Jumat, 28 November 2014

Jangan Bakhil dengan Rezeki yang Ada Padamu

Ikhwati fillah..
Kadang -bahkan sering- kita merasa sepertinya kebutuhan hidup sehari-hari selalu kurang.

Selalu ada saja yang belum terpenuhi dan terus menerus merasa belum cukup.

Memanglah demikian.

Sudah menjadi kebiasaan manusia mempunyai sifat merasa kurang dan kurang.

Perhatikan sabda Rasulullah shalallahu alahi wasallam ini:

Kalau seandainya ibnu adam mempunyai satu lembah dari harta, niscaya dia ingin menjadi dua lembah.
Kalau sudah mendapat dua lembah, niscaya dia ingin menambah lagi menjadi tiga.
Tidaklah ada yang bisa menghentikan (ambisinya) kecuali tanah (mati).
Dan Allah menerima taubat bagi siapa yang mau bertaubat.
[HR. Tirmidzy dari Ubay ibn Ka'ab radhiallahu'anhu, hadits dihasankan Syaikh Muqbil dan Syaikh al Albani rahimahumullahu ta'ala].

Berkata Syaikh Yaasin al 'Adani hafizahullahu ta'ala tentang hadits ini: Ucapan 'Dan Allah menerima taubat bagi siapa yang mau bertaubat' menunjukkan bahwa ambisi yang demikian itu adalah tercela.
(Lihat Fadhlu Ahlil Ilmi wadz Dzikr, hal. 9)

Ikhwatii fillah..
Bermuara dari ambisi yang tercela di atas, kadang bisa mencabang kepada berbagai akhlak yang tercela.

Di antara salah satu akhlak tercela itu adalah bakhil.

Ya, bakhil.

Bakhil adalah sumber kekurangan. Dan sebaliknya, dermawan adalah sumber kecukupan.

Perhatikan hadits berikut ini:
Dari Anas ibn Malik radhiallahu'anhu, beliau berkata:
Dahulu ada 2 orang bersaudara di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Salah seorang darinya kegiatannya adalah mendatangi Rasulullah (untuk belajar tafaquh fiddiin). Sedangkan salah seorang lainnya bekerja.
Maka saudaranya yg bekerja tsb mengeluhkan tentang saudaranya (yg aktifitasnya selalu belajar agama) kepada Nabi shalallahu 'alahi wasallam.
Maka Rasulullah menjawab keluhan tersebut dengan sabdanya: Barangkali engkau akan diberi rezeki dengan sebab saudaramu tersebut.
[HR. Tirmidzy dan al Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dan Syaikh al Albani].

Subhanallah..
Karena menghidupi seorang yang thalabul ilmi syar'i bisa menjadi sebab kelancaran rezeki seseorang !

Kalau demikian, bagaimana lagi keutamaan seorang ayah yang menghidupi sekaligus membiayai anaknya belajar agama?

Ikhwatii fillah..
Jangan Anda menjadi ayah yang bakhil kepada putra-putri Anda sendiri.

Coba tanyakan kepada putra atau putri Anda, mungkin masih ada keperluan thalabul ilminya yang masih Anda belum penuhi.

Yakinlah apa yang keluarkan dari keperluan putra-putri Anda, mungkin menjadi pembuka pintu rezeki bagi Anda.

Wallahu alam.

* Hanyaikhwanbiasa@catatankajianku.blogspot.com

Tidak ada komentar: