Senin, 02 Agustus 2021

Hendaknya Tidak Meniup Makanan atau Minuman dan Tidak Menghembuskan Nafas di dalam Gelas


Abu Sa’id al-Khudri radhiallahuanhu berkata,

 نَهَى عَنِ النَّفْخِ فِي الشُّرْبِ.

 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk meniup (dalam gelas) ketika minum.”

Ibnu ‘Abbas Radhiallahuanhuma juga berkata,

: نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي اْلإِناَءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيْهِ. 

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” 

(HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Imam Ibnu Hajar al Atsqalani rahimahullahu menerangkan salah satu hikmah dilarangannya perbuatan ini, beliau berkata,

النَّهْيُ عَنِ التَّنَفُّسِ فِي الْإِنَاءِ لِأَنَّهُ رُبَّمَا حَصَلَ لَهُ تَغَيُّرٌ مِنَ النَّفَسِ إِمَّا لِكَوْنِ الْمُتَنَفِّسِ كَانَ مُتَغَيِّرَ الْفَمِ بِمَأْكُولٍ مَثَلًا أَوْ لِبُعْدِ عَهْدِهِ بِالسِّوَاكِ وَالْمَضْمَضَةِ أَوْ لِأَنَّ النَّفَسَ يَصْعَدُ بِبُخَارِ الْمَعِدَةِ وَالنَّفْخُ فِي هَذِهِ الْأَحْوَال كلهَا أَشد من التنفس (كتاب الأشربة  باب النهي عن التنفس في الإناء)

"Larangan bernafas di dalam gelas adalah karena perbuatan tersebut akan merubah aroma gelas, bisa jadi karena orang yang bernafas di dalam gelas tersebut merubah aroma gelas yang disebabkan karena mulutnya yang memakan sesuatu, atau karena lamanya orang tersebut tidak bersiwak dan berkumur-kumur (sehingga bau mulutnya kurang sedap), atau karena aroma bau nafas yang naik dengan sebab uap pencernaan. Maka meniup di keadaan-keadaan yang seperti ini semuanya lebih parah dari pada bernafas (di dalam bejana)". (Fathul bari Syarah Shahih Bukhari, Ibnu Hajar pada kitab Al Asyribah bab An Nahyu anit Tanaffus fil Ina).

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu juga berkata, 

لأن الإنسان إذا نفخ ربما يحصل من الهواء الذي يخرج منه أشياء مؤذية أو ضارة كمرض ونحوه

"Karena jika seorang insan meniup, terkadang menghasilkan aroma yang keluar darinya suatu penyakit atau perkara membahayakan seperti penyakit (virus atau bakteri) atau sejenisnya." (Syarah Riyadhish Shalihin, Syaikh Ibnu Utsaimin, jil. 4, hal. 425).

Lalu bagaimana jika kita ingin mengambil nafas ketika minum, atau terdapat sesuatu di gelas minuman kita? Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu menuturkan, 

لا ينبغي للمؤمن النفخ في الإناء والتنفس فيه إذا أراد أن يتنفس أو ينفخ يفصل الإناء، وإذا كان هناك قذاة يأخذها بيده أو يريقها ولا ينفخ ولا يتنفس في الإناء، هكذا نهى النبي عليه الصلاة والسلام (شرح الكتب رياض الصالحين

باب كراهة النفخ في الشراب)

"Tidak seyogyanya bagi seorang mukmin untuk meniup ke dalam gelas dan bernafas di dalamnya, jika ingin bernafas atau ingin menghembuskan nafas, maka (hendaknya) terpisah dari gelasnya (di luar gelas). Jika terdapat kotoran (di dalam gelas), maka ambillah dengan tangannya atau tumpahkan kotorannya dan janganlah engkau tiup dan jangan bernafas di dalam gelas, karena yang demikian merupakan larangan Nabi shalallahu alaihi wasallam". (Syarah Riyadhish Shalihin, Syaikh Ibnu Baz, pada Bab Karahatin Nafhi fisy Syarab)

Maka dengan bimbingan ini, menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan sesuai fitrah manusia, Imam Asy Syaukani rahimahullahu berkata akan hal ini (larangan meniup makanan atau minuman dan larangan bernafas di dalam gelas), 

ولا شك أن هذا من مكارم الأخلاق ومن باب النظافة

"Tidak diragukan lagi bahwa hal ini adalah termasuk dari kemuliaan akhlak dan perkara kebersihan". (Nailul Authar, Imam Asy Syaukani, jil. 9, hal. 79).

Semoga bermanfaat, wallahu alam.

Tidak ada komentar: