Selasa, 31 Oktober 2017

Terjemah Al Hadits, wa Makanatuhu fit Tasyri al Islami-Syaikh Muhammad Khalil Harras 5

Pencatatan As Sunnah

Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah berkata, "Adapun pencatatan hadits sesungguhnya telah dimulai sejak di zaman kenabian dimana terdapat seorang shahabat yang mulia yaitu Abdullah ibn Amr ibnul Ash radhiallahu anhu yang menulis setiap apa yang telah beliau dengar dari Rasulullah shallallahu alaihibwasallam, oleh karenanya Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata, "Tidak didapati seorang shahabat rasulullah yang paling banyak haditsnya dibandingkan aku kecuali Abdullah ibn Amr ibnil Ash karena beliau dahulu menulis, sedangkan aku tidak menulis." (HR. Bukhari dan Muslim).

Abdullah ibn Amr pernah menamakan catatan-catatan teraebut dengan nama "shahifah ash shadiqah."

Demikian juga dengan Ali ibn Abi Thalib radhiallahu anhu, dahulu beliau pernah memiliki sebuah shahifah (catatan lembaran) dan di dalam shahifah tersebut terdapat pembahasan hukum tentang melepaskan tawanan, diyat dan tidak bolehnya seorang muslim dibunuh oleh orang kafir (dalam qishash).

Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan suatu hadits,
《من قتل له قتيل فهو بخير النظرين》
Artinya:
“Barangsiapa yang (anggota keluarganya) dibunuh, maka dia boleh memilih dengan dua pilihan.” (HR. Bukhari). Maka ada seseorang yang berasal dari negeri Yaman yang dikenal dengan pangilan Abu Syah berkata, "Tuliskanlah untukku wahai rasulullah". Maka Rasulullah berkata, "Tuliskanlah untuk Abu Syah".

Rasulullah juga dahulu menulis kepada para raja dan penguasa dimana hal ini teranggap juga sebagai hadits yang tertulis.

Nabi shallallahu alaihi wasallam tidaklah melarang untuk menulis hadits dengan pelarangan yang mutlak, akan tetapi bagi sebagian para shahabatnya hal ini diberikan keringanan.

Setelah wafatnya Nabi alaihishalatu wasallam hadits pun masih terjaga di dada-dada para shahabatnya, begitupun juga dengan para shahabat-shahabatnya yang masih kecil seperti Ibnu Abbas, Anas ibn Malik, Jabir ibn Abdillah dan lainnya, mereka dahulu mengumpulkan hadits-hadits dari para shahabat-shahabat nabi yang dewasa yang bertujuan agar dapat mengumpulkan segala apa yang telah didengarnya sendiri. Ketika telah dibukanya negeri-negeri dan berpencar-pencarnya para shahabat nabi di berbagai daerah, mereka pun berbondong-bondong untuk mengambil riwayat-riwayat hadits di sisi para shahabat yang dewasa agar bisa diajarkan kepada para tabiin".

Sumber
Al Hadits, wa Makanatuhu fit Tasyri al Islami-Syaikh Muhammad Khalil Harras, hal. 26, cet. Darul Istiqamah 2010

#terjemah_alhadits_khalil_harras

Tidak ada komentar: