Jumat, 28 November 2014

Memahami Keinginan dan Kebiasaan Kedua Orang Tua

Kita punya kesukaan dan kebiasaan. Begitupun kedua orang tua kita, mereka pun punya kesukaan dan kebiasaan.

Terkadang sebagai anak, kita menyepelekan perkara ini. Kita tidak perhatian akan keinginan dan kebiasaan kedua orang tua kita.

Seringnya kedua orang tua kita enggan atau merasa tidak enak jika ingin menyampaikan sesuatu kepada kita. Apalagi terhadap sesuatu yang mungkin memberatkan kita.

Kita sebagai anak harus peka dan pintar mendeteksi hal ini. Jika telah jelas bagi kita, apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan, hendaknya kita berusaha keras untuk memenuhinya.

Berikut ini kami akan bawakan bagaimana salaf kita mencontohkan hal ini.

Dikisahkan di dalam kitab Shifatush Shafwah karya Imam Ibnul Jauzi, Muhammad bin Sirrin rahimahullah bercerita: Aku pernah mendapati di zaman kekhalifahan Utsman radhiallahu anhu, harga pohon kurma mencapai harga tinggi per pohon 1000 dirham.

Aku melihat seorang shahabat nabi, Usamah bin Zaid radhiallahu anhu berusaha mendapatkan pohon kurma walau harga sedang tinggi-tingginya.

Ketika mendapatkannya, beliau hanya memotong bagian ujung pohonnya dan mengambil jummarnya saja (jummar: bagian ujung pohon yang berwarna putih yang rasanya manis seperti madu).

Jummar tersebut diberikan kepada ibunya untuk dimakan.

Orang-orang yang menyaksikan berkata kepada beliau: Apakah gerangan yang mendorong engkau melakukannya? Padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma saat ini sedang tinggi-tingginya. 1000 dirham !

Maka shahabat nabi Usamah bin Zaid menjawab: Sesungguhnya ibuku meminta jummar kepadaku. Dan tidaklah ibuku meminta sesuatu yang aku mampu menunaikannya kecuali aku akan memenuhinya.

Subhanallah..

Tunggu dulu wahai saudaraku..

Saya ingin memberi satu contoh kisah lagi dalam hal ini.

Di kisahkan dalam kitab 'Uyunul Akhyar, Al Ma'mun menceritakan tentang Fadhl bin Yahya rahimahullah.

Al Ma'mun berkata: Tidak pernah aku melihat seorangpun yang paling berbakti kepada ayahnya selain Fadhl bin Yahya.

Yang telah sampai kepadaku tentang berbaktinya beliau, bahwa dahulu, Yahya (ayahnya Fadhl), kebiasaanya tidak pernah berwudhu kecuali dengan air yang hangat.

Pada suatu ketika, Fadhl bin Yahya dan ayahnya -karena kezhaliman penguasanya- di penjara.

Sipir penjara waktu itu melarang orang untuk memasukan kayu bakar ke dalam penjara ketika malam tiba. Padahal malam itu adalah malam yang dingin.

Lalu ketika malam tiba, Fadhl bangun dari tempat tidurnya dan mengambil kendi yang berisi air.

Kendi itu pun beliau gantungkan di dekat lampu obor dekat penjara.

Fadhl terus berdiri menggantungkan kendi tersebut, berharap agar air yang di dalam kendi tersebut bisa menjadi hangat dan bisa dipakai oleh ayahnya untuk berwudhu.

Fadhl melakukan demikian sepanjang malam hingga menjelang subuh.

Allahu akbar...

Semoga bermanfaat.

* Kisah Usamah bin Zaid dinukil dari Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf, hal. 107.

* Kisah Fadhl bin Yahya dinukil dari Hayatus Salaf, hal. 261

Al fakir ila maghfirah li rabbi,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

Tidak ada komentar: