Minggu, 13 Agustus 2023

Mau Pilih Mana, Jalan Bahagia atau Jalan Celaka?

 

Ketika manusia diciptakan maka sesungguhnya ia telah ditetapkan akan kehidupannya, apakah ia termasuk orang yang bahagia ataukah orang yang celaka. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

"Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai setetes mani (nuthfah), kemudian menjadi setetes darah (‘alaqah) selama itu (40 hari juga), kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama itu (40 hari juga). Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat, maka ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan (oleh Allah) dengan menetapkan empat perkara, yaitu: rezekinya, ajalnya, amalnya dan celakanya atau bahagianya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Perkara kebahagiaan dan kecelakaan seorang hamba adalah rahasia Allah. Kita tidak bisa mengklaim diri sendiri dengan sebagai orang yang paling bahagia, karena sesungguhnya kebahagiaan itu telah terdapat tanda-tandanya. Ketika tanda-tanda tersebut ada, maka sangat besar kebahagiaan itu didapat.

Allah telah menitipkan sesuatu yang jika dijalani oleh manusia di dunia, maka ia akan meraih kebahagiaan. Titipan itu adalah syariat-syariat Allah. Semua syariat Allah yang ada merupakan tolak ukur seorang hamba di dalam meraih kebahagiaannya. Semakin seorang hamba tersebut berada di dalam syariatNya, niscaya kebahagiaan akan terliputi pada dirinya. Sebaliknya, semakin seorang hamba jauh dari syariat Allah, niscaya kebahagiaan yersebut akan terluput dari dirinya.

Dengan hikmahNya yang agung, Allah menciptakan di dunia ini orang-orang yang bahagia dan juga menciptakan orang-orang celaka. Orang-orang bahagia telah dimunculkan di dunia ini agar manusia bisa mencontoh mereka dan mentauladani mereka di dalam menapaki jalan kebahagiaan. Siapakah orang-orang bahagia itu? Orang-orang bahagia itu adalah para nabi dan para rasul beserta orang-orang yang menetapi jalan mereka.

Di sisi lain, Allah juga memunculkan orang-orang yang celaka. Dengan hikmahNya yang agung pula, mereka ada. Mereka diciptakan sebagai ujian bagi orang yang sedang menjalani jalan orang-orang yang bahagia. Orang-orang celaka tersebut tidak hanya melakukan amalan-amalan yang celaka, tetapi juga mereka berusaha mengajak dan membujuk orang-orang lain untuk bisa bersama di jalan celaka tersebut, dan meninggalkan jalan-jalan kebahagiaan.

Maka sadarlah bahwa jalan kebahagiaan ini adalah sesuatu yang penting. Oleh karenanya kita harus mementingkannya di atas kepentingan-kepentingan yang lain. Lalu bagaimana kita bisa menghiasi diri dengan syariat-syariat Allah? Tentunya tidak akan bisa seorang hamba mengetahui syariat-syariat Allah ini kecuali dengan menuntut ilmu agama Allah. Setelah ia belajar, maka ilmu tersebut diamalkan dan dipraktekkan. Mulailah dari diri kita, lalu keluarga kita. Ketika masing-masing kita dan keluarga telah berilmu dan beramal, maka dengan sendirinya insyaallah akan terbentuk sebuah masyarakat yang bahagia penuh barakah. Ingatlah dua perkara ini! Dua sumber kebahagiaan. Ilmu dan amal. Oleh karenanya, mau pilih mana, jalan bahagia atau jalan celaka? Barakallahufiikum.

(Tulisan terhasil diri catatan tausiyah shubuh bersama Al Ustadz Abdurrahman Lombok hafizhahullahu ta'ala di Mahad Riyadhul Jannah-Cileungsi, 3 Dzulqadah 1443H / 4 Juni 2022)

Tidak ada komentar: