Ulama Lebih Tahu Siapa yang Alim dan Siapa yang Jahil
Imam Malik ibn Anas jika ingin meriwayatkan suatu hadits tidaklah mengambil kecuali dari orang yang tsiqah.
Akan tetapi dalam suatu periwayatan, beliau ternyata pernah didapati meriwayatkan dari seorang yang dhaif.
Maka dikatakan kepada beliau:
Mengapa engkau bisa meriwayatkan dari Abdulkarim bin Abi Makharisy, padahal dia seorang yang dhaif wahai Malik?
Imam Malik pun menjawab:
Aku telah tertipu dengan shalatnya yang banyak.
-- selesai --
Syaikh Muqbil al Wadi'i tentang kisah di atas:
Demikianlah, ibadah adalah sesuatu yang terpuji.
Akan tetapi itu bukan berarti menunjukkan akan berilmunya seorang.
Para ulama adalah orang-orang yang paling mengerti tentang siapa yang berilmu dan siapa yang bodoh.
(Lihat Shifatu Shalat Nabi-Syaikh Muqbil ibn Hadi al Wadi'i, hal. 21, cet. Maktabatul Islamiyah 2009)
Imam Malik ibn Anas jika ingin meriwayatkan suatu hadits tidaklah mengambil kecuali dari orang yang tsiqah.
Akan tetapi dalam suatu periwayatan, beliau ternyata pernah didapati meriwayatkan dari seorang yang dhaif.
Maka dikatakan kepada beliau:
Mengapa engkau bisa meriwayatkan dari Abdulkarim bin Abi Makharisy, padahal dia seorang yang dhaif wahai Malik?
Imam Malik pun menjawab:
Aku telah tertipu dengan shalatnya yang banyak.
-- selesai --
Syaikh Muqbil al Wadi'i tentang kisah di atas:
Demikianlah, ibadah adalah sesuatu yang terpuji.
Akan tetapi itu bukan berarti menunjukkan akan berilmunya seorang.
Para ulama adalah orang-orang yang paling mengerti tentang siapa yang berilmu dan siapa yang bodoh.
(Lihat Shifatu Shalat Nabi-Syaikh Muqbil ibn Hadi al Wadi'i, hal. 21, cet. Maktabatul Islamiyah 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar