Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim
telah membawakan suatu hadits di dalam kitab Shahih keduanya, dari Aisyah
radhiallahu 'anha, ia berkata: ''Sesungguhnya Nabi shalallahu 'laihi wasallam
selalu bangun untuk mengerjakan shalat malam sampai kedua kakinya bengkak''
Aku (Aisyah) bertanya: ''Wahai
Rasulullah mengapa engkau berbuat demikian, sesungguhnya Allah telah mengampuni
semua dosamu baik yang telah lampau maupun yang akan datang?''
Beliau
(Rasulullah) menjawab: ''Apakah tidak sepantasnya jika aku menjadi seorang
hamba yang banyak bersyukur?''
Subhanallah.
Apa kira-kira yang tersirat di benak kita ketika mengetahui hal ini?
Seorang
hamba yang telah dijamin ampunan dan dijamin surga oleh Allah masih tetap bisa
berdiri tegak menunaikan shalat malam yang mustahab.
Lalu,
bagaimana dengan diri kita?
Sudahkah
kita bisa mentauladaninya?
Pembaca
yang dirahmati Allah, minimal satu pelajaran yang dapat kita petik dari hadits
di atas. Lezatnya ibadah yang dirasa oleh Rasulullah. Ya, karena jika ibadah
telah manis terasa, niscaya akan terasa nikmat dalam menjalaninya. Maka, apakah
sebab seorang bisa merasakan lezat dalam beribadah?
Sebelum
kita paparkan sebab-sebabnya maka perlu diketahui sebelumnya, bahwa keimanan
seseorang akan berbanding lurus dengan tingkat kelezatan seseorang dalam
beribadah. Kala iman seseorang naik, maka semakin lezat ibadah terasa.
sebaliknya, jika iman seseorang itu turun, maka semakin berkurang pula
kelezatan ibadah yang di rasa. Maka seyogyanya bagi kita yang ingin merasakan
lezatnya ibadah untuk selalu memperhatikan Iman. Bangun pohon keimanan dengan
tauhid dan pupuk kesuburan iman dengan ilmu dan amal. Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman yang artinya: ''Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan''. (QS. Al-Baqarah: 45)
Pembaca
yang dirahmati Allah, di antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam
beribadah adalah kesungguhannya seseorang dalam beribadah kepada Allah. Allah
subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: ''Dan orang-orang yang
(bersunguh-sungguh) berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan
kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik'' (QS. Al-Ankabut: 69)
Di
antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam beribadah juga adalah
menjauhi perbuatan dosa dan maksiat, karena perbuatan ini akan menghilangkan
manisnya beribadah bahkan akan menghantarkan kepada tertutupnya hati dan murka
Allah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: ''Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa (berupa dosa) yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka (orang kafir) pada
hari itu benar-benar tertutup (tidak melihat) dari Rabb mereka. Kemudian,
sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka''. (QS. Al-Muthaffifin: 14-16)
Di
antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam beribadah juga adalah
meningalkan berlebih-lebihan dari perbuatan makan, minum, tidur, berkata dan
memandang. Semua perkara di atas hendaknya dilakukan sekadarnya dan diniatkan
sebagai penopang beribadah. Hal ini telah masyhur dinyatakan oleh para salafus
shalih.
Di
antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam beribadah juga adalah
meyakini dengan sebenarnya bahwa setiap ibadah yang dilakukannya adalah suatu
bentuk perintah ketaatan kepada Allah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang
artinya: ''Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku'' (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Di antara sebab seseorang bisa merasakan
kelezatan dalam beribadah juga adalah menghadirkan di dalam hatinya, bahwa apa
yang sedang dilakukan dari semua ibadahnya pasti akan diganjar oleh Allah
dengan ganjaran yang baik dan tidak akan hilang di sisi Allah kelak. Tentunya
jika ibadahnya tersebut senantiasa ikhlash dan sesuai dengan bimbingan sunnah
rasulullah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: ''Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya''. (QS. Al-Zalzalah: 7)
dan
firman Allah ta'ala: ''Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling
baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS. Al-Muzammil: 20)
Demikian
catatan ringan ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat.
Yang
mengharap ampunan dan rahmat Allah,
hanyaikhwanbiasa
di catatankajianku.blogspot.com
*
Tertulis catatan ringan ini berasal dari sumber transkrip kajian kami bersama
Ust. Abdullah al-Jakarty, ketika beliau memberikan faidah taklim Kitabut Tauhid
di ma'had Riyadhul Jannah Cileungsi, dengan tambahan dan perubahan redaksi dari
kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar