Rabu, 20 Mei 2015

Dulu Kawan, Sekarang Lawan

Dulu kita sama-sama teman dalam mencari al haq. Di mana diselenggarakan kajian, kita pun sama-sama pergi tuk menghadirinya.

Dulu kita sama-sama teman seperjuangan dalam dakwah. Di sana ada info kajian, kita pun sama-sama ikut menyebarkannya.

Dulu, betapa semangatnya kita..

Jika diingat, momen itu sangat indah.

Betapa bahagianya.

Rasa lelah dan letih tak terasa. Luntur meleleh bersama keringat kepuasan bisa andil dalam dakwah.

Tapi...

Sekarang betapa jauh dirimu.

Engkau tak lagi seperti dulu.

Dari manakah sumber perubahanmu, aku tak tahu.

Yang pasti perubahan itu kian menampak ketika aku katakan: "Wahai sahabat, mari kita kembali kepada nasehat ulama kibar.. Tinggalkanlah sang penulis Watsiqah kufur itu.. Tinggalkanlah sang Makir wa La'ab wa Mutalawin itu.. !"

Hmm..
Alasan-alasan aneh pun terdengar dari lisanmu.

Cukuplah sampai di sini sahabat..

Aku hanya bisa membawakan bimbingan Syaikh Rabi' dalam menyikapi sikapmu.

Syaikh Rabi' ditanya:
"Kapankah seorang mubtadi dihijr ?"

Beliau hafizhahullah menjawab:

"Jika si mubtadi' tersebut seorang da'i maka dia terus dihijr sampai bertaubat.

Apabila dia seorang yang jahil, maka dia diberitahu.

Dan seorang yang 'alim dan seorang da'i yang punya pengaruh, hendaknya tidak (langsung) menghijr si jahil. Akan tetapi mendakwahi dia (dahulu).

Jika si jahil tersebut tidak terima dan menentang, maka hijr lah dia.

Tinggalkan dia, pergilah tuk menyibukan kepada yang lain dan dakwahi orang lain".

(Lihat Marhaban Yaa Thalibal Ilmi-Syaikh Rabi', hal. 416, cet. Al Mirats an Nabawi 2013).

Jelas. Tidak basa-basi.

Sahabat.. Telah sampai kepadamu Nasehat. Tapi engkau ternyata lebih suka 'jalan lain'.

Masa indah lalu biarlah menjadi kenangan.

Diantara kita telah ada dinding manhaj yang memisahkan.

Tidak ada komentar: