Selasa, 12 November 2013

IBADAH TERASA INDAH


Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim telah membawakan suatu hadits di dalam kitab Shahih keduanya, dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata: ''Sesungguhnya Nabi shalallahu 'laihi wasallam selalu bangun untuk mengerjakan shalat malam sampai kedua kakinya bengkak''
Aku (Aisyah) bertanya: ''Wahai Rasulullah mengapa engkau berbuat demikian, sesungguhnya Allah telah mengampuni semua dosamu baik yang telah lampau maupun yang akan datang?''
Beliau (Rasulullah) menjawab: ''Apakah tidak sepantasnya jika aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?''

Subhanallah. Apa kira-kira yang tersirat di benak kita ketika mengetahui hal ini?
Seorang hamba yang telah dijamin ampunan dan dijamin surga oleh Allah masih tetap bisa berdiri tegak menunaikan shalat malam yang mustahab.
Lalu, bagaimana dengan diri kita?
Sudahkah kita bisa mentauladaninya?

Pembaca yang dirahmati Allah, minimal satu pelajaran yang dapat kita petik dari hadits di atas. Lezatnya ibadah yang dirasa oleh Rasulullah. Ya, karena jika ibadah telah manis terasa, niscaya akan terasa nikmat dalam menjalaninya. Maka, apakah sebab seorang bisa merasakan lezat dalam beribadah?

Sebelum kita paparkan sebab-sebabnya maka perlu diketahui sebelumnya, bahwa keimanan seseorang akan berbanding lurus dengan tingkat kelezatan seseorang dalam beribadah. Kala iman seseorang naik, maka semakin lezat ibadah terasa. sebaliknya, jika iman seseorang itu turun, maka semakin berkurang pula kelezatan ibadah yang di rasa. Maka seyogyanya bagi kita yang ingin merasakan lezatnya ibadah untuk selalu memperhatikan Iman. Bangun pohon keimanan dengan tauhid dan pupuk kesuburan iman dengan ilmu dan amal. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: ''Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan''. (QS. Al-Baqarah: 45)

Pembaca yang dirahmati Allah, di antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam beribadah adalah kesungguhannya seseorang dalam beribadah kepada Allah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: ''Dan orang-orang yang (bersunguh-sungguh) berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik'' (QS. Al-Ankabut: 69)

Di antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam beribadah juga adalah menjauhi perbuatan dosa dan maksiat, karena perbuatan ini akan menghilangkan manisnya beribadah bahkan akan menghantarkan kepada tertutupnya hati dan murka Allah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: ''Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa (berupa dosa) yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka (orang kafir) pada hari itu benar-benar tertutup (tidak melihat) dari Rabb mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka''. (QS. Al-Muthaffifin: 14-16)

Di antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam beribadah juga adalah meningalkan berlebih-lebihan dari perbuatan makan, minum, tidur, berkata dan memandang. Semua perkara di atas hendaknya dilakukan sekadarnya dan diniatkan sebagai penopang beribadah. Hal ini telah masyhur dinyatakan oleh para salafus shalih.

Di antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam beribadah juga adalah meyakini dengan sebenarnya bahwa setiap ibadah yang dilakukannya adalah suatu bentuk perintah ketaatan kepada Allah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: ''Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku'' (QS. Adz-Dzariyat: 56)

 Di antara sebab seseorang bisa merasakan kelezatan dalam beribadah juga adalah menghadirkan di dalam hatinya, bahwa apa yang sedang dilakukan dari semua ibadahnya pasti akan diganjar oleh Allah dengan ganjaran yang baik dan tidak akan hilang di sisi Allah kelak. Tentunya jika ibadahnya tersebut senantiasa ikhlash dan sesuai dengan bimbingan sunnah rasulullah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: ''Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya''. (QS. Al-Zalzalah: 7)
dan firman Allah ta'ala: ''Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS. Al-Muzammil: 20)

Demikian catatan ringan ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat.

Yang mengharap ampunan dan rahmat Allah,
hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

* Tertulis catatan ringan ini berasal dari sumber transkrip kajian kami bersama Ust. Abdullah al-Jakarty, ketika beliau memberikan faidah taklim Kitabut Tauhid di ma'had Riyadhul Jannah Cileungsi, dengan tambahan dan perubahan redaksi dari kami.



Tidak ada komentar: