Sabtu, 20 Desember 2014

Hukum Kuburan di Bangun dengan Sebuah Bangunan

Apa hukum membangun bangunan di atas kuburan ?

Syaikh Utsaimin rahimahullah menjawab:

Membangun bangunan di kuburan hukumnya haram!

Nabi shalallahu alaihi wa sallam telah melarang dari perkara ini karena hal ini termasuk bentuk pengagungan terhadap penghuni kubur.

Juga menjadi perantara dan membuka pintu kepada mengibadahi kuburan itu dan mengambil sesembahan bersama Allah.

Sebagaimana ini keadaan dari kebanyakan keadaan bangunan-bangunan yang dibangun di atas kuburan.

Maka manusia pun di sana menjadikan penghuni kuburan sebagai sekutu sesembahan bagi Allah. Mereka berdoa bersama Allah ta'ala.

Dan amalan berdoa kepada penghuni kubur dan beristighatsah kepadanya dalam rangka menghilangkan kesusahan-kesusahan adalah syirik besar dan kemurtadan dari Islam.

Allahu musta'an (Allah lah tempat meminta pertolongan..).

[Fatawa Arkanil Islam wal Aqidah-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 23, cet. Maktabatush Shafa 2007].

Malik bin Dinar dan Seorang Pencuri

Seorang pencuri masuk ke rumahnya Malik bin Dinar.

Ternyata tidak ada di dalamnya sesuatu apapun.

Malikpun memergoki pencuri tersebut.

Pencuri itupun mendatangi Malik dan Malik berucap kepada pencuri itu: "As Salaam.."

Pencuri itu menjawab: "'Alaikas Salaam.."

Malik berkata: "Aku lihat engkau tidak mendapatkan apapun dari perkara dunia. Apakah engkau mau sesuatu dari perkara akhirat..?"

Pencuri itu menjawab: "Ya"

Malik berkata: "Bersucilah engkau lalu shalatlah dua raka'at!"

Pencuri itupun shalat. Lalu dia berkata: "Wahai tuanku, duduklah bersamaku sampai subuh!"

Maka mereka pun duduk.

Ketika Malik keluar menuju mesjid dan pencuri itu bersama Malik, murid-murid Malik pun bertanya: "Siapakah dia ?"

Malik menjawab: "Orang ini datang ingin mencuri, tapi aku yang malah mencurinya"

(Mukhtashar Tarikh Dimasyqi 6/121. Dinukil dari Raudhatul Hulama-Abul Abbas Ahmad, Maktabah Imam Al Wadi'i Shan'a. hal. 114-115).

Berdakwah Semampunya

Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah:

"... Tidak semua mampu untuk berdakwah. Dengan makna, bahwasanya dia mengajari manusia tentang perkara agama dan perkara akidah serta beramar maruf bernahi munkar.

Tidak setiap orang mampu seperti ini! Mungkin karena sebab kelemahan badan dan kepribadiannya, atau mungkin juga karena kelemahan ilmunya yang tidak ada padanya pengetahuan tentang perkara halal dan haram, tentang perkara wajib dan mandub, tentang perkara makruh dan mustahab.

Maka dakwah hanya dilakukan atas orang yang mampu menegakkannya dan mumpuni terhadap perkara di atas!

Akan tetapi wajib bagi setiap muslim menunaikan tanggungjawab dakwah sekadar kemampuan mereka.

Seperti contohnya pada seseorang yang berada di rumahnya. Jika dia seorang kepala rumah tangga, maka dia berdakwah kepada keluarganya dengan cara memerintahkan kepada perkara yang maruf dan mencegah dari perkara yang munkar.

Dan juga menjaga rumahnya dari kemungkaran-kemungkaran dan menghidupkan rumahnya dengan amal-amal shalih, karena Allah berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka...

Maka setiap manusia terbebani untuk berdakwah ilallah, beramar maruf nahi mungkar kepada keluarganya dan kepada orang-orang yang dibawah tanggung jawabnya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Perintahkan oleh kalian anak-anak kalian untuk shalat di usia 7 tahun. Pukullah mereka di usia 10 tahun. (HR. Abu Dawud, dishahihkan Syaikh al Albani).

Konteks hadits di atas ditujukan secara umum kepada seorang bapak.

Maka tidaklah seorang muslim kecuali dia menanggung beban tanggung jawab dakwah. Baik secara umum atau secara khusus.

Adapun ahlul ilmi, beban tanggung jawabnya lebih besar lagi. Dan kewajiban atas mereka tentu sangat besar lagi".

(Irsyadul Killan karya Syaikh Fauzan, juz 1 hal. 53, cet. Darul Bashirah, th. 2009)

Petikan Salaf ketika Shalat Makam

Petikan Keadaan Salaf dalam Menyembunyikan Amalan Shalat Malamnya

Ibnul Mubarak berkata:
"Tidaklah aku melihat seseorang yang tinggi (derajatnya) semisal Malik bin Anas. Tidaklah dia melakukan shalat (sunnah) atau puasa (sunnah) kecuali dalam keadaan sembunyi-sembunyi".
[Hilyatul Aulia 6/330].

Adalah Ayub as Sikhtiyani, beliau shalat malam di sepanjang malam dalam keadaan sembunyi-sembunyi. Apabila telah mendekati waktu subuh, dia pun mengeraskan bacaannya seakan-akan dia baru bangun saat itu.
[Hilyatul Aulia 3/8].

Berkata Al A'masy:
"Dahulu jika Abdurrahman bin Abi Laila shalat malam dan ada orang yang masuk, maka dia pun tidur di tempat tidurnya"
[Hilyatul Aulia 4/351].

Hassan bin 'Athiyah berkata:
"Shalatnya seseorang di sisi keluarganya adalah termasuk amalan yang sembunyi-sembunyi".
[Hilyatul Aulia 6/72].

Jumat, 12 Desember 2014

Malu Bertanya Sesat di Jalan

"Malu Bertanya Sesat di Jalan"

Ungkapan terkenal yang diajarkan oleh orang tua dan guru-guru kita sejak kecil.

Ungkapan di atas setidaknya mengingatkan saya akan sebuah hadits yang dibawakan oleh Imam Bukhari (hadits no. 130) dan Imam Muslim (hadits no. 313) dalam kedua kitab Shahih mereka.

Yaitu sebuah hadits yang dituturkan oleh Ummu Salamah perihal kedatangan Ummu Sulaim kepada Rasulullah yang menanyakan apakah 'ihtilam' (mimpi basah) seorang wanita mewajibkan mandi ataukah tidak.

Pada awal konteks hadits disebutkan bahwa Ummu Sulaim memulai pertanyaannya dengan ucapan:
"Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah tidak malu dari al haq...". Hingga akhir hadits.

Ikhwatii fillah,
Dalam penggalan lafazh pembuka Ummu Sulaim di atas, Imam Nawawi rahimahullah menyatakan:
"... Seyogyanya bagi seseorang yang mempunyai suatu permasalahan hendaknya untuk bertanya, dan janganlah perasaan malu itu menghalangi darinya dari bertanya, karena yang demikian itu sesungguhnya bukanlah malu yang hakiki.

Malu itu semuanya baik, dan malu tidaklah ada kecuali mendatangkan kebaikan. Dan menahan diri dari bertanya akan sebuah permasalahan bukanlah perkara yang baik, bahkan ini adalah perkara yang jelek..."
(Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi, kitabul haidh hadits no. 313, cet. Dar Ibnul Jauzi, jil. 2 hal. 186).

Ikhwatii fillah,
Dengan penjelasan di atas, maka ada anjuran untuk kita bertanya jika ada sesuatu yang mengganjal pada diri kita.

Apapun masalahnya, bertanyalah..

Walau dalam permasalahan yang teranggap ringan, sepele atau remeh sekalipun.

Jika memang kita membutuhkan penjelasan, maka bertanyalah..!

Perhatikan ucapan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah. Beliau berkata:
"...Kebanyakan dari manusia berkata: Aku khawatir jika aku bertanya tentang suatu permasalahan, maka manusia akan berkata kepadaku: Ini adalah permasalahan yang mudah, kenapa kau menanyakannya?'

Anggapan di atas adalah salah!
Dan ini berasal dari setan!

Tanyakanlah olehmu walaupun pada permasalahan yang mudah!

Karena terkadang suatu permasalahan, di sisi dugaanmu adalah mudah, tapi belum tentu di sisi dugaan orang itu mudah.

Lantas, apakah jika ada suatu permasalahan yang dianggap oleh satu orang mudah, lalu di sisi setiap orang juga mudah? Tentu tidaklah demikian..!
(Syarah Shahih Bukhari karya Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 1 hal. 260, cet. Daruth Thayyibah 2007)

Oleh karena itu bertanyalah wahai teman-teman. Agar kita tidak sesat di jalan.

Tentunya setiap problema ditanyakan kepada ahlul ilmi. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
"Tanyalah oleh kalian kepada ahlu dzikr (ulama) jika kalian tidak mengetahui"

Semoga bermanfaat.
Wallahu 'alam.

Yang mengharap barakah dari ilmu,
hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

Malu Menuntut Ilmu

"Ana malu kalau datang taklim..."

Ucapan itu kadang kita dapati pada sebagian teman kita.

Atau, mungkin kita sendiri yang mengucapkan!

Bisa jadi karena beberapa faktor.

Mungkin karena belum pernah menghadiri majelis taklim sebelumnya, alias baru kenal ngaji.

Atau sudah pernah taklim, tapi karena kesibukkan, akhirnya jarang hadir di majelis ilmu. Sampai akhirnya dia meninggalkan taklim sekian lama, yang semuanya berujung kepada penurunan tingkat ke-PeDe-an dia untuk menghadiri kembali majelis ilmu.

Atau adanya faktor-faktor yang lain yang beragam. Wallahu 'alam

Akhirnya..

Kata 'malu' pun menjadi pamungkas dalam mengajukan alasan.

Padahal 'malu' pada permasalahan ilmu merupakan tindakan yang tidak patut.

Perhatikan ucapan Imam Mujahid rahimahullah berikut ini:
"Tidaklah akan mendapatkan ilmu seorang yang 'malu' dan sombong".
(HR. Bukhari dalam Shahih-nya secara mu'allaq. Sanadnya shahih muttasil dibawakan Abu Nu'aim dalam Hilyatul Aulia)

Ikhwatii fillah,
Seyogyanya bagi kita agar membuang jauh perasaan 'malu' pada perkara ilmu.

Karena tindakan yang demikian merupakan tindakan yang terpuji, sebagaimana hal inid pernah diikrarkan oleh 'Aisyah radhiallahu'anha. Beliau berkata:
"Sebaik-baik wanita adalah wanita dari kalangan Anshar. Mereka tidak malu untuk bertafaqquh fiddin".
(HR. Bukhari dalam Shahihnya secara mu'allaq. Sanadnya shahih muttasil dibawakan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya).

Lalu, apa batasan malu yang terpuji dan malu yang tercela?

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah memberikan batasan antara malu yang tercela dan malu yang terpuji.

Berkata rahimahullah:
"... Apabila perasaan malu akan menghalangimu dari penunaian perkara yang wajib atau menghalangimu dari meninggalkan yang haram, maka malu yang seperti ini adalah malu yang tercela.

Adapun jika perasaan malu tersebut akan menghantarkan engkau kepada akhlak yang utama dan adab yang mulia, maka malu yang seperti ini adalah malu yang merupakan bagian dari iman".
(Syarah Shahih Bukhari karya Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 1 hal. 260, cet. Maktabah ath Thabari, th. 2007).

Semoga bermanfaat.
Wallahu 'alam.

Yang mengharap isthqamah dalam menuntut ilmu,
hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

Danger Area

Danger Area !

Sering kita mendapati tulisan ini.

Kewaspadaan akan ekstra meningkat ketika kita melewati area tersebut.

Perhatian dan pemantauan akan senantiasa terfokus ketika melintasi lokasi tersebut.

Itu biasa terjadi pada suatu lokasi yang penuh dengan ancaman kecelakaan.

Akan tetapi, sadarkah kita..

Sesungguhnya ada beberapa area berbahaya yang harus kita waspadai di sana.

Label 'zona aman' tidak boleh di rasa pada permasalahan ini.

Apa saja area berbahaya itu ?

Mari kita simak melalui lisan para salafush shalih, apa saja area berbahaya tersebut.


1. Ancaman Kemunafikan.

Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata:
“Aku telah bertemu dengan tiga puluh orang Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka semua takut kemunafikan minimpa dirinya.”
[Fathul Bari 1/137]

Berkata seseorang kepada Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu 'anhu:
"Aku takut menjadi seorang yang munafik"
Maka Hudzaifah ibnul Yaman menjawab:
"Kalau engkau seorang munafik, maka engkau tidak akan takut"
['Uyunul Akhyar 2/739]


2. Ancaman Riya'

'Abdah bin Abi Laila rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan riya' adalah orang yang merasa aman darinya".
[Hilyatul Aulia, tahdzibnya 2/278].


3. Ancaman Masuk Neraka.

Hafs bin 'Umar menceritakan bahwa suatu hari Al Hasan al Bashri menangis.
Maka ada yang bertanya kepadanya:
"Mengapa engkau menangis ?"
Beliau menjawab:
"Aku takut kelak di hari kiamat aku dilemparkan ke api neraka dan aku tidak dipedulikan lagi (oleh Allah ta'ala)"
[Al Muntazham 1/137]


4. Merasa diterimanya amal

Qabishah bin Qais al Anbari menuturkan tentang keadaan Adh Dhahak bin Mazahim rahimahullah yang selalu menangis jika memasuki sore hari.
Maka suatu ketika beliau ditanya apa gerangan penyebab kebiasaan ini.
Adh Dhahak menjawab:
"Aku tidak tahu mana yang akan naik dari amalku hari ini"
[Al Muntazham 7/197]


5. Merasa Banyak Amal Sehingga Merasa Aman darh Azab Allah.

Hudzaifah bin al Mar'asyi rahimahullah berkata:
"Apabila engkau tidak merasa takut bahwa Allah akan mengazabmu atas keutamaan amalmu, maka engkau orang yang celaka"
[Shifatush Shafwah 4/475].

Ikhwatii fillah,
Sebenarnya masih banyak 'Area Danger' yang lainnya.

Akan tetapi semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat buat saya pribadi dan teman-teman semua.

* Kalam-kalam di atas bisa dirujuk di kitab Hayatus Salaf hal. 506-538, cet. Dar Ibnul Jauzi, th. 2011.

Yang mengharap rahmat Allah,
hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

Waspada Riya

Tahapan Setan dalam Menjerumuskan Seorang Hamba kepada Riya' (beramal karena ingin dilihat agar mendapat pujian)

Berkata Sufyan ats Tsauri rahimahullah:

Telah menyampaikan kepadaku bahwasanya seorang hamba ketika mengamalkan suatu amalan yang tersembunyi, maka setan pun senantiasa bersamanya (untuk menggoda) sampai setan bisa menguasainya.

Maka dia pun menampakkan amalannya (setelah sebelumnya menyembunyikan amalannya) dan tercatat sebagai orang yang mengamalkan amalam yang zhahir.

Setan pun terus bersamanya (untuk menggodanya) sampai dia mencintai pujian atas amalan zhahirnya tersebut.

Maka terhapuslah dia sebagai orang yang beramal amalan zhahir, dan dia ditetapkan sebagai orang yang riya' dalam beramal.

(Hilyatul Aulia karya Abu Nu'aim al Ashbahani juz 7, hal. 30-31. Dinukil dari Tahdzibnya hal. 35, cet. Daruth Thayyibah-Riyadh 2006)

Ringankan Beban Punggungmu !

Seorang Tabi'in yang bernama Maimun bin Mihran rahimahullah berkata:

Wahai bani adam, ringankanlah beban di punggungmu !

Karena punggungmu tidak akan mampu untuk memikul setiap beban yang diberikan dari berupa kezhaliman, memakan harta orang dan mencela.

Lantas, apakah semua itu akankah engkau pikul di atas punggungmu ?

Maka ringankanlah beban di punggungmu !

Sesungguhnya amal-amal kalian itu sedikit. Maka ikhlashlah (semata karena Allah) apa yang sedikit tersebut !

(Hilyatul Aulia karya Abu Nu'aim al Ashbahani juz 7, hal. 30-31. Dinukil dari Tahdzibnya hal. 35, cet. Daruth Thayyibah-Riyadh 2006)

Senin, 08 Desember 2014

Menuntut Ilmu adalah Jihad fii Sabillah

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahulullah:

... Allah menjadikan perkara menuntut ilmu agama Allah itu seperti layaknya jihad fii sabilillah.

Bahkan lebih utama lagi!

Karena tidak mungkin seorang mujahid akan bisa berjihad, seorang yang shalat bisa shalat...
Kecuali dengan ilmu.

Maka ilmu adalah pokok dari segala sesuatu, demikianlah hal ini disebutkan sebagaimana sabda nabi: Barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan, niscaya akan difaqihkan dalam agamanya.

Tidak ada bedanya antara seorang mujahid yang menggunuskan pedang dengan seorang penuntut ilmu yang membahas permasalahan-permasalahan ilmiyah dari dalam kitab-kitab.

Setiap dari mereka telah berbuat amal untuk jihad fii sabilillah dan menjelaskan syariat Allah untuk hamba Allah...

(Silahkan lihat Syarah Riyadhush Shalihin karya Syaikh Ibnu Utsaimin, jilid 3 hal. 464, cet. Dar Ibnul Jauzi, th. 2006)

Himmah Tinggi

"Aku ingin menerbangkannya setinggi mungkin.."

Gumam seorang anak umuran SD sambil menenteng layang-layang lengkap dengan tali benangnya.

Dia pun mencoba menaikan layang-layang itu sendiri..

Tapi sayang.. Berulang-ulang dia terbangkan, layang-layang itu belum mau juga terbang.

Tidak putus asa. Dia pun meminta bantuan temannya.

"Wahai temanku, tolong pegang layang-layangku.. Bawa jauh ke depan sana.. Aku akan tarik dari sini.." Teriaknya kepada temannya.

Temannya pun membantu memegang layang-layangnya.

Dibawanya layang-layang tersebut jauh ke depan.

" Ya, lepaskan!" Teriaknya pada temannya.

Tali benangpun ditarik cepat, bersamaan dengan dilepasnya pegangan.

Ah.. Ternyata layang-layang masih belum bisa mantap terbang. Dia malah menukik ke bawah sesaat setelah naik.

Terus, berulang-ulang keadaan layang-layangnya.

Sang anak pemilik layang-layang pun memeriksa layang-layangnya. Mungkin ada yang tidak beres dari tali kama-nya, atau ada sesuatu yang perlu dibenahi.

Dia pun memeriksa dan membenahi apa yang kurang dari layang-layangnya.

Setelah semua sesuai standar, dia pun memutar otak, apalagi usaha yang harus dilakukan agar layang-layangnya bisa terbang di langit.

Ketika melihat sekitar, dia pun mendapat ide.

Dia naik ke atas dataran tinggi.

Dia pun kembali menyuruh temannya untuk memegang layang-layangnya dan membawa jauh ke depan agar bisa ditarik ke atas.

"Ya, lepaskan.."

Tarikan yang berpadu dengan ketepatan lepasan, menjadikan layang-layang naik melesat ke atas.

Posisi atas sang penarik benang pun disambut dengan angin, membawa layang-layang terbang membumbung tinggi.

Terus naik dan naik. Bertengger mantap di atas langit.

Segurat senyum merekah di wajah sang anak pemilik layang-layang.

Kelelahan usaha tak terasa, telah terbayar purna dengan keberhasilan mewujudkan tekad...

Menerbangkan layang-layang.

Ikhwatii fillah,
Itulah gambaran sebuah himmah. Tekad seorang anak dalam menerbangkan layang-layangnya.

Dikisahkan, sebab penulisan kitab Shahih Bukhari adalah ketika Imam Bukhari mendengar Ishaq bin Rahawih di suatu majelisnya mengatakan:

"Duhai seandainya ada salah seorang dari kalian ada yang mampu mengumpulkan dalam satu kitab, hadits-hadits shahih dari Rasulullah"

Ketika mendengar itu, melejitlah himmah Imam Bukhari untuk mewujudkan keinginan shahabatnya tersebut.

Waktu berlalu, dan dengan pertolongan Allah kemudian dengan himmah Imam Bukhari, jadilah sebuah kitab yang monumental Shahih Bukhari yang kita kenal.

Demikian juga Imam adz Dzahabi, beliau menuturkan sendiri awal mula beliau tertarik belajar ilmu hadits.

Beliau menuturkan, "Ketika Imam al Barzali melihat tulisanku, beliau berkata: Sesungguhnya tulisanmu seperti tulisan ahlul hadits.

Ketika mendengar ucapan tersebut, maka timbullah himmah Imam adz Dzahabi untuk menjadi ahlul hadits. Beliau menuturkan: Maka setelah itu, Allah membuat aku cinta kepada ilmu hadits.

Dan berjalanlah waktu hingga beliau menjadi Imam Ahlul Hadits di zamannya.

Ikhwatii fillah,
Demikianlah himmah.

Jika di antara kita telah ada sebesit himmah, baik himmah ingin punya hafalan Al Qur'an, ingin punya hafalan hadits, ingin bisa berbahasa arab, ingin bisa baca kitab ulama, ingin.. Ingin.. Dan ingin.. Maka jadilah orang yang berhimmah tinggi dan kokoh.

Terus usaha dan doa adalah kunci kesuksesan.

Disamping engkau terus maju pantang mundur, engkau juga harus terus berdoa dan minta pertolongan kepada Allah.

Yaa Allah, kami memohon kekuatan dan pertolongan dari-Mu dalam mewujudkan himmah belajar dan ibadah kami..

Wallahu alam.
Semoga bermanfaat.

* Atsar Imam Bukhari bisa dilihat di kitab Hadyus Saari. Atsar Imam adz Dzahabi bisa dilihat di Siyar Alamun Nubala.

Antara Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

Shahih Bukhari dan Shahih Muslim

Kedua kitab di atas adalah kitab yang teratas setelah Al Qur'an.

Rujukan utama kaum muslimin setelah Al Qur'an dan rujukan sebelum kitab-kitab selain keduanya.

Mana yang lebih utama?
Shahih Bukhari kah, atau Shahih Muslim?

Ibnu Hajar al Atsqalani sedikit menjabarkan tentang hal ini dalam kitabnya Nuzhatun Nazhar.

Berikut kesimpulannya:

1. Dari sisi bersambungnya sanad.
Shahih Bukhari lebih kuat dibanding Shahih Muslim.
Imam Bukhari mensyaratkan antar perawi hadits harus saling bertemu dan dipastikan mendengar walau hanya sekali saja.
Sedangkan Imam Muslim tidak demikian. Imam Muslim hanya mencukupkan bahwa antar perawi hadits yang sezaman, memungkinkan untuk bertemu saja.

2. Dari sisi al 'adalah (kompeten) dan dhabth (kekuatan hafalan).
Perawi-perawi dalam Shahih Bukhari lebih sedikit yang diperbincangkan para ulama dibanding perawi-perawi dalam Shahih Muslim.

3. Dari sisi adanya syadz dan 'illat hadits.
Hadits-hadits di Shahih Bukhari lebih sedikit yang dikritisi oleh para ulama dibanding dalam Shahih Muslim.

Bersamaan dengan hal-hal di atas, Imam Muslim adalah murid dari Imam Bukhari.

Akan tetapi, Shahih Muslim lebih unggul dalam sisi sistematis fikih peletakan bab-bab haditsnya dibandingkan Shahih Bukhari.
Dan Shahih Muslim lebih sedikit dalam pengulangan hadits-hadits dibanding Shahih Bukhari.

Demikian sedikit kesimpulannya. Jika ada yang salah atau kurang mohon dikoreksi.

wallahu alam.

(Faidah taklim dari Ust. Abdurrahman Mubarak ketika membaca Nuzhatun Nazhar karya Ibnu Hajar al Atsqalani di Ma'had Riyadhul Jannah Cileungsi).

Tidak Ingin Seperti Selebriti

Habib ibnu Abi Tsabit, salah seorang murid dari seorang shahabat yang mulia, Abdullah ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu.

Habib pernah mengisahkan tentang keadaan gurunya,

"Di suatu hari gurunya (Ibnu Mas'ud) keluar untuk suatu keperluan.

Orang-orang yang melihat Ibnu Mas'ud keluar, mereka pun bersegera untuk mengikutinya.

Maka beliau pun berhenti, bertanya kepada orang-orang yang mengikutinya: Apakah kalian punya keperluan?

Mereka menjawab: Tidak, kami tidak punya keperluan. Kami hanya menginginkan bisa berjalan dengan engkau saja.

Mendengar jawaban tadi, beliau pun menjawab: Kembalilah kalian..! Karena hal itu merupakan kerendahan bagi kalian, dan menjadi fitnah bagiku.


Ikhwatii fillah,
Demikian penggalan kisah ketawadhu'an shahabat Abdullah ibnu Mas'ud.

Beda dengan keadaan kebanyakan manusia sekarang.

Mereka sangat suka jika banyak orang yang mengikutinya.

Bangga jika orang-orang memperlakukannya bak selebritis.

Semakin banyak perhatian orang kepadanya, semakin menjadi-jadi pula ambisi tuk jadi orang terdepan.

Allahu musta'an..

Semoga Allah menjauhi kita dari hal yang seperti ini. Amin.

* Atsar di atas adalah saduran bebas dari kitab Shifatush Shafwah karya Ibnul Jauzi, hal. 153, cet. Darul Hadits, th. 2000.

Rasa Takut

Ikhwatii fillah,
Para ulama menasehatkan kepada kita perihal rasa takut dan rasa harap dalam perjalanan seorang hamba kepada Rabb-Nya.

Di antara bimbingan ulama yang sampai kepada kita adalah sebagai mana ucapan Fudhail bin Iyadh rahimahullah:

"Rasa takut itu lebih diutamakan dari rasa harap selama orang itu dalam keadaan sehat.

Jika telah datang masa dekat ajal, maka rasa harap lebih diutamakan".

Ikhwatii fillah,
Maka di saat kita sehat, lapang, tenang atau tentram, upayakanlah agar kita selalu memancangkan rasa takut kepada Allah.

Karena dengan itu, semoga kita selalu bisa mengerem keinginan-keinginan jelek dari berbagai pemuasan nafsu syahwat yang diharamkan Allah ta'ala.

Barangsiapa yang diberi taufik yang demikian, maka dia akan menuai kebaikan di dunia dan di akhirat.

Sebagaimana hal ini telah dinyatakan oleh Imam Abu Sulaiman ad Darani:

"Pokok dari setiap kebaikan di dunia dan di akhirat adalah rasa takut kepada Allah. Dan setiap hati yang di dalamnya tidak ada rasa takut kepada Allah, maka itu adalah hati yang hancur".

Wallahu alam.
Semoga bermanfaat.

* Atsar-atsar di atas dinukil dari muqaddimah kitab At Takhwif minan Naar karya Ibnu Rajab al Hanbali, hal. 9 Maktabah Muayyad, cet. Kedua, th. 1988.

Jangan Salahkan Orang yang Menasehatimu

Ikhwatii fillah..
Saling nasehat menaseti adalah perkara yang mesti dituntut dalam pergaulan kita.

Mau tidak mau, suka tidak suka, tradisi saling menasehati dan saling menegur ini adalah salah satu ajaran indah yang telah dimaktubkan Al Khaliq kepada hambanya.

Cobalah kita ulang kembali makna surat Al-Ashr.

Niscaya kita akan lapang ketika ada seorang teman yang mau menasehati atau menegur kita.

Jangan kita salahkan dia..! Dia telah melaksanakan ibadah yang akan mengeluarkannya dari kerugian hidup.

Adapun kita?

Jika kita mau lapang menerimanya, alhamdulillah selamatlah kita.

Tapi jika dengan teguran dan nasehat itu kita merasa sempit, sakit hati, tidak terima, dan sebagainya dari ketidakterimaan, celakalah kita.

Kita celaka, adapun teman yang menasehati kita, dia telah terhindar dari ancaman kerugian sebagaimana yang terancam dalam ayat.

Sungguh keras nasehat Imam Ibnu Baththah rahimahullah. Beliau berkata:

"Ketahuilah wahai saudaraku, barangsiapa yang benci kebenaran dari selainnya dan menolong kesalahan dari dirinya, niscaya dia tidak akan aman dari pencabutan Allah thd keimanannya.

Karena al haq yang datang dari Rasulullah kepadamu itu wajib untuk engkau mentaatinya.

Barangsiapa yang mendengar al haq, kemudian engkau menolaknya setelah engkau mengilmuinya, maka yang seperti ini termasuk dari kesombongan kepada Allah.

Dan barangsiapa yang menolong kesalahan maka dia termasuk dari hizbusy syaithan (golongan kelompok setan)".

Wallahu alam.
Semoga bermanfaat.

*[Silahkan lihat ucapan Imam Ibnu Baththah di kitab Al Ibanah 2/547. Dinukil dari Ash Shawarif 'anil Haq, hal. 74]

Sabtu, 06 Desember 2014

Salah Paham lebih Jelek Dibanding Bodoh

Waspada terhadap Salah Faham ketika Mengambil Ilmu

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:

... Aku mengingatkan kepada suatu permasalahan yang penting, yakni:

Bahwasanya kesalahan di sebabkan salah pemahaman seringnya berakibat lebih parah bahayanya, dibanding kesalahan karena sebab kebodohan.

Karena orang yang salah yang disebabkan karena kebodohan, niscaya dia akan tahu bahwa dirinya bodoh. Dan dia pun akan belajar.

Akan tetapi orang yang salah karena disebabkan salah pemahaman, dia pun akan beranggapan di dalam dirinya, dia seorang yang berilmu dan merasa benar.

(Silahkan lihat Kitabul Ilmi karya Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, hal. 50, Maktabah Islamiyah, cet. Pertama, Th. 2005)

Menjadi Lebih Baik ketika Berbuat Salah

Ikhwatii fillah, dalam bermuamalah tentunya kita tidak akan selalu berjalan dgn apa yang kita harapkan.

Salah faham, lupa, keliru, egois, salah tindakan, lisan tajam atau yang lain dari berbagai bentuk perangai manusia yang jelek, akan mewarnai pahit manisnya pergaulan.

Kita pasti berbuat salah. Ya. Pasti.

Akan tetapi apa yang terbaik untuk mengimbangi kekurangan kita?

Taubat.

Ya. Dengan taubat kita akan selalu menjadi orang yang lebih baik.

Menyesal, tidak mengulanginya, tekad memperbaiki diri adalah diantara langkah pasti dalam mewujudkan taubat.

Bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam: "Setiap anak adam adalah tukang berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat"
(HR. Muslim dari shahabat Abu Dzar radhiallahu anhu)

Ikhwatii fillah, sungguh mengerikan jika karena sebab kekurangan dari akhlak kita yang selalu kita suguhkan kepada orang lain, ternyata menjadikan teman-teman kita menjauh dari diri kita.

Mereka takut menjadi objek suguhan kejelekkan akhlak kita. Mereka tidak mau menjadi korban lagi.

Perhatikanlah baik-baik hadits ini.

Aisyah radhiallahu anha mengisahkan: Suatu ketika, ada seseorang yang minta izin untuk bertemu dengan Rasulullah.

Tatkala melihatnya, beliau berkata, “izinkan dia masuk. Dia ini seburuk-buruk keturunan atau sejelek-jelek anggota suatu kabilah! “

Tatkala dia telah masuk, ternyata Rasulullah bersikap lembut dan bahkan begurau bersamanya.

Setelah dia pergi, ‘Aisyah pun bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau telah menyatakan tentang keadaan orang itu, lalu mengapa engkau memperlakukannya secara lemah lembut?”

Beliau menjawab, “Wahai’ Aisyah, sungguh manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah adalah seseorang yang ditinggalkan atau dijauhi oleh orang lain semata-mata mereka takut kepada kejahatannya. “
(Hadits Riwayat Bukhari-Muslim).

Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Maafkanlah diri ini jika ada yang telah tersakiti. Buanglah kebencianmu kepadaku karena Allah.

Semoga Allah mengampuni saya dan anda ketika kita saling memaafkan.

Nas'alullah salamah wal afiyah.

Semoga bermanfaat.

* Yang berharap ampunan Allah,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

Go Green !

Go Green !

Semboyan yang mencitrakan pengusungnya mencintai hijaunya dunia.

Dikampanyekan meluas agar misi penghijauan telaksana purna.

Indah memang. Simpatik pun deras menyambut, mendatangi ajakan penghijauan ini.

Ikhwati fillah yang dirahmati Allah..

Jika kita mempelajari Islam secara mendalam, niscaya kita akan dapati misi Go Green yang marak digalakan oleh pegiatnya, ternyata telah disuarakan oleh Islam sebelumnya.

Kurang lebih 14 abad yang silam, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam telah menghusung umatnya untuk mencintai hijaunya dunia.

Perhatikan sabda beliau berikut ini: "Apabila tegak hari kiamat dan di tangan salah seorang dari kalian terdapat sebuah jenis pohon kurma kecil, maka jika ada kemampuan untuk menanamnya saat itu, lakukanlah!"
(HR. Ahmad, dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu. Hadits dishahihkan oleh Syaikh Muqbil al Wadi'i dan Syaikh al Albani rahimahumullahu).

Subhanallah..

Sampai sedemikian tenyata penekanan Islam dalam mengajarkan umatnya untuk memperhatikan amalan tanam menanam.

Maka dengan hadits di atas, kita akan semakin yakin dan mantap akan kesempurnaan Islam.

Ternyata Islam memperhatikan juga masalah Go Green.

Tentunya kita ingatkan, ketika seorang muslim mengaplikasikan proses nanam menanam, hendaknya tidak semata-mata karena ingin andil dalam membuat hijau dunia. Tapi lebih dari itu, dalam mengolah lahan hektaran atau memanfaatkan secuil lahan pekarangan, hendaknya proser tersebut harus diniatkan ikhlash karena Allah dan dalam rangka menunaikan sunnah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam.

Ikhwatii fillah yang dirahmati Allah, sudahkah Anda menghidupkan sunnah yang satu ini?

Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.

Yang mengharap rahmat Allah,
hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

Minggu, 30 November 2014

Memohon Perlindungan kepada Allah

Banyak-banyaklah berdoa kepada Allah agar kita istiqamah karena setan selalu mengintai bani adam kapan dan di mana dia berada di titik lengah.

Setan adalah makhluk yang sabar dan makhluk yang paling ambisi dalam menyesatkan bani adam.

Musuh yang mempunyai segudang tipuan dan pengalaman dalam menyesatkan.

Bersamaan dengan itu, setan adalah makhluk yang tidak terlihat nan sigap.

Kepada siapa lagi kita harus meminta perlindungan jika tidak kepada Sang Pencipta yang menciptakan setan itu sendiri.

Dialah Allah, Al Khaliq dzi Quwwatin Matin 'azza wa jalla, tempat kita berlindung.

Berkata Imam Ibnul Jauzi rahimahullah:

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya seorang hamba apabila menggantungkan diri (meminta perlindungan) kepada penguasa kalangan makhluk, niscaya tujuannya agar selamat dari kejelekan dan kezhaliman.

Maka lebih pantas lagi seorang meminta perlindungan kepada Allah Rabbul 'alamin agar dia bisa selamat dari syaithan sang musuh nan terlaknat. (Lihat Bustanul Wa'izhin-Ibnul Jauzi, hal. 5, cet. Darul Ashalah al Jazair 2010)

*Yang mengharap perlindungan Allah dari segala fitnah,
hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com
Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.

Sekian Waktu Menuntut Ilmu, Merasa Kurang Berfaidah

Pernahkah kita bergumam dalam hati:

"Aku senantiasa taklim rutin dan selalu ikut daurah-daurah. Tapi sepertinya aku merasa tidak bisa mengambil faidah kecuali sedikit.."

Bagi seorang sunni salafy yang merasa hal seperti ini, maka kita katakan kepada mereka:

" Wahai saudaraku, sesungguhnya kehadiranmu di majelis-majelis ilmu, sudah cukup bagimu untuk mendapatkan pahala dari Allah ta'ala.

Tahukah engkau bahwa menuntut ilmu adalah ibadah. Bahkan termasuk dari ibadah yang paling afdhal dan utama.

Maka janganlah engkau berputus asa atau merasa bosan dengan ilmu.

Lecutlah terus semangatmu dalam menuntut ilmu. Mintalah pertolongan kepada Allah ta'ala dan jangan merasa lemah.."

Demikianlah wahai saudaraku seiman dan semanhaj. Senantiasa belajar dan taklim adalah aktivitas yang tidak boleh putus. Jika kita diberikan 2 nyawa, niscaya kita akan terus menuntut ilmu walau nyawa yang satu telah hilang.

Sebagaimana seorang Abdullah ibnul Mubarak menyatakan demikian, ketika beliau ditanya: "Kalau seandainya engkau dibangkitkan kembali setelah matimu, maka apa yang akan engkau lakukan ?"

Al Imam Ibnul Mubarak menjawab:
"Aku akan menuntut ilmu sampai datang kepadaku malaikat maut di kali yang kedua".

Subhanallah..

Jawaban dari seorang yang mencintai ilmu dan mencintai proses dalam mendapatkannya.

Sungguh benar sabda Nabi shalallahu 'alaihi wasallam yang menyatakan:
"Dua ketamakkan yang keduanya tidak bisa mengenyangkan. Yaitu ketamakkan dalam mencari ilmu tidak akan mengenyangkan, dan ketamakkan mencari dunia tidak akan mengenyangkan" (HR. Al Hakim dan Baihaqi, dari Anas ibn Malik radhiallahu 'anhu. Hadits dishahihkan oleh Syaikh al Albani dan Syaikh Muqbil rahimahumullahu ta'ala).

Maka, semangatlah wahai saudaraku dalam menghadiri taklim-taklim ahlussunnah.

Jangan biarkan syaithan memutus jalanmu menuju surga dengan perasaan kurang mendapat faidah dalam belajar.

Mendapat pahala dan ampunan Allah seharusnya lebih kita tuju dibanding sekedar mendapat faidah.

Karena ilmu yang hakiki adalah ilmu yang bisa menghantarkan pengembannya kepada amal shalih dan al khasyah (rasa takut kepada Allah).

Yaa Allah istiqamahkanlah kami dalam menuntut ilmu. Berikanlah selalu keikhlasan kepada kami dalam menuntut ilmu. Dan berkahilah setiap ilmu yang kami dapat. Amin.

Semoga bermanfaat.
Wallahu 'alam.

Jumat, 28 November 2014

Tips Sukses dalam Menuntut Ilmu

Berkata Imam Syafi'i rahimahullah:

Janganlah seorang pun menganggap dalam menuntut ilmu (agama) ini dengan (memandang) harta dan ketinggian diri akan sukses.

Akan tetapi barangsiapa yang menuntutnya dengan kesederhanaan jiwa, kesempitan hidup dan pemuliaan ilmu, maka (inilah yang akan) sukses.

Sanadnya shahih.

Mukhtashar Jami'ul Bayanil 'Ilmi wa Fadhlihi-Ibnu Abdilbar, hal. 89

Pendidikan adalah Ibadah

Tentunya ibadah harus memenuhi 2 syarat. Ikhlash dan mutaba'ah.

Maka tidak boleh suatu pendidikan keluar dari keikhlasan.

Tidak boleh seorang pengajar dan orang tua anak didik memondasi tujuan mereka dalam mendidik anak beqtujuan selain tujuan keikhlashan.

Pengajar menginginkan bayaran dgn menarif tinggi lembaga pendidikan, sedangkan orang tua menginginkan selembar ijazah 'penentu masa depan'.

Tidak boleh juga suatu pendidikan keluar dari aturan dan bimbingan sunnah nabi.

Dengan alasan pendidikan, mereka melanggar bimbingan ulama, bertoleransi dgn sikap bermanhaj, mengorbankan agama, meremehkan al haq dan yang lainnya.

Maka jika pelanggaran-pelanggaran ini terjadi, dikhawatirkan orang itu telah menjadi ahlul ahwa.

Semua karena tidak melandaskan pendidikan dgn landasan ibadah.

(petikan faidah tausiah untuk ummahat oleh Ust. Abdurrahman Lombok di Mahad Riyadhul Jannah, Muharram 1436H)

Memahami Keinginan dan Kebiasaan Kedua Orang Tua

Kita punya kesukaan dan kebiasaan. Begitupun kedua orang tua kita, mereka pun punya kesukaan dan kebiasaan.

Terkadang sebagai anak, kita menyepelekan perkara ini. Kita tidak perhatian akan keinginan dan kebiasaan kedua orang tua kita.

Seringnya kedua orang tua kita enggan atau merasa tidak enak jika ingin menyampaikan sesuatu kepada kita. Apalagi terhadap sesuatu yang mungkin memberatkan kita.

Kita sebagai anak harus peka dan pintar mendeteksi hal ini. Jika telah jelas bagi kita, apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan, hendaknya kita berusaha keras untuk memenuhinya.

Berikut ini kami akan bawakan bagaimana salaf kita mencontohkan hal ini.

Dikisahkan di dalam kitab Shifatush Shafwah karya Imam Ibnul Jauzi, Muhammad bin Sirrin rahimahullah bercerita: Aku pernah mendapati di zaman kekhalifahan Utsman radhiallahu anhu, harga pohon kurma mencapai harga tinggi per pohon 1000 dirham.

Aku melihat seorang shahabat nabi, Usamah bin Zaid radhiallahu anhu berusaha mendapatkan pohon kurma walau harga sedang tinggi-tingginya.

Ketika mendapatkannya, beliau hanya memotong bagian ujung pohonnya dan mengambil jummarnya saja (jummar: bagian ujung pohon yang berwarna putih yang rasanya manis seperti madu).

Jummar tersebut diberikan kepada ibunya untuk dimakan.

Orang-orang yang menyaksikan berkata kepada beliau: Apakah gerangan yang mendorong engkau melakukannya? Padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma saat ini sedang tinggi-tingginya. 1000 dirham !

Maka shahabat nabi Usamah bin Zaid menjawab: Sesungguhnya ibuku meminta jummar kepadaku. Dan tidaklah ibuku meminta sesuatu yang aku mampu menunaikannya kecuali aku akan memenuhinya.

Subhanallah..

Tunggu dulu wahai saudaraku..

Saya ingin memberi satu contoh kisah lagi dalam hal ini.

Di kisahkan dalam kitab 'Uyunul Akhyar, Al Ma'mun menceritakan tentang Fadhl bin Yahya rahimahullah.

Al Ma'mun berkata: Tidak pernah aku melihat seorangpun yang paling berbakti kepada ayahnya selain Fadhl bin Yahya.

Yang telah sampai kepadaku tentang berbaktinya beliau, bahwa dahulu, Yahya (ayahnya Fadhl), kebiasaanya tidak pernah berwudhu kecuali dengan air yang hangat.

Pada suatu ketika, Fadhl bin Yahya dan ayahnya -karena kezhaliman penguasanya- di penjara.

Sipir penjara waktu itu melarang orang untuk memasukan kayu bakar ke dalam penjara ketika malam tiba. Padahal malam itu adalah malam yang dingin.

Lalu ketika malam tiba, Fadhl bangun dari tempat tidurnya dan mengambil kendi yang berisi air.

Kendi itu pun beliau gantungkan di dekat lampu obor dekat penjara.

Fadhl terus berdiri menggantungkan kendi tersebut, berharap agar air yang di dalam kendi tersebut bisa menjadi hangat dan bisa dipakai oleh ayahnya untuk berwudhu.

Fadhl melakukan demikian sepanjang malam hingga menjelang subuh.

Allahu akbar...

Semoga bermanfaat.

* Kisah Usamah bin Zaid dinukil dari Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf, hal. 107.

* Kisah Fadhl bin Yahya dinukil dari Hayatus Salaf, hal. 261

Al fakir ila maghfirah li rabbi,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

Menimbang Kejujuran "Adil Dunia dan Akhiratnya"


Pernyataan sebagian kaum muslimin d'kita harus adil dalam dunia dan akhirat' sering kita dengar.

Pernyataan tersebut kita yakini tidak tepat. Karena seorang mukmin harus memberatkan urusannya kepada kepentinan akhiratnya. Adapun dunia, hendaknya dia jadikan hanya sebagai sarana menuju kepentingan akhiratnya.

Walaupun pernyataan 'seimbang antara dunia dan akhirat' sebenarnya tidak tepat, tapi la'bas. Tidak mengapa. Anggap kita sepaham dengan mereka.

Mari kita koreksi bersama, amalan mereka yang berpaham 'seimbang' ini.

1. Jika mereka takut terlambat bangun tidur karena bisa menjadi sebabnya terlambat masuk kerja, apakah mereka juga takut terlambat shalat shubuh berjama'ah? Padahal shalat berjama'ah di mesjid adalah wajib bagi lelaki.

2. Jika mereka takut bolos masuk kerja karena khawatir kehilangan pekerjaan, apakah mereka juga takut bolos dari majelis ilmu? Padahal meninggalkan majelis ilmu adalah salah satu sebab yang bisa menghilangkan hidayah.

3. Jika setiap hari mereka update situs-situs berita manca negara, apakah setiap hari juga mereka meng-update berita kejadian di zaman nabi? Dimana dengannya, mereka akan mengetahui sunnah-sunnah yang bisa menyelamatkan kehidupan.

4. Jika dibenak mereka selalu ingin selangkah lebih maju dalam urusan dunianya, dan tidak mau monoton apalagi menurun karena itu teranggap sebagai kerugian, maka apakah dalam urusan akhiratnya dia mau selangkah lebih maju lagi dengan melakukan ibadah-ibadah dan amal shalih?

5. Jika pada mereka terluput dari perkara dunianya, mereka menyesal dan sedih. Tapi ketika ada perkara akhiratnya yang terluput, apakah mereka juga merasa menyesal dan sedih?

6. Jika mereka selalu ingin menambah penghasilan dunianya dengan lembur kerja, apakah mereka juga ada keinginan menambah ilmu dan ibadah dengan melemburkan diri?

7. Jika mereka takut berbuat salah karena khawatir dimarahi atasan, apakah mereka juga takut kalau bermaksiat? Padahal maksiat adalah salah satu sebab kemurkaan Allah.

Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin kami paparkan kepada mereka yang berpaham 'seimbang' ini. Tapi, semoga cukup untuk bahan renungan kita semua.

Artikel ini asalnya adalah nasehat untuk diri penulis sendiri.

Al Fakir ila Rahmatillah,
hanyaikhwanbiasa@catatankajianku.blogspot.com.

Jangan Bakhil dengan Rezeki yang Ada Padamu

Ikhwati fillah..
Kadang -bahkan sering- kita merasa sepertinya kebutuhan hidup sehari-hari selalu kurang.

Selalu ada saja yang belum terpenuhi dan terus menerus merasa belum cukup.

Memanglah demikian.

Sudah menjadi kebiasaan manusia mempunyai sifat merasa kurang dan kurang.

Perhatikan sabda Rasulullah shalallahu alahi wasallam ini:

Kalau seandainya ibnu adam mempunyai satu lembah dari harta, niscaya dia ingin menjadi dua lembah.
Kalau sudah mendapat dua lembah, niscaya dia ingin menambah lagi menjadi tiga.
Tidaklah ada yang bisa menghentikan (ambisinya) kecuali tanah (mati).
Dan Allah menerima taubat bagi siapa yang mau bertaubat.
[HR. Tirmidzy dari Ubay ibn Ka'ab radhiallahu'anhu, hadits dihasankan Syaikh Muqbil dan Syaikh al Albani rahimahumullahu ta'ala].

Berkata Syaikh Yaasin al 'Adani hafizahullahu ta'ala tentang hadits ini: Ucapan 'Dan Allah menerima taubat bagi siapa yang mau bertaubat' menunjukkan bahwa ambisi yang demikian itu adalah tercela.
(Lihat Fadhlu Ahlil Ilmi wadz Dzikr, hal. 9)

Ikhwatii fillah..
Bermuara dari ambisi yang tercela di atas, kadang bisa mencabang kepada berbagai akhlak yang tercela.

Di antara salah satu akhlak tercela itu adalah bakhil.

Ya, bakhil.

Bakhil adalah sumber kekurangan. Dan sebaliknya, dermawan adalah sumber kecukupan.

Perhatikan hadits berikut ini:
Dari Anas ibn Malik radhiallahu'anhu, beliau berkata:
Dahulu ada 2 orang bersaudara di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Salah seorang darinya kegiatannya adalah mendatangi Rasulullah (untuk belajar tafaquh fiddiin). Sedangkan salah seorang lainnya bekerja.
Maka saudaranya yg bekerja tsb mengeluhkan tentang saudaranya (yg aktifitasnya selalu belajar agama) kepada Nabi shalallahu 'alahi wasallam.
Maka Rasulullah menjawab keluhan tersebut dengan sabdanya: Barangkali engkau akan diberi rezeki dengan sebab saudaramu tersebut.
[HR. Tirmidzy dan al Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dan Syaikh al Albani].

Subhanallah..
Karena menghidupi seorang yang thalabul ilmi syar'i bisa menjadi sebab kelancaran rezeki seseorang !

Kalau demikian, bagaimana lagi keutamaan seorang ayah yang menghidupi sekaligus membiayai anaknya belajar agama?

Ikhwatii fillah..
Jangan Anda menjadi ayah yang bakhil kepada putra-putri Anda sendiri.

Coba tanyakan kepada putra atau putri Anda, mungkin masih ada keperluan thalabul ilminya yang masih Anda belum penuhi.

Yakinlah apa yang keluarkan dari keperluan putra-putri Anda, mungkin menjadi pembuka pintu rezeki bagi Anda.

Wallahu alam.

* Hanyaikhwanbiasa@catatankajianku.blogspot.com

Kelebihan Seorang Mukmin yang Berilmu

Di Antara Perbedaan Seorang Mukmin yg Bodoh dan Seorang Mukmin yg Berilmu

Berkata Masruq al Azdi rahimahullah:

Seorang mukmin dgn kebodohan dirinya akan takjub dgn amalannya.

Adapun seorang mukmin dgn ilmunya, akan takut kpd Allah.

(Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi, jil 2 hal 15, cet Darul Hadits th 2000)

Makna Hadits Malu Sebagian dari Iman

"Malu itu Sebagian dari Iman"

Hadits di atas diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari shahabat Abdullah ibnu Umar radhiallahu'anhu.

Berkata Imam ash Shan'ani rahimahullah:

Rasa malu bisa menjadi mulia, yaitu ketika malu dipakai kpd ha yg mencocoki syar'iat, maka hal ini tentu membutuhkan kpd iringan usaha ilmu dan niat.

Maka malu yg seperti ini adalah bagian dari iman.

Makna malu yg menjadi bagian dari iman adalah apabila orang yg malu tsb bisa berhenti dgn malunya itu dari melakukan maksiat.

Maka dgn hal di atas, malu laksana iman yg bisa memutuskan antara dia dan kemaksiatan.

Lihat Subulus Salam karya Iman ash Shan'ani rahimahullah di Kitabul Jaami' bab At Targhibu fii Makarimil Akhlaq.

Salah Satu Dampak negatif Beramal Tanpa Ilmu

Sufyan ibnu Uyainah mengabarkan bahwa Umar ibnu Abdil Aziz berkata:

Barangsiapa yg beramal tanpa ilmu niscaya lebih banyak merusak daripada memperbaiki.

Mukhtashar Jamiul Bayanil Ilmi wa Fadhlih Li Ibni Abdilbar hal. 38. Cet. Maktabah at Tijariyah 1992.

Ahlul Bid'ah Tidak Bisa Memberikan Kebaikan

Yakin, Ahlul Bi'dah Tidak Bisa Memberikan Kebaikan !

"Ketahuilah oleh kalian semua -semoga Allah memberkahi kalian- bhwasanya seluruh kelompok sesat tidak akan Allah jadikan melalui tangan-tangan mereka kebaikan.

Mereka tidak akan bisa menaklukkan daerah di negeri kafir.

Mereka tidak bisa meninggikan (memuliakan) bendera Islam.

Mereka senantiasa berusaha untuk mendapatkan tempat di pusat pemerintah muslimin.

Mereka memecah belah persatuan muslimin.

Mereka menghunuskan pedang kepada Ahlud Diin (Ahlussunnah).

Mereka merusak ketika bejalan di muka bumi".

Lihat Makhraj minal Fitnah-Syaikh Muqbil ibn Hadi al Wadi'i, hal. 109, penerbit Darul Atsar cet. Ke 5, th. 2005.

Meraih Ampunan dengan Majelis Ilmu

Salah Satu Keutamaan Majelis Ilmu adalah Menghapus Dosa

Berkata Atha bin Abi Rabah rahimahullah:

Barangsiapa yg duduk di suatu majelis dari majelis-majelis dzikr, maka akan dihapus dengannya 10 dari majelis-majelis bathil.

Lihat Jami'ul 'Ulum wal Hikam karya Ibnu Rajab rahimahullah di syarah hadits no. 18.

Akar Kesalahan

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:

Pokok kesalahan ada tiga:
1. Al Kibr (sombong). Ini adalah apa yg telah dijalani Iblis sebagaimana Iblis telah menempuhnya.

2. Al Hirs (tamak). Ini yg mengeluarkan Adam dari Jannah.

3. Hasad. Ini apa yg telah terjadi pada salah seorang putra Adam thd saudaranya.

Maka barang siapa yg terjatuh kepada (salah satu) ketiga kejelekan ini, maka dia akan dijatuhi dgn kejelekan (hasilnya).

Kufur berasal dari kesombongan.

Kemaksiatan berasal dari tamak.

Melampaui batas dan kezhaliman berasal dari hasad.

Lihat Al Fawaid-Ibnul Qayyim. Di nukil dari Al Imta' karya Nashir Ahmad Ali al Adani, hal. 11, cet. Maktabah Imam al Wadi'i 2008.

Rabu, 26 November 2014

Super Bakhil

Berkata Umar ibn Abdil 'Aziz rahimahullah:

Tidaklah aku memberikan sesuatu kpd seorangpun suatu harta kecuali aku menganggapnya remeh.

Sungguh, aku benar-benar malu kpd Allah 'azza wa jalla untuk meminta surga bagi saudaraku, sedangkan aku thdnya bakhil dari perkara dunia.

Apabila di hari kiamat dikatakan kpdku: Kalau saja surga berada di tanganmu, niscaya engkau dgn surga itu bakhil.

Lihat Sirah wa Manaqib Umar ibn Abdil 'Aziz karya Ibnul Jauzi rahimahullah hal. 127, cet. Dar Ibnul Jauzi 2012.

Ambisi Mendapatkan Kitab-Kitab Ilmu

Di Antara Jawaban Mengapa Ulama Begitu Ambisi Untuk Memiliki Kitab-Kitab Ilmu

Imam al Jahizh al Kinani rahimahullah (wafat 255H) berkata:

Barang siapa yg tidak menjadikan pengeluarannya untuk memiliki kitab-kitab tidak lebih lezat dibanding ketika mengeluarkan pengeluaran dalam rangka mendapatkan kesenangan dari budak-budak wanita atau kepuasan dari membangun bangunan-bangunan, maka dia tidak akan mencapai suatu ilmu yg tinggi nan teridhai.

Al Hayawan jil. 1, hal. 55. Dinukil dari Al Musyawwiq ilal Qira'ati wa Thalabil Ilmi hal. 35.

Sepak Terjang Ahlul Hadits Menbuat Stress Ahlul Bid'ah

Berkata Syaikh Muqbil ibn Hadi al Wadi'i:
"... Na'am, Para ahlul hadits dgn sebab khidmatnya mereka kpd agama ini, dan dgn sebab tegaknya mereka dgn jarh wa ta'dil dan yang menjelaskan tentang (siapa orang-orang yg berfaham) Mu'tazilah, Rafidhah, Syi'ah, Jahmiyah, Shufiyah, orang yg dhaif, pendusta, telah membuat stress orang-orang gila dari kalangan ahlul bid'ah.."

Petikan rekaman Manhaj Ahlul Hadits. Dinukil dari Al Fatawal Haditsiyah jil. 1, hal. 86, cet. Darul Atsar 2009.

Senin, 24 November 2014

Diantara Penyebab Durhaka Kepada Kedua Orang Tua

Mata pun Bisa Menjadi Sebab Si Anak Durhaka kpd Orang Tuanya

Urwah bin Zubair rahimahullah berkata:
Bukanlah termasuk berbakti kpd orang tua bagi siapa yg menajamkan pandangan kpdnya.

(Siyar A'lamun Nubala, Tahdzibnya juz 2 hal. 528. Dinukil dari Hayatus Salaf hal. 262)

Jumat, 21 November 2014

Diantara Tanda Riya pada Seseorang

Tanda-Tanda Riya
(Semoga Allah menyelamatkan kita dari hal ini)

Syaikh Yasin al 'Adani hafizhahullah menyebutkan tanda-tanda riya sebanyak 8 tanda.

1. Senang dihormati dan dimuliakan manusia. Gembira jika mereka memujinya.

2. Merasa senang kalau manusia menunaikan keperluan-keperluannya.

3. Merasa senang kalau manusia memudahkannya dalam jual beli dan transaksi. Kalau membeli dari mereka dgn harga murah, kalau menjual kpd mereka dgn harga mahal.

4. Merasa senang kalau manusia melapangkan tempat untuknya ketika mau duduk.

5. Selalu memaksiati Allah ketika dia sendirian, tapi ketika berada di tempat keramaian dia menampilkan sbg orang yg takut kpd Allah.

6. Tampil di hadapan manusia sbg orang yg semangat dan bersungguh-sungguh dgn maksud agar mendapat pujian manusia. Tapi jika tdk ada yg memujinya, dia menjadi orang yg kebalikannya.

7. Mencela dirinya sendiri ketika di hadapan manusia. Padahal dgn perbuatannya itu, dia mengharap pujian manusia.

8. Senang memperlihatkan ilmunya kpd manusia dalam rangka mendapat pujian.

(Disadur dari Dzammur Riya wa Ahlihi karya Syaikh Yasin al Adani hafizhahullah, Hal. 100, cet. Maktabatul Imamil Wadi'i 2014).

Nb: Postingan ini jangan disalah artikan ya. Ini ditujukan buat ana pribadi. Kalau ada teman-teman yg menilai ana ada yg sudah masuk ke salah satu point di atas, tulung ingatkan ana via japri.

Semoga Allah membalas teman-teman dgn kebaikan yg banyak bagi yg mau negur ana ketika ana salah. 

Seberapa Pentingkah Mempelajari Ilmu Mushthalah?

Apa kata Syaikh Muqbil tentang Ilmu Mushthalah Hadits

Berkata Syaikh Muqbil al Wadi'i rahimahullah:
Mengenal ilmu mushthalah adalah termasuk dari perkara yg penting bagi seorang penuntut ilmu.

Karena dia akan melewati dlm kitab-kitab rijal (kitab yg menerangkan perawi hadits), kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab hadits (istilah-istilah berikut):

'Ini hadits munkar'
'Ini hadits syadz'
'Ini hadits munqathi'
'Ini hadits mudhtharib'
'Di dalam sanadnya ada seorang mudallis'

Terkadang seorang tidak tahu apa makna ini.

Akan tetapi apabila pada seorang telah mempunyai dasar dari ilmu mushthalah, maka segala puji syukur bagi Allah yg telah memudahkannya atas hal ini.

(Rekaman Syaikh dlm Muraja'ah kitab At Tadrib di bagian pertama)

Dinukil dari Fatawa Haditsiyah li 'Allamatid Diyaril Yamaniyah Muqbil ibn Hadi al Wadi'i, juz 1 hal. 93, cet. Darul Atsar, th. 2009.

Ini.. Baru Lelaki Sejati !

Abu Zinad berkata:
Aku tdk pernah melihat seorang pun yg lebih mengetahui sunnah dibanding Al Qasim ibn Muhammad.

Dahulu seorang lelaki tdk teranggap sbg lelaki sampai dia mengetahui sunnah.

Lihat Shifatush Shafwah karya Ibnul Jauzi, jil. 1 hal 351, cet. Darul Hadits.

Kapan Terjadinya Isra' wal Mi'raj?

Para ulama berselisih akan kepastian waktu terjadinya.

Dalam kitab Rakhiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman al Mubarakfury (hal. 135, cet. Darul Wafa) disebutkan 6 pendapat dgn rinci tanggal, bulan dan tahunnya.

Syaikh Muqbil al Wadi'i rahimahullah menyatakan dlm tahqiq/catatan kakinya di kitab Shahihul Musnad min Dalailin Nubuwah karya beliau sendiri (hal. 261, cet. Darul Atsar):

"... Tanbih yg kedua: Apa yg dikatakan bahwa Isra (dan Mi'raj) Nabi shalallahu alaihi wasallam terjadi pada malam 27 Rajab adalah tidak tsabit. Ini sebagaimana yg disebutkan Ibnu Hajar dlm kitabnya yg lurus 'Tabyinul Ujab..'.

Kami meyakini bahwasanya Allah ta'ala telah memuliakan Nabi-Nya Muhammad shalallahu alaihi wasallam dgn Isra dan Mi'raj sebelum peristiwa Hijrah.

Dan tidak memudharatkan kami apabila kami jahil akan pengetahuan kapan kepastian waktu terjadinya.

Wallahu a'lam.

Siapakah Wali Allah itu?

Mereka adalah yg beriman kpd Allah dan bertakwa kpd-Nya.

Mereka juga yg senantiasa mengikuti keridhan-Nya dan yg selalu mengikuti (sunnah) Rasul-Nya.

Imam Syafi'i rahimahullah berkata: Apabila kalian melihat seorang bisa berjalan di atas air atau terbang di udara, jangan kalian percaya padanya dan jangan kalian tertipu olehnya. Sampai kalian tahu bagaimana sikap mutabaahnya (pengikutannya) kpd Rasul shalallahu alaihi wasallam.

(Disadur dari 200 Sualun wa Jawabun fil Aqidah-Syaikh Hafizh al Hakami rahimahullah, hal. 198, Soal ke 222, cet. Darul Iman)

Ucapan Ketika Marah

Apa yang Diucapkan Salaf ketika Marah?

Ibnu Qa'nabi bercerita bahwa Ibnu 'Aun rahimahullah tidak pernah marah.

Apabila ada seseorang yang membuat dia marah, maka dia akan berkata:
بارك الله فيك
"Baarakallahufiik"

(Hilyatul Aulia-Tahdzibnya 1/443. Dinukil dari Hayatus Salaf Bainal Qaulu wal Amal, hal. 340, cet. Dar Ibnul Jauzi

Semangat Abu Qilabah dalam Mendapatkan Ilmu

Seorang Imam Muhaddits al Hafizh Abdullah ibn Zaid al Jarami al Bashri, atau lebih dikenal dgn Abu Qilabah rahimahullah. Beliau lahir di Bashrah dan tinggal di Syam.

Beliau rahimahullah berkata:

Aku telah bertolak ke Madinah sebanyak 3 kali. Tidak ada keperluanku ke sana kecuali hanya karena ada seorang lelaki yg mempunyai sebuah hadits di sisinya. Maka aku pun ingin langsung mendengarnya dari dia.

(Lihat Rihlah fi Thalabil Hadits karya Al Khathib al Baghdadi rahimahullah, hal. 74, cet. Dar Ibnul Jauzi).

Menghilangkan Bentuk Salip

Menjauh dari Sesuatu yg Berbentuk Salip adalah Salah Satu Bentuk Penjagaan Tauhid.

Berkata Syaikh ibnu Utsaimin rahimahullah:

...Telah sampai kepada kita khabar tentang bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menutup pintu-pintu kesyirikan dan jalan-jalan yg menuju kesyirikan.

Yaitu dgn meninggalkan gambar-gambar di rumah yg bisa menjadi sarana diibadahinya selain Allah.

Atau bentuk-bentuk yg diagungkan layaknya pengagungan ibadah.

Dalam Shahih Bukhari, diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, beliau berkata: Tidaklah Nabi shallallahu alaihi wasallam jika mendapati di dalam rumahnya sesuatu yg berbentuk salip, kecuali akan dihancurkan.

Salip adalah benda yg dipakai oleh orang Nashrani sbg syiar agama mereka atau sbg benda yg diibadahi.

Salip adalah bentuk yg digariskan dari atas ke bawah, dan digariskan dari sisi atasnya ke samping. Sama saja, apakah garisnya melintang sama atau agak ke atas.

Kaum Nashrani menganggap bahwa Al Masih Isa ibnu Maryam disalip setelah dibunuh.

Allah ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an mendustai anggapan mereka bahwa Isa dibunuh: "Dan tidaklah mereka membunuhnya dan menyalipnya. Akan tetapi itu adalah orang yg diserupakan bagi mereka" (An Nisa 157).

Dan firman Allah ta'ala: "Dan tidaklah mereka membunuhnya dgn yakin. Akan tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya, dan Allah Dzat yg Maha Mulia dan Maha Hikmah" (An Nisa 157-158).

Kaum Nashrani sangat mensucikan salip dan menempatkannya pd posisi mulia. Mereka kalungkan salip itu di leher-leher mereka.

Maka inilah bimbingan Nabi. Yaitu dgn menghilangkan sesuatu yg berbentuk salip sbg bentuk penjagaan kepada tauhid dan sbg bentuk menjauh dari menyerupai orang-orang selain Islam...

[Lihat Adh Dhiyaul Lami min Khuthabil Jawami-Syaikh Utsaimin rahhmahullah, jilid 2 hal. 18-19, cet. Maktabatush Shafa].

Kamis, 20 November 2014

Ngalap Berkah

Memaknai Ngalap Barakah dengan Benar.

Berkata Syaikh Shalih Abdil Aziz alu Syaikh rahimahullah:

Setiap muslim pada dirinya terdapat barakah.

Dan barakah yang dimaksud bukan barakah pada dzatnya.

Akan tetapi yang dimaksud adalah barakah pada amal dan barakah yang teriring dari islam dan keimanan.

Dan barakah yang terdapat dalam hatinya, berupa ketundukkan, pengagungan dan pemuliaannya terhadap Allah ta'ala.

Dan barakah karena ittiba'nya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Maka barakah inilah yang terdapat pada ilmu, amal dan kebaikan !

Tidaklah barakah bisa terambil melalui dzat seseorang yang satu kepada yang lainnya.

Kita harus memahami bahwa makna tabarruk (mengambil berkah) kepada orang baik, adalah dengan cara mengikuti kebaikan mereka.

Mengambil berkah kepada orang berilmu adalah dengan cara mengambil ilmu mereka dan mengambil faidah dari ilmunya.

Demikianlah.

Tidak boleh mengambil barakah kepada mereka dimaknakan dengan cara mengusap-usap mereka, atau memanfaatkan keringat mereka.

Karena sebaik-baik manusia dari umat ini, yaitu para shahabat nabi, tidak melakukan yang demikian kepada Abu Bakr ash Shidiq, Umar ibnul Khaththab, Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib.

Ini adalah perkara yang jelas !

Silahkan lihat At Tamhid Syarah Kitabit Tauhid karya Syaikh Shalih Abdil Aziz alu Syaikh hal 127.

Bahaya Hawa Nafsu plus Bodoh

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:

Sudah seyogyanya bagi seseorang untuk mengetahui bahwasanya, hawa nafsu sajalah yang bisa menghantarkan kepada kerusakan dan kejelekkan, jika beriringan dengan kebodohan.

Lihat Syifaul Alil-Ibnul Qayyim hal. 336 cet. Darul Hadits.

3 Modal dalam Dakwah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

Sudah semestinya bagi seseorang (dai) untuk mempunyai tiga perangai ini:

Ilmu, kelembutan dan kesabaran.

Ilmu dibutuhkan sebelum memerintahkan (kebaikan) dan melarang (kejelekkan).

Kelembutan pun mengiringinya (dalam berdakwah).

Dan kesabaran adalah setelahnya.

(Al Fatawa 28/137. Dinukil dari Usus Manhajis Salaf fid Da'wah ilallah-Fawwaz Halil Rabah as Suhaimi, hal. 165. Kitab ditaqdim oleh Syaikh Fauzan, Syaikh Ubaid dan Syaikh Ali Hudzaifi hafizhakumullahu jami'an).

Aku Tidak Mau Memberatkan Rabb-ku

Ibnul Jauzi membawakan sebuah kisah dari kisah-kisah orang bodoh dan dungu.

Diantara kisah yg dibawakan adalah:

Suatu hari ada seorang arab badui (orang dari pelosok kampung) berdoa: Yaa Allah ampunilah aku seorang saja.

Maka dikatakan kepadanya: Coba engkau doakan juga bagi orang yg lainnya, karena Allah Maha Luas AmpunanNya.

Arab badui tersebut berkata: Aku tidak mau memberatkan Rabb ku.

(Lihat Akhbarul Ahmaq wal Mughaffilin-Ibnul Jauzi. Hal. 73)

Minggu, 09 November 2014

Memakai Anak Kecil sebagai Mahram

Apakah Anak Kecil Bisa Menjadi Mahram Safar Bagi Muslimah?

Pertanyaan diajukan kpd Dewan Fatwa Ulama Saudi Arabia (Lajnah Daimah):

Aku punya keponakan lelaki dari saudaraku yg berumur 5th dan keponakan lelaki dari saudariku yg berumur 4th.
Apakah keduanya bisa menjadi mahran safar untukku?
Dan apakah benar bahwa patokan yg bisa dijadikan mahram safar itu adalah siapa-siapa yg sudah bisa membedakan sesuatu dari warna, manis dan lainnya?
Atau patokannya sampai dia baligh?


Jawaban Lajnah:

Disyaratkan bagi mahram yg menemani muslimah untuk safar, adalah yg baligh dan berakal.
Karena anak kecil yg belum berakal tidak bisa menunaikan maksud dari adanya mahram, berupa bentuk penjagaan dan menunaikan keperluan lainnya thd wanita.
Wabillahi taufik, shallallahu ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbihi wasallam.

(Fatawal Lajnah Daimah juz 17 hal. 338. Dinukil dari Fatawal Adab wal Bir wash Shilah, hal. 46)

Rabu, 05 November 2014

Harta di Sisi Salaf

Di Mata Salaf, Harta Tidak Ada Nilainya

Berkata Maimun ibn Mihran rahimahullah:

Didatangkan kepada Ibnu Umar 22.000 dinar di suatu majelis. Tidaklah beliau berdiri sampai harta tersebut habis dibagi-bagikan.

(Shifatush Shafwah-Ibnul Jauzi, juz 1 hal. 217 cet. Darul Hadits)

Orang Sesat Benci Hadits

Imam Abu Nashr Ahmad ibn Salam al Faqih berkata:

Tiada sesuatu pun yang lebih memberatkan dan yang lebih membuat marah ahlul ilhad (orang yang menyimpang), kecuali mendengarnya mereka dari hadits dan riwayatnya dgn sanad-sanad.

(Dikeluarkan oleh Imam ash Shabuni dlm Itiqadus Salaf 168 dan Khathib al Baghdadi dlm Syarafu Ash-habul Hadits 165. Dinukil dari Al Fatawal Haditsiyah-Syaikh Muqbil hal. 75)

Malu Taklim

Syaikh ibn Baz rahimahullah berkata:

Rasa malu yang mencegah dari menuntut ilmu dan yang menghalangi dari nasehat, maka ini adalah suatu kekurangan dan kelemahan, bukan rasa malu.

(Syarah Shahih Bukhari-Syaikh ibnu Utsaimin, ta'liq di juz 1 hal. 69, cet. Maktabah Thabari

Jumat, 31 Oktober 2014

Ingat Selalu dengan Hutang

Tidak Melupakan Hutang, Akhirnya Allah Berikan Jalan Keluar.

Amr ibn Dinar bercerita:

Ketika Ali ibnul Husain menemui Muhammad ibn Usamah ibn Zaid di hari sakitnya, Muhammad sedang menangis.

Maka Ali bertanya kepada Muhammad: "Apakah engkau ada suatu keperluan?"

Muhammad menjawab: "Aku ini menanggung beban hutang".

"Berapa ?", tanya Ali.

"15.000 dinar", jawab Muhammad.

Maka Ali berkata: "Hutangmu aku yang menanggung".

Hilyatul Aulia 3/141, dinukil dari Tahdzib wal Maudhu min Kitab Hilyatul Aulia hal. 25.

Berhenti Beraktifitas ketika Terdengar Adzan

Dalam biografi Ibrahim bin Maimun ash Shaigh*, bahwa Yahya ibn Ma'in rahimahullah berkata tentangnya:

Apabila dia (Ibrahim ibn Maimun) mengangkat palu, lalu terdengar suara adzan, maka dia tidak jadi memukulkan.

Tahdzibut Tahdzib 1/173. Dinukil dari Al Ma'alim fii Thariqi Thalabil Ilmi hal. 124

* Ibrahim ibn Maimun seorang 'atbaut tabi'in berprofesi pandai besi yg sangat menjaga shalat berjama'ah di Masjid.

Ilmu Harus ddngan Proses Pencarian

Abul Abbas Ahmad ibn Yahya Tsa'lab an Nahwi (salah seorang imam di Kufah pada zamannya, wafat di Bahdad th. 291 H) rahimahullah berkata:

Dari Sa'id ibnul Musayyab, bahwa beliau rahimahullah berkata:

Sebuah tabiat tidak akan ada tanpa proses didikan, dan tidak akan ada ilmu tanpa proses pencarian.

Lihat Mukhtashar Jami'ul Bayanil Ilmi wa Fadhlihi Ibnu Abdilbar hal. 97.

Rabu, 29 Oktober 2014

Uzlah (Mengekslusifkan Diri)

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:

... Adapun 'uzlah' (menyendiri dan menjauh dari pergaulan manusia), yg benar dari pendapat-pendapat ulama adalah baik, jika uzlahnya tsb dlm rangka menyelamatkan agamanya.

Akan tetapi, seorang mukmin yg bergaul dan berbaur dgn manusia, dan dia sabar thd gangguan mereka, maka yg seperti ini jauh lebih baik dibandingkan orang yg tdk bergaul dan tdk sabar thd gangguan mereka.

Maka bergaul dan bersabarlah atas gangguan manusia !

Rasulullah shalallahu alahi wasallam bersabda: ".. Dan bersabar atas gangguan mereka" ini menunjukkan bahwa orang (yg bergaul) tsb menegakkan amar maruf nahi munkar.

Karena siapa yg tidak saling bersinggungan (amar maruf nahi munkar) dgn manusia, niscaya dia tidak disakiti.

Akan tetapi orang yang saling bersinggungan, dia yang akan mendapat gangguan.

Firman Allah ta'ala: "Wahai anakku tegakkanlah shalat dan perintahkan kpd yg ma'ruf dan larang dari yg munkar, dan bersabar thd apa yg menimpamu" (QS. Luqman: 17).


Lihat Fathu Dzil Jalali wal Ikram bi Syarah Bulughil Maram, Syaikh Ibnu Utsaimin, Jil. 6 hal. 343

Rabu, 22 Oktober 2014

Memaksa Anaknya Belajar

Zaid ibn Akhzam mendengar Abdullah ibn Daud rahimahullah berkata:

Sudah semestinya bagi seorang lekaki untuk memaksa dirinya dan anaknya mendengar hadits (belajar).
[Sanadnya shahih]

Lihat Syarafu Ashhabil Hadits, Khatib al Baghdadi, tahqiq Amr Abdul Mun'im Salim. hal. 124.

Makna Menunjukkan Kepada Kebaikan

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ketika menjelaskan hadits "Barang siapa yg menunjukkan suatu perkara kebaikan, maka dia mendapat pahala seperti pelakunya" :

... Menunjukkan kpd perkara kebaikan ada dua jenis:

Engkau membimbing kpd seseorang dgn mengatakan: "Disunnahkan bagimu untuk shalat 2 rakaat di waktu dhuha"

Atau engkau berkata:
"Disunnahkan bagimu untuk menyempurnakan shalat tahajjudmu dgn shalat witir"

Atau yg semisalnya.

Ini (masuk kpd maksud hadits) jenis bimbingan secara langsung.

Adapun jenis bimbingan yg tidak langsung, contohnya seperti ada seseorang yg bertanya tentang permasalahan agama, dan engkau tdk mengetahui jawabannya.

Maka engkau mengatakan kpd yg bertanya tsb: "Bertanyalah kpd (Syaikh) Fulan dari kalangan ulama (tentang permasalahan ini) ! "

Maka yg seperti ini, termasuk (makna hadits) dgn menunjukkan secara tdk langsung.

Yaitu menunjukkan seseorang kpd orang lain yg bisa memberi bimbingan kpdnya dari perkara kebaikan...


Lihat Fathu Dzil Jalali wal Ikram bi Syarah Bulughil Maram, Syaikh Ibnu Utsaimin, Jil. 6 hal. 299

Senin, 20 Oktober 2014

Hikmahnya.. Ya Mengikuti Sunnah !

'Mengikuti Sunnah' adalah Inti dari semua Hikmah

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah setelah menyebutkan ucapan-ucapan ulama seputar hikmah mengangkat kedua tangan ketika takbir dlm shalat:

Rabi' bertanya kpd Imam Syafi'i:
Apa maknanya (hikmah) mengangkat kedua tangan (ketika takbir dlm shalat) ?

Imam Syafi'i menjawab:
Mengagungkan Allah dan mengikuti sunnah nabi-Nya shalallahu alaihi wasallam !

(Fathul Bari 2/218). Dinukil dari Al Fawaidul Muntaqah min Fathil Bari, Syaikh Abdul Muhsin al Abbad hafizhahullah, hal. 26.

Makna Hamba Dunia

Berkata Syaikh ibnu Utsaimin rahimahullah:

... Makna (hamba dunia) ditafsirkan oleh Rasulullah dgn sabda beliau "Apabila diberi (bagian dari dunia) dia ridha, apabila tdk diberi (bagian dari dunia) dia tdk ridha"

Maka dgn (patokan) itu, jadilah dia sbg 'hamba dunia', karena apabila dia memiliki sesuatu dari perkara dunia dan mendapatkannya, dia akan ridha.

Dan akan marah jika kehilangan sesuatu dari bagian dunia.

Jadilah dia budak yg hina dihadapan dunia !

Ini dari satu sisi.

Adapun dari sisi yg lain, adalah ketika hatinya telah dikuasah oleh dunia.

Sampai-sampai pikiran, akal dan ambisinya dikendalikan oleh dunia.

Inilah hakikat peribadahan !

Pertama: Dia telah rendah hina ketika ridhanya dan murkanya mengikuti patokan 'dapat atau tidaknya' dia dari perkara dunia.

Kedua: Dunia telah menguasai hatinya ketika pikiran, renungan, akal dan perbuatannya tidaklah berjalan kecuali untuk dunia, tidaklah berhenti kecuali untuk dunia juga.

Maka bukanlah makna 'hamba dunia' adalah seseorang menyembah dinar dan sujud kpdnya.

Bukan !

Sesungguhnya Nabi shalallahu alaihi wasallam tdk menghendaki (tafsiran) dmkn.

Lihat Fathu Dzil Jalali wal Ikram, Syaikh Ibnu Utsaimin, Jil. 6 hal. 332

Minggu, 19 Oktober 2014

Peringatan dari At Taswif (menunda amal)

Berkata Al Hasan al Bashri:
Wahai bani adam sesungguhnya engkau hanya berada di dalam hari-hari saja.
Setiap lewat satu hari, lewat pula bagianmu.

Berkata juga Al Hasan:
Hati-hatilah dari taswif (menunda amal)!
Sesungguhnya engkau hidup di hari ini, dan bukan hidup di hari esok.
Jika engkau hidup di hari esok, jadikanlah esokmu seperti harimu sekarang.
Jika engkau tidak hidup di hari esok, maka jangan sampai engkau menyesal karena telah terluput dari harimu sekarang.

Sebagian salaf berkata:
Taswif (menunda amal), adalah termasuk tentara Iblis.

Ibnul Qayyim berkata:
Sesungguhnya angan-angan adalah modal bagi orang yang bangkrut.

Lihat Al Ma'alim fii Thariqi Thalabil Ilmi, hal. 32-35.

Menangis karena Sang Ibu Meninggal

Iyas ibn Muawiyah menangis ketika ibundanya meninggal.

Maka dikatakan kepadanya: Mengapa engkau menangis?

Iyas menjawab: Dahulu aku mempunyai dua pintu menuju surga yg terbuka. Kini telah ditutup salah satunya.

Al Ma'alim fii Thariqi Thalabil Ilmi, hal. 233.

Hukum Orang yang Berpuasa Menonton Film

Apabila seseorang yg berpuasa keluar madzi disebabkan mencium atau karena menonton film rendahan, bagaimana hukumnya?

Dijawab oleh Syaikh Ibnu Baz rahimahullah:

Keluar madzi tdk membatalkan puasa berdasar pendapat yg shahih dari dua pendapat.

Sama saja, apakah disebabkan karena mencium istrinya atau menonton film atau selain dari itu yg bisa membangkitkan syahwat.

Akan tetapi tdk boleh bagi seorang muslim untuk menonton film rendahan atau mendengar apa-apa yg diharamkan Allah berupa nyanyian dan musik.

Adapun keluar mani dgn syahwat, maka ini membatalkan puasa.

Sama saja, apakah disebabkan karena bercumbu atau mencium atau karena sering memandang atau yg lainnya dari sebab-sebab yg lainnya seperti onani dan yg selainnya.

Adapun mimpi basah atau khayalan, maka tidaklah membatalkan puasa walaupun dgn sebab itu menyebabkan keluarnya mani.

Dan (qadha bagi yg keluar mani dgn syahwat) tidaklah mengharuskan dalam qadhanya berturut-turut (sbgmana qadha bg org yg berjima), akan tetapi boleh baginya mengqadha di hari lain sebagaimana keumuman ayat Allah ta'ala: Barangsiapa yang diantara kalian sakit atau safar, maka ganti (puasanya) di hari-hari yg lain. (Al Baqarah: 183).

Lihat Majmu Fatawa Ibnu Baz 10/267. Dinukil dari Fatawa Ulamail A'lam fii Ahkami Ramadhan wa Shiyam, hal. 100-101.

Jumat, 17 Oktober 2014

Hiasi Hidupmu dgn Sunnah!

Berkata Abu Utsman an Naisaburi rahimahullah:

Barangsiapa yang menerapkan sunnah pada dirinya baik ucapan maupun perbuatan, maka lisannya penuh hikmah.

Barangsiapa yang menerapkan hawa nafsu pada dirinya baik ucapan maupun perbuatan, maka lisannya penuh kebid'ahan.

(Hilyatul Aulia 10/244). Dinukil dari Al Fawaidul Muntaqah min Fathil Bari, Syaikh Abdul Muhsin al Abbad hafizhahullah, hal. 12.

Shalat Tarawih di Rumah atau di Mesjid ya?

Afdhal mana, antara shalat tarawih di rumah sendiri ataukah di mesjid bersama jamaah?

Pendapat pertama:
Yang afdhal shalat di rumahnya bagi yg kuat dan semangat ketika mengamalkannya. Jika tdk bisa dmkn, maka shalat di mesjid bersama jamaah lebih afdhal.

Pendapat kedua:
Yang afdhal shalat berjamaah di mesjid bersama jamaah.

Yang rajih:
Kedua pendapat sama kuat dan punya dalil serta hujjah masing-masing.

Akan tetapi yg mendekati adalah mazhab jumhur.

Yaitu bhwa yg afdhal setiap shalat (wajib) dilakukan berjamaah di mesjid.

Shalat sunnah afdhal dilakukan di rumah.

Akan tetapi hal ini tdk berlaku umum.

Ada shalat sunnah yg dikerjakan bersama jamaah, yaitu yg menampakkan syiar-syiar keislaman seperti shalat gerhana atau shalat istisqa, maka shalat tarawih adakah masuk ke dalamnya, yakni termasuk perkara agama yg zhahirah (tampak).

Disadur dan diringkas dari:
Syaamil lii Masailish Shiyam, Syaikh Abu Malik Taufiq al Ba'daliy hal. 422-423. Kitab Ditaqdim oleh Syaikh Muhammad al Imam hafizakumullah.

Yang ingin melihat lengkapnya silahkan rujuk ke kitabnya.

Hukum Santai-Santai ketika Berpuasa

Apabila seseorang yg berpuasa di sebagian besar siangnya beristirahat (santai-santai) di sebabkan lapar dan haus yg sangat. Apakah hal ini mempengaruhi puasanya?

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjawab:

Hal ini tdk mempengaruhi puasanya.

Di dalamnya terdapat tambahan pahala sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam kpd Aisyah radhiallahu anha: "Ganjarannu sebanding dgn kadar yang engkau terima" (HR. Muslim).

Maka, semakin payahnya (capek) seseorang di dalam melaksanakan ketaatan kpd Allah, maka akan bertambahlah ganjarannya.

Dan baginya (orang yg berpuasa tadi), boleh melakukan sesuatu yg bisa meringankan (kepayahan) puasanya dgn melakukan tabarrud (mengademkan badan) dgn air dan duduk di tempat yang adem.

Fatawa Arkanil Islam wal Aqidah, Syaikh Ibnu Utsaimin hal. 601, soal no. 795.

Hukum Memakai Wewangian ketika Berpuasa


Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab:

Tidak mengapa untuk menggunakannya di siang hari Ramadhan dan tidak mengapa untuk menghirupnya juga.

Kecuali sejenis Bukhur (wewangian yg dihasilkan dari pembakaran).

Maka jenis Bukhur ini tidak boleh menghirupnya, karena ada unsur dzatnya yang akan menghantarkan ke perut.

Dan ini (sama dengan) rokok.

Lihat Fatawa Arkanil Islam wal Aqidah, Syaikh Ibnu Utsaimin hal. 612, pertanyaan ke 816.

Senin, 13 Oktober 2014

Hukum Mendinginkan Badan Ketika Berpuasa

Hukum Tabarrud/Mendinginkan Badan Ketika Puasa

Syaikh ibnu Utsaimin menjawab:

Mendinginkan diri bagi org yg berpuasa tidak mengapa.

Rasulullah pernah membasuh kepalanya dgn air di saat hari yg terik atau karena haus, dlm keadaan beliau berpuasa. (Hadits dishahihkan Syaikh al Albani dlm Al Misykah).

Ibnu Umar juga di saat puasa membasahi pakaiannya dgn air dalam rangka meringankan rasa panas yg terik atau haus yg terasa.

Dan membasahi seperti ini tidak berpengaruh (pada puasa) karena basah tidaklah seperti air yg mengalir ke perut (minum).

Fatawa Arkanil Islam, Syaikh ibnu Utsaimin. Soal ke 814, hal. 611.

Hukum Bersiwak bagi yg Berpuasa

Apa hukum bersiwak bagi orang yg berpuasa?

Syaikh ibn Utsaimin menjawab:

Yang benar adalah bahwa bersiwak bagi seorang yg berpuasa hukumnya sunnah baik di awal hari maupun di akhir harinya.

Berdasar keumuman sabda Nabi "Siwak adalah pensuci mulut dan perkara yg diridhai Rabb" (HR. Nasaai, Ahmad, dishahihkan Syaikh al Albani)

Dan sabdanya juga: "Jika seandainya tdk memberatkan umatku, aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap shalat" (HR. Bukhari dan Muslim)...

Lihat Fatawa Arkanil Islam wal Aqidah Syaikh Utsaimin hal. 60

Sabtu, 11 Oktober 2014

Abdullah Ibnul Mubarak, Pencari Ilmu Sejati

Fadhl ibn Ziyad berkata bahwa Imam Ahmad ibn Hanbal rahimahullah menuturkan:

Tidak ada di suatu zaman yg seperti Ibnul Mubarak dalam menuntut ilmu.

Dia melakukan perjalanan ke Yaman, Mesir, Syam, Bashrah dan Kufah.

Dia (Ibnul Mubarak) termasuk periwayat ilmu dan ahli di bidang itu.

Dia juga seorang yang menulis dari yg di bawah (letingan) nya dan di atasnya. Dia tulis dari Abdurrahman ibn Mahdi dan dari al Fazari.

Dia telah mengumpulkan semua perkara yg besar!

Lihat Rihlah fii Thalabil Ilmi, Khatib al Baghdadi hal. 33.

Perjalanan Mencari Ilmu Tidak Akan Sia-Sia

Berkata Imam asy Sya'bi:
Kalau seandainya ada seorang lelaki yg safar dari ujung Syam ke ujung Yaman dalam rangka mendengar satu kalimat hikmah (ilmu syar'i), kiranya aku tidak berpendapat bahwa perjalanannya sia-sia.

Muktashar Jamiul Bayanil Ilmi wa Fadhlihi Ibnu Abdilbar hal. 91.

Kafirkah Orang yg Tidak Berpuasa Ramadhan?

Apa hukum meninggalkan puasa dgn sengaja? Kafirkah pelakunya?

Dijawab oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah:

..Telah terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama tentang seorang yg meninggalkan puasa krn sebab lalai atau malas. Apakah dia kafir atau tidak?

Yang shahih, dia tdk kafir karena tdklah dikafirkan seseorang yg meninggalkan sesuatu dari rukun islam sebagaimana dua syahadat dan shalat.
💥💥💥

Lalu bagaimana puasanya? Apakah perlu diqadha di luar Ramadhan ataukah tidak?

Apabila meninggalkannya tanpa adanya ta'wil, maka pendapat yg rajih dari ucapan ahlul ilmi adalah bahwasanya setiap ibadah yg mempunyai batasan waktu apabila ditinggalkan dgn sengaja sampai keluar waktunya tanpa ada udzur, maka ibadahnya tdk diterima.

Cukuplah sebagai gantinya bagi dia melakukan amalan-amalan shalih dan bnyak menunaikan amalan-amalan sunnah dan banyak beristighfar...

Syarah Riyadhush Shalihin Syaikh Ibnu Utraimin hal. 217. Dinukil dari Al Halal wal Haram hal. 184.

Said ibnul Musayyab Sang Pemburu Ilmu


Dari Imam malik, dari Yahya ibn Said, bahwa beliau mendengar Said ibnul Musayyab berkata:

Jika aku ingin, niscaya ku kan berjalan malam dan siang, dalam rangka mencari satu hadits.

Mukhtashar Jamiul Bayan Ibnu Abdilbar hal. 85

Penyebutan Abu Bakr ibn Abi Syaibah di Dalam Shahihain


Abu Bakr ibn Abi Syaibah

Imam Bukhari dan Imam Muslim banyak meriwayatkan hadits dari beliau.

Perbedaannya, Imam Muslim jika meriwayatkan dlm kitab Shahihnya selalu menyebut dgn kuniahnya, sedangkan Imam Bukhari selalu menyebut dgn namanya, dan sedikit sekali menyebut dgn kuniahnya.

Lihat Fathul Bari jil. 11 hal. 258 dan 280. Dinukil dari Al Fawaidul Muntaqa karya Syaikh Abdul Muhsin al Abbad hal. 252.

Buah Menegakkan Al Qur'an


Syaikh Ibnu Utsaimin berkata:
... Maka setiap yg bersungguh-sungguh dgn Al Quran dan setiap yg berpegang teguh dgn Al Quran, sesungguhnya dia akan menguasai tanpa dikuasai dan akhir yg baik akan diraih olehnya pada setiap keadaan.

Demikianlah jika kita cermati salafush shalih yg mereka berpegang teguh dgn Al Quran dan benar-benar dlm mempraktekkan kandungannya, mereka telah menjadi tokoh manusia, dibukakan kekuasaan dan ditaklukkan bagi mereka Kaisar dan Kisra. Dibentangkan bagi mereka perbendaharaan dari keduanya berupa emas merah dan perak putih di jalan jihad fii sabilillah.

Apakah kalian tdk mengetahui bahwa mahkota Kisra datang dari Madain ke Madinah dgn unta kpd Umar ibnul Khaththab...

Disadur dari kitab Durus wa Fatawa fii Haramil Makkii Syaikh Ibnu Utsaimin hal. 138

Jumat, 10 Oktober 2014

Sesuatu yang Bernilai Tinggi Melazimkan Konsekuensi

Yahya ibn Abi Katsir berkata:
Warisan ilmu lebih baik dibandingkan warisan emas dan perak.
Jiwa seorang yg shalih lebih baik dibandingkan mutiara permata.
Tidak akan diraih ilmu dgn badan yg lapang.

(Mukhtasar Jamiul Bayanil Ilmi Ibnu Abdilbar hal. 83)

Dampak Negatif Panjang Angan

Berkata Hasan al Bashri:
Tidaklah seorang panjang angannya, kecuali akan jelek amalannya.
(Hilyatul Aulia 8/99)

Ma'ruf al Karahi berkata:
Yaa Allah aku berlindung kpd Mu dari panjang angan, karena panjang angan akan mencegah dari melaksanakan amalan kebaikan.
(Hilyatul Aulia 8/364)

Dinukil dari Tahdzibul Maudhu'i li Hilyatul Aulia-Syaikh Luhaidan hal. 527.

Lihatlah Perasaan Orang Tuamu

Dalam hadits yg shahih, Abdullah ibn Amr pernah suatu ketika datang kpd Rasulullah menginginkan ikut serta dlm jihadnya.

Namun Shahabat Abdullah ibn Amr berkata bhwa bersamaan dgn perginya beliau, beliau telah membuat menangis kedua orang tuanya.

Maka Rasulullah bersabda kepadanya:
Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis !
🔶🔶🔶🔶

Rasulullah menyuruh pulang shahabatnya yg ingin berjihad karena sebab membuat menangis kedua orang tuanya.

Coba hayatilah hadits di atas..

Pernahkah kita telah membuat menangis kedua orang tua kita?

Mungkin saja ada yg tidak mendapatinya menangis.

Tapi coba jgn sesederhana itu. Jangan2 justru kita pernah membuat sakit hati kedua orang tua kita. Yang sampai skrg kita tdk merasa menyakitinya.

Karena ketidaktahuan kita, kita belum membuat ridha keduanya.

Minggu, 05 Oktober 2014

Hukum Makan Sahur


Telah sepakat bahwa makan sahur adalah perkara yg diperintahkan.

Dari Anas ibn Malik, berkata Rasulullah: Makan sahurlah kalian karena dlm sahur terdapat barakah. (Bukhari-Muslim).

Dari Amr ibnul Ash, Berkata Rasulullah: Pembeda antara puasa kita dgn puasa org Ahlu Kitab adalah makan sahur (Muslim).

Telah sepakat para ulama bhwa hukum makan sahur adalah mustahab dan bukan wajib.


Lihat Asy Syamil li Masailish Shiyam karya Abu Malik Taufiq Muh Nashr, hal. 87.


Sabtu, 04 Oktober 2014

Menjadi Dermawan di Bulan Ramadhan


Adalah Hammad ibn Sulaiman, beliau selama di bulan Ramadhan memberi makan berbuka untuk 500 orang.
Ketika selesai shalat i'ed memberi setiap dari mereka 100 dirham.

Lihat Ahwalus Salaf fii Ramadhan

Kita Cuma Manut Saja

Berkata Imam az-Zuhri:
Atas Allah lah turunnya penjelasan (syariat) dan atas Rasul lah penyampaian. Sedangkan kita (hanya sekedar) menerima.

Aqidah Salaf Ash-habul Hadits 190

Beginilah Salaf Jika di Bulan Ramadhan


Imam Malik ibn Anas jika memasuki bulan Ramadhan meninggalkan kesibukannya thd hadits dan majelisnya ahlul ilmi, untuk memfokuskan diri dgn membaca al Qur'an dari mushaf.

Imam Sufyan ats Tsauri jika telah memasuki bulan Ramadhan, beliau meninggalkan seluruh ibadah dalam rangka memfokuskan diri dlm membaca Al Qur'an.


Rabi ibn Sulaiman menuturkan bahwa Imam Syafi'i ketika di bulan Ramadhan mengkhatamkan Al Qur'an sebanyak 60x. Jika di luar bulan Ramadhan mengkhatamkan sebanyak 30x.


Al Walid ibn Abdil Malik ibn Marwan, seorang Khalifah (zaman sekarang presiden) setiap 3 hari sekali mampu mengkhatamkan Al Qur'an.

Jika di bulan Ramadhan, beliau sebulan penuh mampu mengkhatamkan 17 kali.


Yunus ibn Zaid berkata:
Dahulu Ibnu Syihab (Imam AzZuhri) apabila memasuki bulan Ramadhan, beliau (kegiatannya) hanya membaca Al Qur'an dan memberikan (bagi-bagi) makanan.

Lihat Ahwal Salaf fi Ramadhan.

Jumat, 03 Oktober 2014

Ilmu yang Melapangkan Dada Pengembannya

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:

Ilmu. Sesungguhnya ilmu akan bisa meluaskan dan melapangkan dada sampai luasnya melampaui luas dunia.

Sedangkan kebodohan, akan mewariskan kesempitan, kesesakkan dan kehimpitan.

Luasnya ilmu seorang hamba, maka seukuran itu pula luasnya dan lapangnya dadanya.

Tapi ini tidaklah berlaku untuk semua ilmu.

Hanya saja yg dimaksud ilmu di sini, adalah ilmu yg telah diwariskan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Yaitu ilmu yg bermanfaat.

Manusia yg paling luas dan yg paling lapang dadanya adalah orang yg mengemban ilmu.

Mereka juga adalah orang yg paling bagus perangainya dan yg paling indah kehidupannya.

Terjemah bebas dari Tuhfatur Rasaail bag 2, Mukhtarat min kalami Ibnil Qayyim al Jauziyah. (Asbabu Syarhish Shadr) hal. 8

WA Sedikit Faidah Saja

Pelaku Kebenaran Tidak Akan Kosong Dari Penentangan

Berkata Syaikh Yahya an-Najmi rahimahullah:

Bahwasanya pelaku kebaikan tdk akan kosong dari penentangan.

Telah terjadi penentangan dari Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah thd dakwah Nabi shalallahu alaihi wasallam kepada pamannya, Abu Thalib.

Ketika menjelang matinya Abu Thalib, Rasulullah mendakwahinya untuk bisa menutup umurnya dgn kalimat tauhid Laa ilaaha illallah.

Namun setiap kali Rasulullah mengajak Abu Thalib untuk mengucapkan kalimat tauhid, selalu dibalas dgn ajakan kefanatikan nenek moyangnya dgn mengatakan: Apakah engkau membenci agamanya Abdul Muthalib?.

Lihat Asy Syarhul Mujaz Mummahad, Syaikh Yahya an Najmi hal. 82.

Bagai Lilin yg Membakar Dirinya Sendiri

Shahabat Jundub ibn Abdillah radhiallahu anhu berkata:

Permisalan seorang yg mengajari manusia tapi dia tidak mengamalkan, seperti lampu yg menerangi manusia akan tetapi membakar dirinya sendiri.

Sanadnya shahih sampai kpd Jundub radhiallahu anhu.
Lihat Az Zuhud, Imam Ahmad ibn Hanbal hal. 276.

3 Pengaku Nabi di Masa Rasulullah Masih Hidup

Di antara tanda-tanda hari kiamat sughra adalah munculnya para Dajjal atau pendusta. Mereka mengaku-aku mendapat bagian dari bagian kenabian.

Hal ini terus berlangsung sampai muncul Dajjal besar yg mengaku sebagai Rabb.

Berikut ini 3 nama yg mengaku nabi di masa Rasulullah masih hidup.

1. Al Aswad al-Ansi di Yaman. Dia mati di menjelang wafatnya Rasulullah. Di bunuh
oleh tim shahabat nabi yg berkerja sama dg istri Al-Aswad sendiri dlm sebuah operasi senyap menumpas gerakannya.

2. Thulaihah al-Asadi. Beliau sempat diperangi oleh Rasulullah. Dan hampir terbunuh. Tapi dia berhasil lolos. Ketika di masa kekhalifahan Abu Bakr, dia kmbali memberontak. Lagi-lagi dia berhasil lolos dari tebasan para shahabat. Di masa akhir kekhalifahan Abu Bakr, Thulaihah bertaubat dan baik keislamannya. Bahkan dia wafat sebagai syuhada di bumi Persia di masa Khalifah Umar ibnul Khaththab.

3. Musailamah al-Kadzdzab. Dia mati di bentengnya sendiri, Yamamah. Dia mati ditumpas oleh pasukan Khalid ibnul Walid di masa Khalifah Abu Bakr.

Disarikan dari Asyratus Sa'ah, Al-Ghufaily hal. 50-52.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Jin Itu Ada dan Seperti Kita

Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah:

... Maka kesimpulannya, bahwasanya jin adalah jenis makhluk yg samar (halus).

Kita tdk bisa melihatnya.

Dan mereka hidup bersama kita.

Mereka (jin) juga dibebankan kewajiban sebagaimana kita (manusia) dibebankan kewajiban yg berupa perintah-perintah dan larangan-larangan.

Mengimani akan adanya wujud jin adalah termasuk bagian dari iman kpd hal yg ghaib. Termasuk membenarkan berita yg dikhabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Keberadaan jin akan wujudnya, telah tetap berdasar Kitab dan Sunnah serta ijma.

Barangsiapa yg menentang akan keberadaan wujud jin maka dia kafir karena telah mendustakan Allah dan Rasul-Nya serta ijma muslimin.

Lihat 'Ianatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Shalih Fauzan hal. 178.

Siapakah yang Ingin Nenek Tua Walau Dia Berhias

Berkata Abul 'Ala rahimahullah:
Aku melihat di dlm tidurku seorang nenek tua yg seluruh tubuhnya memakai perhiasan.

Manusia pun mengelilinginya dgn rasa heran.

Mereka memandang kpd nenek tua tsb.

Aku pun bertanya kpd nenek itu: Celaka, siapakah engkau?

Nenek itu menjawab: Apakah engkau tdk mengenalku?

Aku menjawab: Tidak.

Nenek itu pun berkata: Aku adalah dunia.

Aku menjawab: Aku berlindung kpd Allah dari kejelekanmu.

Nenek itu berkata: Jika engkau mau berlindung dari kejelekanku maka bencilah dirimu dari dirham (sejenis mata uang).

Lihat Mukhtashar Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah al-Maqdisi hal. 202
🔶🔶🔶🔶🔶🔶🔶

Atsar di atas setidaknya bisa mengingatkan kita agar tidak terpesona dgn gemerlapnya "si nenek tua".

Jangan engkau ridha, menghabiskan waktumu seluruhnya bersama "si nenek tua".

Atau, merindu dan ingat selalu dgn pesona "si nenek tua" dan beangan esok ingin kembali dibuai dan dilalaikan oleh "si nenek tua".

Semoga bermanfaat.

WA Sedikit Faidah Saja

Senin, 18 Agustus 2014

Hikmah dan Maslahat pada Perbuatan Allah ta'ala

Semua perbuatan Allah ta'ala akan terkait dgn dua perkara. Yaitu:

1. Hikmah. Karena sesungguhnya Allah berbuat sesuatu tnpa ada kesia-siaan, pasti ada hikmahnya. Baik hikmah yg bisa diketahui makhluk-Nya atau hikmah yg tdk tersembunyi.

2. Kemaslahatan. Perbuatan Allah tdk akan kosong dari kemaslahatan. Yaitu kemaslahatan yg kembali kpd hambanya dan tidak kembali kpd Allah, karena Allah adalah Al-Ghani. Dgn sifat Al-Ghani yg mutlak.

At-Tajliyah lil Qawa'idil Fiqhiyah, Syaikh Shalah Kantusy hal. 27

Jadi, jgn bersedih jika ada sesuatu yg menyempitkan kita, dan juga jgn putus asa. Seorang muslim harus optimis dan terus berbaik sangka kpd Allah.

Figur Kedermawanan

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
... Adalah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam orang yg ketika memberi, memberikan tanpa takut fakir.

Dan beliau juga ketika memberi, memberikan apa yg tebaik di sisinya.

Dan gembiranya ketika bisa memberi, lebih gembira ketimbang gembiranya ketika diberi.

Dan beliau adalah orang yg paling dermawan dlm kebaikan.

Tangan kanannya (kedermawananannya) seperti angin berhembus (sangat dermawan).

Lihat Zaadul Ma'ad, Ibnul Qayyim juz 2 hal. 67.

Menghafal yang Bermanfaat di Masa Kecil

Berkata seorang tabi'in Imam Qatadah ibn Di'amah: Menghafal di masa kecil ibarat mengukir di atas batu.
( Al-Hifzh, Abul Qayyum as-Sahaibani)

Subhanallah..

Ternyata kita telah melewati masa kecil kita kurang bahagia.

Masa kecil kita, kita habiskan dg sia-sia. Tiada hafalan al-Qur'an yg signifikan yg telah kita ukir di masa kecil.

Juz 30 terasa berat dilafazhkan, padahal al-Qur'an ada 30 juz.

 Apakah masa kecil suram ini akan terulang lagi pada anak-anak kita?

Silahkan jawab dgn amalan. Keinginan tanpa amalan tdk akan membuahkan kenyataan. Ya, bukan kenyataan yg ada. Tapi hanya angan dan harapan saja.


*  Kampanye orangtua peduli dgn hafalan Qur'an anak.

Kenapa Susah Menghafal Ilmu Yaa?

Susah menghafal hadits?

Mungkin pesan Imam Waki' ibnul Jarrah ini bermanfaat.

Berkata Imam Waki' ibnul Jarrah:
Apabila engkau ingin menghafal suatu hadits, maka amalkanlah hadits tsb.

Dinukil dari Al-Baitsul Hatsis karya Ibnu Katsir hal.130

Kamis, 31 Juli 2014

Tempat yang Baik untuk Masing-Masing Orang

Berkata Abu Abdillah Muhammad ibn Ali ibn Hasan ibn Basyar:

Kebaikannya lima orang berada di lima tempat:
1. Baiknya anak kecil adalah ketika dia belajar di maktabnya /tempat belajar membaca al-Quran
2. Baiknya pemuda adalah ketika sibuk dgn ilmu agama
3. Baiknya orang tua adalah ketika seringnya dia ke mesjid
4. Baiknya wanita adalah ketika diamnya dia di rumahnya
5. Baiknya orang yg jahat adalah ketika dia berada di penjara

Lihat Siyar a'lamun Nubala 13/439

Selasa, 29 Juli 2014

Imam Bukhari pun Lupa..

Dikisahkan bahwa Imam Bukhari ketika tinggal di Naisabur, datang kpd beliau surat-surat dari famili-famili wanitanya.

Isi surat tsb adalah salam untuk beliau yg sedang di Naisabur.

Suatu ketika, Imam Bukhari ingin membalas salam-salam kerabat wanitanya tsb untuk dikirim ke Bukhara.

Ketika beliau menulis..

Beliaupun lupa nama-nama mereka.. Diingat-ingat tapi beliau tetap lupa dan tidak mampu menyebutkannya.

Subhanallah..

Seorang Imam Jibalul Hifzh bisa demikian?

Padahal beliau bisa menyebutkan lebih dari 70rb hadits beserta biografi perawinya ttg lahirnya kapan, tempatnya dimana dam matinya kapan..

Beliau juga yang bisa menyebutkan nama 300 murid Anas ibn Malik dlm sesaat dlm lamunannya..

Ada apa dgn Imam Bukhari, kok bisa hafal nama-nama saudara handai tolan dari kalanan wanitanya?

Ada apa?

Disebutkan bhwa Imam Bukhari tidak mempunyai perhatian kpd selain ilmu. Terlebih perhatian kpd nama-nama kerabat wanitanya.

Inilah sebab ketidakmampuan Imam Bukhari.

Al-Ihtimam..

Ya. Ihtimam atau Perhatian dan fokus thd sesuatu akan menjadi salah satu sebab seorang mudah menghafal sesuatu.

Lalu, kenapa kita bisa susah menghafal al-Quran dan hadits?

Kenapa kita susah mengingat pelajaran agama kita?

Mungkin.. Ya, mungkin. Mungkin saja kita kurang perhatian dan kurang dalam memfokuskan diri kpd al-Quran dan al-Hadits.

Kita lebih fokus dan perhatian kpd berita-berita yg sedang update di situs-situs berita internet.

Kita mungkin lebih ihtimam kpd hasil skor pertandingan bola piala ini dan itu..

Mungkin dan mungkin..

Koreksilah diri-diri kita wahai saudara-saudaraku.. Mari kita fokuskan dan tingkatkan ihtimam kita kpd al-Quran dan Sunnah agar Allah mudahkan kita menghafal kalam ilahi dan sabda nabi-Nya.

#kisah Imam Bukhari bisa dilihat di kutaib Al-Hifzh karya as-Sahaibani hal. 69 dan 70.

Wa Sedikit Faidah Saja

Sabtu, 26 Juli 2014

Ketika Orang Tua Menyuruh Menceraikan Istriku

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin ketika ditanya ttg hukum bolehkah seorang anak menceraikn istrinya ketika disuruh oleh bapaknya.

Syaikh menjawab dgn rinci.

Lalu menutup dgn ucapannya sbb:

... Telah ditanya Imam Ahmad ttg masalah ini. Datang seorang lelaki dan berkata:

Sesungguhnya aku diperintahkan oleh bapakku untk menceraikn istriku.

Imam Ahmad menjawab: Jangan engkau lakukan.

Lalu org tsb berkata: Bukankah Nabi shalallahu alaihi wasallam telah memerintahkan Ibnu Umar untk menceraikan istrinya ketika ayahnya, yakni Umar ibnul Khaththab menyuruhnya?

Imam Ahmad menjawab: Apakah bapakmu seperti Umar?

Durus wa Fatawa fii Haram Makki hal. 303