Rabu, 30 Agustus 2017

Islam itu Mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.


Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah berkata, "Setiap orang yang mengikuti seorang rasul dari kalangan para rasul maka dia adalah seorang yang telah pasrah diri dengan mengikuti dan mengesakan Allah, ini pengertian Islam secara umum, yaitu agamanya seluruh para rasul. Maka Islam maknanya adalah memasrahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkannya dan tunduk dengan ketaatan serta berlepas diri dari kesyirikan dan orang yang melakukan kesyirikan.

Adapun Islam dengan makna yang khusus adalah Islam yang dibawa oleh seorang yang diutus oleh Allah sebagai nabinya, Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Maka Islam tebatas hanya mengikuti rasul. Tidak ada agama yang benar kecuali agamanya alaihi shalatu wasallam.

Maka tidak mungkin seorang Yahudi akan berkata, "Saya seorang muslim." Atau seorang Nashrani berkata, "Saya seorang muslim," setelah diutusnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam keadaan dia tidak mau mengikuti nabi..."

(Syarah Tsalatsatil Ushul-Syaikh Shalih Fauzan. Dinukil dari Jami Syuruh ats Tsalatsatil Ushul, hal. 37, cet. Ibnul Jauzi 2012).

Kamis, 17 Agustus 2017

Inilah yang Namanya Belajar


Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah berkata, "Ilmu tidak akan didapat kecuali dengan belajar, sedangkan belajar itu mesti membutuhkan kepada suatu fokus perhatian, kesungguhan dan waktu. Juga membutuhkan juga kepada suatu pemahaman dan konsentrasi hati. Inilah yang namanya belajar."

(Syarah Tsalatsatil Ushul-Syaikh Shalih Fauzan. Dinukil dari Jami Syuruh ats Tsalatsatil Ushul, hal. 33, cet. Ibnul Jauzi 2012).

Apakah suatu pengalaman bisa dijadikan Dasar?

Syaikh Rabi ibn Hadi al Madkhali hafizhahullah menjawab, "Pengalaman itu (teranggap jika) di dalam hal pengobatan, bukan pada perkara ruqiyah.

Pengobatan memang didasari dari berbagai macam pengalaman, adapun di dalam hal meruqiyah, seorang muslim hendaknya hanya mencukupkan diri pada batas syariat saja. Adapun pengalaman-pengalaman adalah segala hal yang engkau temui pada awalnya, maka dari mana pikiran ini ada padamu?!

(As'ilah Muhimmah Haula Ar Ruqiyah war Ruqah-Syaikh Rabi al Madkhali, hal. 37, cet. Darul Imam Ahmad 2011)
A

Batilnya Puasa Tanpa Diiringi Shalat


Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Shalat, apa itu shalat?. Shalat adalah suatu ibadah mulia yang di hari-hari ini kebanyakan manusia meremehkannya. Firman Allah ta'ala,

《فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا》
Artinya:
"Maka datanglah pengganti (yang jelek) sesudah mereka yang menyia-nyiakan shalat dan yang mengikuti syahwatnya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (Maryam: 59).

Sesungguhnya (sikap meremehkan shalat) telah membuat heran, dimana sebagian orang sangat bersemangat untuk berpuasa akan tetapi tidak ada semangat untuk menunaikan shalat, sampai ada yang memberitahuku bahwa sebagian orang ada yang berpuasa tapi tidak shalat.

Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah bahwa siapa yang berpuasa tapi tidak shalat, maka puasanya batil dan tidak diterima sebagai amal shalih, berdasar dalil-dalil dari Al Quran, As Sunnah, nukilan-nukilan para shahabat.

Hasil penelitian dari dalil-dalil yang shahih, menunjukkan bahwa siapa yang meninggalkan shalat maka dia menjadi kafir dengan kekafiran yang mengeluarkannya dari agama (murtad). Jika keadaannya sudah seperti ini, maka tidak bermanfaat lagi puasanya, shadaqahnya, hajinya dan seluruh amalnya, karena Allah berfirman,

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
Artinya:
"Kami perlihatkan segala amal yang mereka (orang kafir) telah kerjakan lalu Kami jadikan amal itu (bagai) debu yang beterbangan." (Al-Furqan: 23).

(Al Halal wal Haram, Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 40)

Bolehkah Orang yang Tidak Baik dalam Membaca Al Quran itu Meruqiyah?

Syaikh Rabi ibn Hadi al Madkhali hafizhahullah menjawab, "Orang tersebut boleh meruqiyah jika keadaannya memang dibutuhkan. Akan tetapi dirinya harus belajar, nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Seorang yang mahir dalam membaca Al Quran maka dia bersama safaratul kiramil bararah (malaikat yang mulia), sedangkan orang yang membaca Al Quran dengan terbata-bata dan kesusahan, maka dia mendapat dua pahala." (HR. Bukhari dan Muslim).

Yakni, dia mendapat pahala -walaupun terbata-bata dalam membacanya-, dan jika memang dia tidak mampu membaca Al Quran dengan baik, hendaknya bacalah dengan sebaik-baik bacaan yang dia mampu."

(As'ilah Muhimmah Haula Ar Ruqiyah war Ruqah-Syaikh Rabi al Madkhali, hal. 36, cet. Darul Imam Ahmad 2011)

Akibat Tidak Tahu Apa Itu Syirik


Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah berkata, "Orang-orang musyrikin bertaqarrub kepada Allah dengan sangkaan bahwa mereka tengah berada di atas kebaikan karena mereka tidak mengetahui apa itu syirik, maka jadilah mereka itu bertaqarrub kepada Allah dengan kesyirikan!."

(Disadur dari Syarh Sittati Mawadi minas Sirah-Syaikh Shalih Fauzan, dinukil dari Silsilatu Syarhir Rasail, hal. 55, cet. Darul Atsariyah 2008).

Kehidupan adalah Ketika Engkau Bisa Beribadah kepada Allah


Kehidupan itu adalah tatkala kita bisa menggunakan waktu dengan melaksanakan suatu tujuan yang Allah telah ciptakan kita (yaitu beribadah), juga kita manfaatkan dengan baik waktu yang ada dengan senantiasa melakukan ketaatan.

Abu Darda radhiallahu anhu berkata, "Kalau saja tidak ada tiga perkara, niscaya aku tidak akan menyukai hidup di dunia ini." Ditanyakan oleh seseorang, "Apa ketiga perkara itu?" Beliau menjawab, "(1) Jika aku tidak meletakkan wajahku ini untuk sujud kepada penciptaku di pergantian siang dan malam, (2) kehausan di hari yang panas (puasa) dan (3) bergaul orang banyak dengan memilih ucapan (baik) sebagaimana memilih buah-buahan."

Maka kehidupan yang hakiki adalah ketika seorang mengisi kenikmatan hidupnya dengan ketaatan, jika demikian maka hamba tersebut telah berbekal di dunia untuk memetik hasilnya di akhirat. Allah ta'ala berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ
Artinya:
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (Al Baqarah 197).

Abu Hazim Salamah ibn Dinar rahimahullah berkata, "Setiap kenikmatan yang tidak bisa untuk mendekatkan kepada Allah, maka itu adalah petaka."

(Al Hayah-Muhammad Ibrahim al Utsman, hal. 11-12, cet. Darul Furqan 2012).

Slogan Sesat yang Menyatakan Tidak Perlu Mempelajari Kebatilan

Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah berkata, "Sudah seharusnya kita mengetahui perkara kebaikan dan perkara kejelekan. Hari-hari ini sebagian orang berkata: ketahuilah olehmu jalan kebenaran dan bukanlah menjadi suatu yang penting untuk engkau mengetahui lawannya (perkara kejelekkan).

Ini adalah ucapan batil, karena jika engkau tidak mengetahui perkara yang batil maka engkau akan terus menerus tersamar (dari kebatilan) dan akhirnya engkau pun tersesat dari jalan kebenaran. Terlebih lagi dengan adanya para dai sesat yang terus menerus menyesatkan umat!"

(Disadur dari Syarh Sittati Mawadi minas Sirah-Syaikh Shalih Fauzan, dinukil dari Silsilatu Syarhir Rasail, hal. 55, cet. Darul Atsariyah 2008).