Kehidupan adalah dengan berpegang teguh kepada islam dan menaati Allah, adapun menyia-nyiakan perintah Allah dan syariat-Nya maka itu adalah kebinasaan. Allah taala berfirman,
《وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ 》
Artinya:
"َDan berinfaklah (dengan harta) kalian di jalan Allah, dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan". (Al Baqarah: 195).
Sebab turunnya ayat ini adalah ketika sebagian kaum Anshar melihat Allah telah memuliakan nabi-Nya dan telah banyak orang-orang yang menolongnya, mereka berkata: "Sesungguhnya harta-harta kami telah terlalaikan, kalau saja kita kembali mengurus harta-harta kita, niscaya kita akan menjadi lebih baik dan tidak akan terlantar", maka turunlah ayat ini."
Hudzaifah radhiallahuanhu berkata, "Turun dengan an nafaqah yakni ketika meninggalkan nafaqah di dalam jalan Allah."
Maka terus-menerus menggunakan waktunya untuk bermaksiat kepada Allah adalah kebinasaan, wal iyyadzubillah.
Abu Ishaq as Sabi'i rahimahullah berkata, "Aku mendengar seorang lelaki bertanya kepada Al Barra radhallahuanhu, "Wahai Abu Ummarah, bagaimana penjelasanmu tentang ayat Allah
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَة
Apakah maknanya ada seseorang yang maju menerobos berperang hingga dia meninggal"? Al Barra menjawab, "Bukan, akan tetapi seseorang yang bermaksiat terhadap dirinya dan tidak bertaubat."
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Jihad termasuk amalan termulia yang bisa menghidupkan mereka di dunia, di alam barzakh dan di akhirat.."
(Al Hayah-Muhammad Ibrahim al Utsman, hal. 10, cet. Darul Furqan 2012).