Senin, 02 Agustus 2021

Merasa Kurang? Mari Luangkan 3 Menit tuk Membaca


Kemuliaan tidaklah diukur dengan harta dan kecukupan. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling mulia di antara manusia seluruhnya, namun apakah Anda tahu kehidupan beliau di kesehariannya?

Seorang shahabat beliau, An-Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu menyatakan,

ألَسْتُم في طعامٍ وشرابٍ ما شِئْتُم ؟ لقد رأَيْتُ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم وما يجِدُ مِن الدَّقَلِ ما يملَأُ به بطنَه

“Bukankah kalian memiliki makanan dan minuman sesuka kalian? Sungguh aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tidak mendapati daql (kurma yang berkualitas jelek) untuk memenuhi perutnya.” (HR. Muslim)

Hal ini dipersaksikan pula oleh Aisyah radhiallahuanha, salah seorang istri beliau yang paling dicintainya, 

مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ قَدِمَ المَدِينَةَ، مِنْ طَعَامِ بُرٍّ ثَلاَثَ لَيَالٍ تِبَاعًا، حَتَّى قُبِضَ

“Tidaklah keluarga Muhammad shallallahu alaihi wasallam merasakan kenyang sejak datang ke Madinah (hijrah) dari makanan burr (gandum yang berkualitas jelek) selama tiga hari berturut-turut, sampai beliau wafat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Subhanallah...

Yang menakjubkan, ternyata hal itu bukan keterpaksaan, namun memang jalan yang dipilih oleh beliau shallallahu alaihi wasallam, karena dalam doa beliau terlafazh, 

اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا

“Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya.” (HR. Muslim).

Jauh sekali dengan kita yang sedikit-sedikit mengeluh dan merasa kekurangan, padahal masih banyak literan beras di rumah, sayuran siap olah di kulkas dan cemilan di meja, namun di saat bersamaan, kita selalu kufur nikmat dan bermaksiat, astaghfirullahal azhim.

Janganlah Mencela, Sampaipun Kepada Hewan


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam berwasiat kepada  Abu Jurayyi Jabir bin Sulaim radhiallahuanhu :

 لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا قَالَ فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا وَلَا عَبْدًا وَلَا بَعِيرًا وَلَا شَاةً “

"Janganlah engkau mencela seorangpun!” Abu Jurayyi berkata, “Maka setelah itu aku tidak pernah mencela seorang yang merdeka, seorang budak, seekor onta, dan seekor kambing”.([HR. Abu Dawud, hadits dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

Doa-doa yang Terkait dengan Hujan


Akhir-akhir ini di beberapa daerah terjadi turun hujan, sebagai seorang muslim hendaknya jangan lupa untuk berdoa dengan doa-doa yang dibimbingkan oleh syariat. Berikut ini kami susun beberapa doa yang terkait dengan turunnya hujan, semoga bermanfaat.

1. Doa ketika turun hujan,

Hadits dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,

اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

Allahumma shayyiban naafi'an

 "Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat". (HR. Bukhari dari Aisyah radhiyallahuanha)

2. Doa setelah hujan,

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ

Muthirnaa bi fadhlillahi warahmatih

"Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah". (HR. Bukhari dan Muslim, dari Khalid bin Zaid al Juhani radhiallahuanhu)

3. Doa ketika ada petir,

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

Subhaanalladzii yusabbihurra'du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatih

"Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya". (HR. Bukhari dalam Adabul Mufroad dari Abdullah bin Zubair. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

4. Doa ketika ada angin kencang, 

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ

Allahumma innii as'aluka khairaha wa khaira maa fiihaa, wa khira maa ursilat bih.

Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarri maa fiihaa wa syarri maa ursilat bih

Ya Allah, aku memohon kepadamu kebaikan angin ini, kebaikan yang dibawa angin ini, dan kebaikan angin ini diutus. Dan aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan angin ini, keburukan yang dibawa angin ini, dan keburukan angin ini diutus." (HR. Muslim dari Aisyah radhiallahuanha)

Wallahu alam.

Semoga bermanfaat.


Tiga Adab Makan


1. Sebelum makan mengucapkan, ‘ _Bismillaah_ .’ 

Dalilnya hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللهِ تَعَالَى، فَإِذَا نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللهِ فِيْ أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ

Artinya, "Apabila salah seorang di antara kalian ingin makan, maka ucapkanlah: ‘ _Bismillaah_ ’, dan jika ia lupa mengucapkan _bismillaah_ di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan: ‘ _Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu_ ’ (dengan menyebut Nama Allah di awal dan akhirnya).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, hadits dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

2. Makan dengan tangan kanannya, berdasar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 يَا غُلاَمُ سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

Wahai anak muda, sebutlah Nama Allah ( _bismillaah_ ), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dengan apa-apa yang dekat darimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Setelah makan berdoa, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 مَنَ أَكَلَ طَعَاماً وَقَالَ: اَلْحَمْدُ ِِللهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ، غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

Artinya, "Barangsiapa sesudah selesai makan berdo’a: ‘ _Alhamdulillaahilladzi ath‘amani hadza wa razaqqaniihi min ghairi haulin minni walaa quwwatin_ (Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku),’ niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzy, hadits dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Semoga bermanfaat, wallahu alam.

Hendaknya Tidak Meniup Makanan atau Minuman dan Tidak Menghembuskan Nafas di dalam Gelas


Abu Sa’id al-Khudri radhiallahuanhu berkata,

 نَهَى عَنِ النَّفْخِ فِي الشُّرْبِ.

 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk meniup (dalam gelas) ketika minum.”

Ibnu ‘Abbas Radhiallahuanhuma juga berkata,

: نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي اْلإِناَءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيْهِ. 

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” 

(HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Imam Ibnu Hajar al Atsqalani rahimahullahu menerangkan salah satu hikmah dilarangannya perbuatan ini, beliau berkata,

النَّهْيُ عَنِ التَّنَفُّسِ فِي الْإِنَاءِ لِأَنَّهُ رُبَّمَا حَصَلَ لَهُ تَغَيُّرٌ مِنَ النَّفَسِ إِمَّا لِكَوْنِ الْمُتَنَفِّسِ كَانَ مُتَغَيِّرَ الْفَمِ بِمَأْكُولٍ مَثَلًا أَوْ لِبُعْدِ عَهْدِهِ بِالسِّوَاكِ وَالْمَضْمَضَةِ أَوْ لِأَنَّ النَّفَسَ يَصْعَدُ بِبُخَارِ الْمَعِدَةِ وَالنَّفْخُ فِي هَذِهِ الْأَحْوَال كلهَا أَشد من التنفس (كتاب الأشربة  باب النهي عن التنفس في الإناء)

"Larangan bernafas di dalam gelas adalah karena perbuatan tersebut akan merubah aroma gelas, bisa jadi karena orang yang bernafas di dalam gelas tersebut merubah aroma gelas yang disebabkan karena mulutnya yang memakan sesuatu, atau karena lamanya orang tersebut tidak bersiwak dan berkumur-kumur (sehingga bau mulutnya kurang sedap), atau karena aroma bau nafas yang naik dengan sebab uap pencernaan. Maka meniup di keadaan-keadaan yang seperti ini semuanya lebih parah dari pada bernafas (di dalam bejana)". (Fathul bari Syarah Shahih Bukhari, Ibnu Hajar pada kitab Al Asyribah bab An Nahyu anit Tanaffus fil Ina).

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu juga berkata, 

لأن الإنسان إذا نفخ ربما يحصل من الهواء الذي يخرج منه أشياء مؤذية أو ضارة كمرض ونحوه

"Karena jika seorang insan meniup, terkadang menghasilkan aroma yang keluar darinya suatu penyakit atau perkara membahayakan seperti penyakit (virus atau bakteri) atau sejenisnya." (Syarah Riyadhish Shalihin, Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 4, hal. 425).

Lalu bagaimana jika kita ingin mengambil nafas ketika minum, atau terdapat sesuatu di gelas minuman kita? Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu menuturkan, 

لا ينبغي للمؤمن النفخ في الإناء والتنفس فيه إذا أراد أن يتنفس أو ينفخ يفصل الإناء، وإذا كان هناك قذاة يأخذها بيده أو يريقها ولا ينفخ ولا يتنفس في الإناء، هكذا نهى النبي عليه الصلاة والسلام (شرح الكتب رياض الصالحين

باب كراهة النفخ في الشراب)

"Tidak seyogyanya bagi seorang mukmin untuk meniup ke dalam gelas dan bernafas di dalamnya, jika ingin bernafas atau ingin menghembuskan nafas, maka (hendaknya) terpisah dari gelasnya (di luar gelas). Jika terdapat kotoran (di dalam gelas), maka ambillah dengan tangannya atau tumpahkan kotorannya dan janganlah engkau tiup dan jangan bernafas di dalam gelas, karena yang demikian merupakan larangan Nabi shalallahu alaihi wasallam". (Syarah Riyadhish Shalihin, Syaikh Ibnu Baz, pada Bab Karahatin Nafhi fisy Syarab)

Maka dengan bimbingan ini, menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan sesuai fitrah manusia, Imam Asy Syaukani rahimahullahu berkata akan hal ini (larangan meniup makanan atau minuman dan larangan bernafas di dalam gelas), 

ولا شك أن هذا من مكارم الأخلاق ومن باب النظافة

"Tidak diragukan lagi bahwa hal ini adalah termasuk dari kemuliaan akhlak dan perkara kebersihan". (Nailul Authar, Imam Asy Syaukani, jil. 9, hal. 79).

Semoga bermanfaat, wallahu alam.

Rendahkanlah Volume Suaramu


Syaikh Muhammad Jamil Zainu rahimahullah berkata,

أخفض صوتك ، وأغضض منه إذا نطقت ، وخاصة في المجتمعات العامة ، كالأسواق والمساجد ، والحفلات وغيرها ، ما تكن خطيباً أو واعظاً 

"Rendahkanlah suaramu dan pelankanlah ketika engkau bicara, terkhusus di dalam suatu perkumpulan umum seperti pasar-pasar, masjid-masjid, acara-acara dan selainnya, selama engkau bukan seorang yang berkhutbah atau seorang yang memberi nasehat". 

(Quthuf minasy Syamailil Muhammadiyyah-Syaikh Muhammad Jamil Zainu, hal. 121, cet. Ke-15).

Bahayanya Kebiasaan di Shaf Belakang ketika Shalat (2)


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

 لَا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللهُ

"Senantiasa sebuah kaum yang mengakhirkan (terlambat) dari shaf yang di depan (pertama), sampai Allah mengakhirkannya". (HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullahu berkata, 

أَيْ عَنِ الصُّفُوفِ الْأُوَلِ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ رَحْمَتِهِ أَوْ عَظِيمِ فَضْلِهِ وَرَفْعِ الْمَنْزِلَةِ وَعَنِ الْعِلْمِ وَنَحْوِ ذَلِكَ .

Yaitu (mengakhirkan/terlambat) dari shaf-shaf awal sampai Allah akhirkan mereka dari rahmat-Nya, keagungan keutamaan-Nya, ketinggian kedudukan dan dari ilmu serta yang semisal itu." 

(Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi pada hadits 701/438, bab taswiyatish shufuf)

Bahayanya Kebiasaan di Shaf Belakang ketika Shalat (1)


Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata, 

وفي حديث عائشة عند أبي داود رأى في أصحابه تأخرا عن الصف المقدم، يعني الأول فقال: تقدموا فأتموا بي، ولا يزال الرجل يتأخر عن الصف المقدم حتى يؤخره الله في النار فالمقصود أن في هذا الحث والتحريض على المسارعة إلى الصلاة حتى يكون في الصف الأول وحتى يبتعد عن صفات الكسالى، ولا يزال الرجل يتكاسل ويتأخر حتى يؤخره الله، هذا عام يعني على كل خير أو عن التقدم إلى الخير أو يؤخره الله في النار، فيجب الحذر من التكاسل والتثاقل عن الصلاة كفعل المنافقين

"Di dalam hadits Aisyah radhiyallahu anha yang dikeluarkan oleh abu Daud, tatkala Rasulullah melihat ada dari para sahabatnya mengakhirkan dan dari shaf shalat yang pertama maka beliau bersabda,

تقدموا فأتموا بي، ولا يزال الرجل يتأخر عن الصف المقدم حتى يؤخره الله في النار

"Majulah kalian dan ikutilah (shalat) aku (Rasulullah), senantiasa seseorang yang mengakhirkan (terlambat) dari shaf yang depan (pertama), sampai Allah mengakhirkannya di neraka". 

Maksudnya, pada hadits ini terdapat motivasi dan dorongan untuk bersegera dalam (mendatangi) shalat sampai bisa mendapati shaf yang pertama dan terjauhkan dari penyematan sifat malas. 

senantiasa seorang akan menjadi malas dan terbelakang (di dalam shaf) sampai Allah mengakhirkannya. Ini mencangkup umum, yakni (Allah memgakhirkannya) atas setiap kebaikan atau dari sifat terdepan dari kebaikan, dan Allah akan akhirkan dia sampai ia (dengan sebab itu) masuk ke dalam neraka. 

Maka sudah menjadi kewajiban untuk berhati-hati dari sifat malas dan sifat berat hati dari melakukan shalat seperti perbuatan orang-orang munafik".

(Syarah Riyadhish Shalihin, Syaikh Ibnu Baz, pada hadits no. 1085)

Adab-adab Bangun Tidur


1. Ketika bangun membaca doa,

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

Artinya, "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepadaNya lah kita dikembalikan". (HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Dzar radhiallahuanhu)

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata, "Barang siapa yang bangun di malam hari, kemudian ia berdoa, 

" لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، له المُلْكُ وله الحَمْدُ، وهو علَى كُلِّ شيءٍ قَديرٌ، الحَمْدُ لِلَّهِ، وسُبْحَانَ اللَّهِ، ولَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، واللَّهُ أَكْبَرُ، ولَا حَوْلَ ولَا قُوَّةَ إلَّا باللَّهِ"

Kemudian ia berkata,

 " اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي "

Atau ia berdoa, maka niscaya akan dikabulkan. Jika ia berwudhu lalu melakukan shalat, maka akan diterima shalatnya. (HR. Bukhari dari shahabat Ubadah bin Shamit radhiallahuanhu).

2. Merapihkan tempat tidur, lalu ke kamar mandi

3. Masuk kamar mandi mendahulukan kaki kiri dengan doa,

بسم الله،

اَللّٰهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَآئِثِ

Artinya, "Dengan menyebut nama Allah,  Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari jin laki-laki dan jin perempuan". (HR. Bukhari dari shahabat Anas bin Malik radhiallahuanhu)

4. Mencuci kedua tangannya sebanyak tiga kali sebelum bergosok gigi. 

Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

إذا استيقظ أحدُكم من نومِهِ، فلا يَغْمِسْ يدَه في الإناءِ حتى يغسلَها ثلاثًا . فإنه لا يَدْرِي أين باتت يدُه

“Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, janganlah ia celupkan tangannya ke dalam bejana sampai ia telah mencucinya tiga kali, karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dimana letak tangannya bermalam” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu).

5. Gosok gigi dengan bersih.

Hudzaifah bin Al Yaman radhiallahuanhu mengatakan,

كان النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم إذا قام مِن الليلِ يَشُوصُ فاه بالسواكِ

“Nabi shallallahu’alaihi Wasallam jika bangun di malam hari, beliau menggosok-gosok mulutnya dengan siwak” (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Keluar kamar mandi dengan mendahulukan kaki kanan seraya berdoa, 

غُفْرَانَكَ

Artinya, "Aku memohon ampun kepada-Mu" (HR. Abu Daud dan selainnya dari Aisyah radhiallahuanha, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa mengamalkannnya, aamiin.

Hati yang Selamat akan Merasakan Getaran Dosa pada Jiwanya


Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu,

من كان سليم القلب فإن الله تعالى قد يهبه فراسةً يعرف بها الإثم، حتى أن نفسه لاتطمئن له ولا ترتاح له، وهذه نعمةٌ الله على الإنسان

 "Barang siapa yang selamat hatinya, maka sesungguhnya Allah taala terkadang menganugerahkan kepadanya sebuah firasat yang ia mengenali dengan firasat tersebut suatu dosa, hingga jiwanya (merasakan) tidak tenang dan tidak lapang pada perkara dosa tersebut. Maka ini merupakan sebuah nikmat Allah atas seorang insan."

(Fathu Dzil Jalali wal Ikram-Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 6, hal. 249, cet. Maktabatul Islamiyah)

Sabar dan Optimis


Penting untuk kita ketahui bahwa kesabaran akan bernilai ketika ditempatkan pada awal kejadian. Kesabaran yang hakiki bukan datang ketika selesai menumpahkan sumpah serapah dan keluh kesah dahulu. Kesabaran teranggap ketika pas di awal kejadian pertama.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى

 "Sesungguhnya sabar itu (teranggap) pada awal kejadian"

(HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Anas ibn Malik radhiallahu ‘anhu).

Janganlah kita menjadi orang yang cengeng dengan bergampang-gampang mengeluh kepada makhluk. Keluhkanlah segala kegundahan dan kegalauanmu kepada Allah. Berdo’alah kepada Allah dan yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baik tempat mengadu.  

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, ia berkata, "<Hasbunallah wa ni’mal wakiil> (artinya: Cukuplah Allah bagi kami sebagai sebaik-baik pelindung), adalah kalimat yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika beliau dilemparkan ke dalam api, dan juga dikatakan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam ketika di dalam suatu ayat, orang-orang kafir mengatakan,

إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ

 Sesungguhnya manusia (kaum musyrikin Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, maka takutlah kepada mereka.

Maka Ibnu Abbas membaca ayat Ali Imran: 173,

فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

“(Maka perkataan itu) menambah keimanan mereka (orang-orang beriman) dan mereka berkata: Cukuplah Allah bagi kami, sebaik-baik pelindung” (HR. Bukhari)".

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk bisa terus memupuk kesabaran dan selalu optimis di dalam menjalani kehidupan, aamiin.

Ketaatan Seorang Hamba kepada Allah, Menjadi Tolak Ukur Baiknya Dia dalam Bermuamalah dengan Manusia


Abdullah ibnul Khubaiq rahimahullah berkata,

انت لا تطيع من يحسن اليك فكيف تحسن الى من يسيء اليك؟

Engkau tidak menaati kepada Dzat yang telah berbuat baik kepadamu, maka bagaimana engkau akan bisa berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu?

(Hilyatul Aulia-Abu Nuaim al Ashbahani, juz. 10, hal. 168, cet. Darul Kitab al Arabi)

Keberadaan Orang Shalih di Tengah Manusia


Ibnu Rajab al Hanbali rahimahullahu berkata,

-المُنفرِدُ بِالطّاعة بَيْن أهلِ المعاصي والغفلة، قَد يُدفَعُ بِه البلاءُ عـنِ النّاس گـُلُهم، فگـأنّهُ يَحمِيهِم ويُدافِع عَنهُم ! 

"Keberadaan seorang yang mengerjakan ketaatan di kesendirian di antara para pelaku kemaksiatan dan orang-orang lalai, sesungguhnya telah menolak datangnya bala (musibah) dari manusia seluruhnya, seakan-akan ia menjaga mereka dan melindungi mereka".

(Lathaiful Ma'arif-Ibnu Rajab al Hanbali, hal. 204)

Jadilah yang Terbaik dengan Memulai Salam


Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata, 

خيرُ النَّاسِ من يبدأ الناس بالسلام وقد كان النبي صلى الله عليه وسلم وهو أشرف الخلق يبدأ من لقيه بالسلام، فاحرص على أن تكون أنت الذي تسلم قبل صاحبك ولو كان أصغر منك لأن خير الناس من يبدؤهم بالسلام

"Sebaik-baik manusia adalah yang memulai salam kepada manusia. Dahulu Nabi shalallahu alaihi wasallam -dalam keadaan beliau adalah sebaik-baik makhluk- memulai salam kepada orang yang dijumpainya, maka bersemangatlah engkau untuk menjadi orang yang mengucapkan salam sebelum saudaramu (megucapkannya), walaupun ia lebih muda darimu, karena sebaik-baik manusia adalah orang yang memulai salam". 

(Syarah Riyadhush Shalihin-Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 4, hal. 408)

Tiada yang Bisa Menahan Rahmat Allah


Allah taala berfirman,

مَّا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ 

Artinya, "Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya". (QS. Fathir: 2)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata,

"لا أحد يستطيع ان يمسك رحمة الله عز وجل مهما عمل حتى لو حاول الحسد والتشويه ومنع الرزق لايستطيع

اذا فتح الله تعالى الرحمه للعبد فلا أحد يستطيع ان يحول بينه وبينها"

 "Tiada seorangpun yang akan mampu untuk menahan rahmat Allah azza wa jalla bagaimanapun amalannya, hingga seandainya ingin dipalingkan dengan (diberikan) hasad, tasywih (rencana-rencana jelek) dan penahanan rezeki, maka (semua) tidak akan mampu! 

Jika Allah taala telah membuka rahmatNya untuk seorang hamba, maka tak ada seorangpun untuk bisa memalingkan antara dirinya dengan rahmat itu."

(Tafsir Surat Fathir-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 25)