuis, juga para santri serta pemuka agama adalah musuh utama kaum komunis.

Pikirnya, tuan tanah harus menyerahkan tanahnya kepada rakyat, bos besar harus menghibahkan perusahaannya untuk rakyat. Semua harus adil! Bagi rata!

Enggan.. Maka harus dihabisi..

Sedangkan agama dibenak seorang komunis adalah bak candu yang membuat orang menjadi malas dan mundur. Oleh karenanya seorang komunis identik dengan atheis alias kaum anti Tuhan. Laa haula wala quwwata illa billah.

PKI akan melibas siapa yang menjadi aral perjuangannya. Tak segan dan tak peduli, jika dia bukan komunis atau tidak manut aturan komunis maka dia musti mati.

Ketika mereka kuat dan banyak, penculikan, pembantaian dan sederet pembunuhan sadis akan muncul dan mewarnai sepak terjang partai yang berlambangkan palu dan arit ini.

Terlebih ketika mereka telah kokoh dan didukung oleh elemen militer, PKI akan melakukan revolusi dengan cara kudeta dan penggulingan kekuasaan, hal ini mereka nilai sebagai cara yang ampuh tuk mengkomuniskan negara.

Walhasil, jiwa tak ada harganya lagi, nyawa pun tak ada nilainya, darah akan tertumpah, demi sebuah revolusi.

Dua kali PKI telah mencoba meng-komunis-kan negeri ini, 1948 dan 1965 adalah saksi zaman yang tak pernah usang.

Kaum akar rumput dari kalangan buruh dan tani dijadikan bemper dan alat revolusi khayalan para petinggi komunis najis.

Kaum buruh dan tani dibakar emosinya untuk membantai kaum agamis dan borjuis, sekali lagi, demi revolusi, semua halal..!

Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah jua lah, kemudian dengan bersatunya elemen muslimin dan TNI kala itu, revolusi 2x dari sang pemberontak dan penghianat bangsa kaum komunis najis berhasil digagalkan.

Akan tetapi, kini..

Ketika orang-orang merasa PKI telah mati, nyatanya PKI tak mati.

PKI ingin bangkit lagi, ingin berbenah diri menggapai mimpi dari sebuah revolusi.. membumikan komunis di negeri pertiwi.

Mereka tidak tidur, mereka terus maju walau merayap pelan. Perlahan tapi pasti.

Lalu, apakah kita diam saja?

Menunggu mereka tegak berdiri dan bereaksi lagi?

Tidak. Tentu tidak!

Kita harus melek dan sadar bahwa komunis tengah mencoba bangkit lagi.

Sejarah pun dibelokkan, yang sejatinya mereka adalah pelaku sejarah hitam Indonesia 1948 dan 1965, kini mereka menginvansi media agar publik teropini bahwa merekalah korban yang terzhalimi.

Allahu musta'an.

Kaum muslimin, mari kita hadang laju paham komunis dengan menebar ilmu. Sukseskan tebar majalah Asy Syariah edisi khusus "AWAS! KOMUNISME BANGKIT LAGI" di kota Anda.

Sisihkan tenaga dan harta Anda dalam amal ini. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Semoga Allah mudahkan dan memberkahi langkah kita, amin.

Rabu, 18 Mei 2016

Cinta yang Tak Pernah Kenal Tua

Abu Darda radhiallahu anhu berkata, "Jiwa salah seorang di antara kalian akan senantiasa awet muda dalam mencintai sesuatu (dari perkara dunia) walaupun tulang dadanya telah turun membungkuk karena sebab tua.
Kecuali mereka yang telah Allah anugerahkan jiwanya (ingat) negeri akhirat.
Dan sedikit sekali (orang yang seperti) mereka ini."

(Az Zuhd war Raqaiq-Imam Ibnul Mubarak, hal. 144-145, cet. Dar Ibnil Jauzi 2011).

Minggu, 15 Mei 2016

Membiasakan Anak di Atas Ketaatan

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu berkata, "Sudah menjadi kewajiban bagi seorang ayah untuk mentarbiyah (mendidik) anak-anak mereka di atas ketaatan kepada Allah.

Mengasuh mereka di atas ketaatan sampai mereka tumbuh besar di atas ketaatan.

Membiasakan dan membentuk mereka di atas ketaatan.

Adapun jika para orang tua menelantarkan anak-anak mereka, yaitu dengan membiarkan mereka tumbuh di atas ghaflah (kelalaian) dan kelabilannya seorang pemuda, maka mereka kelak akan tercampakkan dari masyarakat..."

(Taujihatun Muhimmatun lis Syabab-Syaikh Shalih Fauzan, hal. 15, Dar Imam Ahmad 2005).

Petikan Faidah Seputar Adab Minum

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda, "Janganlah salah seorang dari kalian minum dalam keadaan berdiri." (HR. Muslim).
☆☆☆

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu berkata, "Ini termasuk dari adab minum. Bahwasanya yang afdhal bagi seseorang ketika minum adalah dalam keadaan duduk sebagaimana Nabi shallahu alaihi wasallam melakukan hal yang demikian.
Termasuk dari adab minum juga, adalah tidak minum dengan sekali tarikan nafas sebagaimana halnya unta, akan tetapi dia meminumnya dengan tiga kali tarikan nafas dan mengeluarkan mulutnya dari gelas ketika bernafas.
Janganlah dia bernafas di gelas, karena hal itu bisa mengotori (gelas) bagi orang yang selanjutnya (yang ingin memakai gelas tersebut untuk minum kembali).
Maka hendaknya seorang itu minum dengan tiga kali tarikan nafas dan di setiap tarikan nafas, mulutnya dikeluarkan dari gelas.
Minum dalam keadaan duduk adalah yang afdhal, dan dibencinya minum dalam keadaan berdiri ini bukanlah perkara yang diharamkan karena telah shahih bahwa Nabi pernah minum dalam keadaan beliau berdiri, hal ini dilakukan beliau sebagai penjelas bagi umatnya akan kebolehannya (minum dalam keadaan berdiri).
(Silahkan Lihat Tas-hilul Ilmam-Syaikh Shalih Fauzan 6/169-170).
¤¤¤

Imam As Safarini berkata berkata di dalam Manzhumatul Adab, "Khabar-khabar tentang nabi pernah minum dalam keadaan berdiri adalah shahih, sedangkan larangan (pada hadits di atas) dibawa kepada pemahaman bahwa meninggalkan minum dalam keadaan berdiri adalah lebih utama dan menjelaskan bolehnya minum dalam keadaan berdiri."
(Dinukil dari Taudhihul Ahkam-Syaikh Al Bassam 6/307).
¤¤¤

Syaikh Ibnu Utsaimin memberikan faidah bahwa dalam hadits ini menunjukkan syariat islam tidaklah terbatas pada perkara ritual ibadah-ibadah saja sebagaimana sangkaan sebagian orang.
(Lihat Fathu dzil Jalal wal Ikram-Syaikh Ibnu Utsaimin 6/263).

Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitab lain memberikan faidah tambahan, yaitu bagaimana jika di dalam masjid terdapat dispenser air lalu ada seorang masuk ke dalam masjid, apakah dia duduk lalu minum ataukah dia minum dalam keadaan berdiri?
Karena jika dia duduk, maka akan menyelisihi sabda nabi, "Jika seorang memasuki masjid maka janganlah duduk sampai dia shalat dua raka'at terlebih dahulu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Akan tetapi jika minum dalam keadaan berdiri maka akan meninggalkan sesuatu yang afdhal.
Maka jawabnya, "Yang afdhal adalah minum dalam keadaan berdiri karena seorang yang duduk dalam keadaan belum shalat dua raka'at hukumnya adalah haram berdasarkan pendapat sebagian ulama.
Berbeda dengan hukum minum dalam keadaan berdiri, hukumnya lebih ringan.
Maka atas dasar itu semua, minumlah dalam keadaan berdiri kemudian lakukanlah shalat tahiyatul masjid."
(Lihatlah Syarah Riyadhush Shalihin-Syaikh Utsaimin 2/521).
¤¤¤

Wallahu alam.
Semoga bermanfaat.

Rabu, 11 Mei 2016

Pengaruh dari Penyelenggaraan Jenazah di Sisi Salaf

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Kunjungilah oleh kalian orang sakit dan ikutilah penyelenggaraan jenazah, niscaya hal itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat."
(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 518, Ahmad dan Ibnu Hibban. Hadits dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Ibrahim an Nakha'i berkata, "Jika mereka (para salaf) menyaksikan penyelanggaraan jenazah maka sepanjang beberapa hari mereka akan bersedih, dan itu akan diketahui pada keadaan mereka."
(Sanadnya shahih. HR. Ahmad dalam Az Zuhud 365).

(Dinukil dari Az Zuhd war Raqaaiq-Imam Ibnul Mubarak, hal. 140-141, cet. Dar Ibnil Jauzi 2011).

Buah dari 3 Poros Kesabaran

Ibnul Qayyim al Jauziyah rahimahullahu berkata, "Sabar adalah:
1. Menahan jiwa dari amarah terhadap apa yang telah ditakdirkan
2. Menahan lisan dari keluh kesah
3. Menahan anggota badan dari perkara maksiat, seperti: (ketika mendapat musibah dia) menampar-nampar pipi, merobek-robek baju, menjambak-jambak rambut dan yang semisalnya.

Poros dari kesabaran berputar pada tiga hal di atas.

Jika seorang hamba menunaikan (ketiga poros tersebut) sebagaimana mestinya, maka:
1. Ujian dan cobaan (kelak akan) berbalik menjadi suatu yang indah
2. Perkara yang tidak mengenakan akan berubah menjadi sebuah anugerah
3. Suatu yang dibenci akan akan menjadi suatu yang dicintai.

Sesungguhnya Allah tidak menimpakan ujian dan cobaan untuk membinasakan, hanya saja diberikan ujian dan cobaan adalah untuk mengetes kesabaran seorang hamba dan menguji ubudiyahnya (penghambaannya kepada Allah)..."

(Silahkan lihat Syarhul Wabilush Shayyib Ibnul Qayyim al Jauziyah-Syaikh Ibn Baz, hal. 5, cet. Darul Istiqamah 2013)

Bangun Tidur Ujub? Jangan!

Mutharrif ibn Abdillah berkata, "Jika aku menghabiskan malamku dengan tidur dan di waktu shubuh aku dalam keadaan menyesal, itu lebih aku sukai dibandingkan aku menghabiskan malamku dengan berdiri (shalat malam) dan di waktu shubuh aku dalam keadaan bangga diri (ujub)."
(Hilyatul Aulia 2/200)

Imam Imam adz Dzahabi menambahkan, "Tidak akan beruntung -demi Allah- orang yang mentazkiyah (memvonis suci) dirinya atau yang ujub."
(Siyar Alamun Nubala 3/190).

Senin, 02 Mei 2016

Malas dan Bosan

Malas dan Bosan=Kunci Kejelekkan

Muhammad ibn Ali rahimahullahu pernah menasehati putranya, "Wahai anakku waspadalah engkau dari rasa malas dan bosan, karena keduanya merupakan kunci bagi setiap kejelekkan.
Jika engkau malas maka engkau tidak akan mampu menunaikan kebenaran.
Jika engkau bosan, maka engkau tidak akan sabar dalam menjalani kebenaran."

(Hilyatul Aulia-Abu Nu'aim al Ashbahani [tahdzibnya] jil. 1, hal. 507).

Yang Terkenal Berharap Tidak Terkenal

Al Khallal rahimahullah mengatakan bahwa Muhammad ibn Musa berkata, "Aku pernah melihat Abu Abdillah (Imam Ahmad) disambut oleh seorang dari negeri Khurasan dengan ucapan, "Segala puji bagi Allah yang telah membuatku bertemu dengan engkau."
Maka Imam Ahmad berkata kepada orang itu, "Tetaplah engkau ditempatmu (tidak usah menyambutku), memang siapa aku ini?"
(Siyar A'lamun Nubala-Imam Adz Dzahabi, jil. 10, hal. 225).

Muhammad ibnul Hasan ibn Harun rahimahullah berkata, "Aku menyaksikan Abu Abdillah (Imam Ahmad) jika sedang berjalan di sebuah jalan, beliau benci untuk diikuti oleh seseorang."
(Siyar Nubala-Imam Adz Dzahabi, jil. 11, hal. 226).

Di dalam kesempatan lain, ketika orang-orang mengeluk-elukan Imam Ahmad di berbagai negeri, Abul Abbas as Sarraj menuturkan, "Aku mendengar dari Fathu ibn Nuh, bahwa beliau mendengar Imam Ahmad berkata, "Aku mendambakan jika saja hal ini tidak terjadi. Aku ingin menuju ke sebuah tempat yang tidak ada seorang pun di sana (agar tidak ada yang menyanjungku)."
(Siyar Nubala-Imam Adz Dzahabi, jil. 11, hal. 226).

Kalau kita bagaimana?

Sepertinya kita adalah orang yang tidak dikenal dan ingin jadi terkenal.

Allahu musta'an.

Nasehat adalah Sedekah

Abu Darda radhiallahu anhu berkata, "Tidaklah seorang mukmin besedekah dengan sedekah yang paling aku cintai untuk Allah dibandingkan sebuah nasehat yang disampaikan seseorang untuk mengingatkan kaumnya, sehingga dengan nasehat tersebut, kaumnya meninggalkan perkara yang terlarang.
Allah telah memberikan manfaat kepada mereka dengan nasehatnya."

(Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi, jil. 1, hal. 301).