Rabu, 26 September 2012

KETIKA PENGAJARAN TAUHID DILARANG MASUK MASJID

Jika kita menengok sejarah ke belakang, 14 abad yang silam tersebutlah di sana dua kekuatan adidaya dunia, Romawi dan Persia. Keduanya berkuasa dan saling adu kuasa. Peperangan demi peperangan di antara mereka telah mewarnai sejarah pada masanya, dan saat itu kekuatan Arab tak berdaya, bertekuk lutut di antara dua kaki super power dunia.


Dunia Arab kala itu terdiri dari berbagai suku dan kabilah yang beragam. Mereka tengah tenggelam di kegelapan fanatisme kesukuan. Hingga datang seorang nabi yang di utus Rabb semesta alam. Membawa risalah tauhid sebagai inti ajaran. Sehingga pupuslah perselisihan, memugar persaudaraan di atas labuhan Islam.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Dan berpeganglah kalian semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dulu (di masa jahiliyyah) bermusuhan. Lalu Allah menyatukan hati kalian dan menjadikan kalian karena nikmat Allah sebagai orang-orang yang bersaudara. Dan kalian dulu berada di tepi jurang neraka hingga Allah menyelamatkan darinya” (QS. Ali Imran: 103)

Para ulama menjelaskan bahwa ayat ini berkenaan dengan kaum Aus dan kaum Khazraj. Dimana mereka yang sebelumnya dilanda perang saudara berkepanjangan, dan tidak ada terbetik pada perseteruan ini perdamaian. Yang ada hanya dendam dan pembalasan. Hingga suatu ketika Islam datang kepada mereka merajut perdamaian dan menyatukan pandangan.

Saat masanya, ketika Allah subhanahu wa ta’ala memberikan pertolongan kepada nabi-Nya. Tatkala ajaran tauhid membuahkan keyakinan mulia nan membaja. Perlahan tapi pasti, kemenangan demi kemenangan kian disangga. Menyentuh tetorial absolut dua kekuatan adidaya dunia. Hingga dengan kesabaran dan keikhlasan, Allah subhanahu wa ta’ala menganugerahkan kemenangan paripurna, meluluh lantakkan kedigjayaan Romawi dan persia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang  yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa” (QS. An-Nur: 55)

Demikianlah pendidikan yang diletakkan di atas pengaturan kitab suci. Lantunan kalam ilahi dan penerapan sunnah nabi menjadi muatan amal hati. Bermuara dari sebuah edukasi yang ditanamkan di dalam masjid nabi.

Masjid sebagai Pusat Didik
Keberadaan masjid merupakan suatu yang urgen dalam Islam. Di masjidlah peribadahan ditegakkan, murni dari muatan kesyirikan dan kekufuran. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu hanya untuk Allah maka janganlah kalian menyeru bersama Allah dengan sesuatu apapun” (QS. Al-Jin: 18). Di masjid pulalah seharusnya dikenalkan pendidikan dimana kelak terlahir sebuah generasi rabbani yang kuat dalam kepribadian.

Namun sangat disayangkan. Masjid yang seharusnya menjadi pusat pendidikan, kini diselewengkan. Berubah menjadi basis aktifitas parpol dalam kampanye atau pengkaderan. ‘kajian’ berkala yang diselenggarakan sebagian kaum muda (biasa disebut ‘liqa’) telah nyata menuai sebuah pemberontakan. Bermula dari dibeberkannya aib-aib pemerintah, bukti KKN disodorkan, isu pelegalan kemaksiatan dihembuskan hingga berujung vonis akhir:
‘pemerintah Indonesia telah kafir’.
‘Presiden dan jajaran pejabat negara murtad’
‘Aparat tentara dan kepolisian thaghut’
‘Mereka semua halal darah dan hartanya’

Allahu akbar!

Demikianlah, gerakan separatis yang berawal dari doktrinisasi yang mengikis wibawa penguasa telah mengental akut bersama agitasi politik yang memompa aksi, munculah karakter seorang pemuda gegabah penuh emosi. Di benak mereka tak ada lagi kata tuk berdiam diri, tak ada lagi celah kompromi.

Sekaranglah tiba saatnya tuk beraksi.
Kerahkan massa!
Mobilisasi rakyat!
Kacaukan negara!

Walhasil, terjadilah apa yang terjadi. Pemuda harapan bangsa bertabur demonstrasi merusak kewibawaan negeri. Atribut berbau Islam pun ditebarkan tuk membalut aksi nista ini. Badan intelejen dengan serta merta menunjuk masjid sebagai sumber tempat yang ditakuti dan dicurigai. Sungguh jauh panggang dari api, masjid yang dahulu sebagai tempat tumbuhnya generasi rabbani telah menjadi tempat tumbuhnya generasi anarki. Innalilahi wa inna ilaihi raji’un.

Demikianlah salah satu dampak jika terjadi kesalahan pengajaran.

Padahal jika kita mereka mau sejenak saja belajar agama ini dari sumber yang jernih diiringi bimbingan ulama yang berpemahaman benar, niscaya  akan tersampaikan ke dada ini nasehat pembimbing umat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang merendahkan (menghina) penguasa Allah di muka bumi, pasti Allah akan merendahkan dirinya” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Ash Shahihah )

Wahai kaum muslimin, sudah semestinya kita harus menengok apa yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ajarkan di masjid ketika mendidik para shahabatnya. Apakah gerangan yang telah Rasulullah ajarkan kepada para shahabatnya?

Perhatikanlah!

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Dan tidaklah Kami utus sebelummu (wahai Muhammad) seorang rasul pun, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Aku. Maka beribadahlah kalian kepada-Ku (QS. Al-Anbiya: 25)”
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman yang artinya: “Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) Sembahlah Allah saja dan jauhilah Thagut (segala yang diibadahi selain Allah)” (QS. An-Nahl: 36)
Pengajaran ini pula yang dititahkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada juru dakwah beliau yang akan diutus ke negeri Yaman yang bernama Mu’adz ibn Jabal radhiallahu ‘anhu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Mu’adz yang artinya: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlul kitab. Maka ajaklah mereka kepada syahadat laailahaillallah dan aku ini adalah Rasulullah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Itulah sejatinya pengajaran.

Awali semuanya dengan tauhid. Bekali anak didik kita dengan aqidah yang benar. Peringatkan segala bentuk kesyirikan dan penghambaan kepada selain Allah. Pendam dalam-dalam bentuk taklid yang tercela.

Di penghujung catatan ini kami ingin menasehati juga kepada seseorang yang melarang pangajaran tauhid di masjid-masjid. Siapakah yang lebih bodoh dibanding orang yang menyangka bahwa ajaran tauhid adalah ajaran Wahabi. Lalu mengumumkan kepada khalayak bahwa masjid-masjid yang ada harus terisolasi dari gerakan Wahabi !
Takutlah engkau kepada Allah!
 Jangan kau monopoli masjid Allah!
Siapa pula Wahabi?
Apa yang kau takutkan dari mereka sehingga demikian sengitnya engkau terhadap ajaran mereka?
Tidakkah kau biarkan kaum muslimin menilai sendiri apa itu Wahabi?
Ataukah kau takut jika kaum muslimin mengenal dakwah Wahabi, lantas dengan itu kaum muslimin mengetahui cela dan aib mu?

Laa haula walaa quwwata illa billah
Hanya kepada Allah lah kami meminta pertolongan.


Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

*Tertulis catatan ini setelah mendengar kabar kembali hangatnya aksi terorisme sekaligus mengomentari seruan raja dangdut nusantara yang ingin membendung ajaran Wahabi masuk masjid.

Tidak ada komentar: