Jika kita menengok sejarah ke belakang, 14 abad
yang silam tersebutlah di sana dua kekuatan adidaya dunia, Romawi dan Persia.
Keduanya berkuasa dan saling adu kuasa. Peperangan demi peperangan di antara
mereka telah mewarnai sejarah pada masanya, dan saat itu kekuatan Arab tak
berdaya, bertekuk lutut di antara dua kaki super power dunia.
Dunia Arab kala itu terdiri dari berbagai suku
dan kabilah yang beragam. Mereka tengah tenggelam di kegelapan fanatisme
kesukuan. Hingga datang seorang nabi yang di utus Rabb semesta alam. Membawa risalah
tauhid sebagai inti ajaran. Sehingga pupuslah perselisihan, memugar
persaudaraan di atas labuhan Islam.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan
berpeganglah kalian semua dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian
bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dulu
(di masa jahiliyyah) bermusuhan. Lalu Allah menyatukan hati kalian dan
menjadikan kalian karena nikmat Allah sebagai orang-orang yang bersaudara. Dan
kalian dulu berada di tepi jurang neraka hingga Allah menyelamatkan darinya”
(QS. Ali Imran: 103)
Para ulama menjelaskan bahwa ayat ini berkenaan
dengan kaum Aus dan kaum Khazraj. Dimana mereka yang sebelumnya dilanda perang
saudara berkepanjangan, dan tidak ada terbetik pada perseteruan ini perdamaian.
Yang ada hanya dendam dan pembalasan. Hingga suatu ketika Islam datang kepada
mereka merajut perdamaian dan menyatukan pandangan.
Saat masanya, ketika Allah subhanahu wa ta’ala
memberikan pertolongan kepada nabi-Nya. Tatkala ajaran tauhid membuahkan
keyakinan mulia nan membaja. Perlahan tapi pasti, kemenangan demi kemenangan
kian disangga. Menyentuh tetorial absolut dua kekuatan adidaya dunia. Hingga dengan
kesabaran dan keikhlasan, Allah subhanahu wa ta’ala menganugerahkan kemenangan paripurna,
meluluh lantakkan kedigjayaan Romawi dan persia. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman yang artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa” (QS. An-Nur: 55)
Demikianlah pendidikan yang diletakkan di atas
pengaturan kitab suci. Lantunan kalam ilahi dan penerapan sunnah nabi menjadi
muatan amal hati. Bermuara dari sebuah edukasi yang ditanamkan di dalam masjid
nabi.
Masjid sebagai Pusat Didik
Keberadaan masjid merupakan suatu yang urgen
dalam Islam. Di masjidlah peribadahan ditegakkan, murni dari muatan kesyirikan
dan kekufuran. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Dan
sesungguhnya masjid-masjid itu hanya untuk Allah maka janganlah kalian menyeru
bersama Allah dengan sesuatu apapun” (QS. Al-Jin: 18). Di masjid
pulalah seharusnya dikenalkan pendidikan dimana kelak terlahir sebuah generasi
rabbani yang kuat dalam kepribadian.
Namun sangat disayangkan. Masjid yang seharusnya
menjadi pusat pendidikan, kini diselewengkan. Berubah menjadi basis aktifitas
parpol dalam kampanye atau pengkaderan. ‘kajian’ berkala yang diselenggarakan
sebagian kaum muda (biasa disebut ‘liqa’) telah nyata menuai sebuah pemberontakan.
Bermula dari dibeberkannya aib-aib pemerintah, bukti KKN disodorkan, isu
pelegalan kemaksiatan dihembuskan hingga berujung vonis akhir:
‘pemerintah Indonesia telah kafir’.
‘Presiden dan jajaran pejabat negara murtad’
‘Aparat tentara dan kepolisian thaghut’
‘Mereka semua halal darah dan hartanya’
Allahu akbar!
Demikianlah, gerakan separatis yang berawal dari
doktrinisasi yang mengikis wibawa penguasa telah mengental akut bersama agitasi
politik yang memompa aksi, munculah karakter seorang pemuda gegabah penuh
emosi. Di benak mereka tak ada lagi kata tuk berdiam diri, tak ada lagi celah
kompromi.
Sekaranglah tiba saatnya tuk beraksi.
Kerahkan massa!
Mobilisasi rakyat!
Kacaukan negara!
Walhasil, terjadilah apa yang terjadi. Pemuda
harapan bangsa bertabur demonstrasi
merusak kewibawaan negeri. Atribut berbau Islam pun ditebarkan tuk membalut aksi nista ini. Badan
intelejen dengan serta merta menunjuk
masjid sebagai sumber tempat yang ditakuti dan
dicurigai. Sungguh jauh panggang dari api, masjid yang dahulu sebagai tempat tumbuhnya
generasi rabbani telah menjadi tempat tumbuhnya generasi anarki. Innalilahi wa
inna ilaihi raji’un.
Demikianlah salah satu dampak jika terjadi
kesalahan pengajaran.
Padahal jika kita mereka
mau sejenak saja belajar agama ini dari sumber yang jernih diiringi bimbingan
ulama yang berpemahaman benar, niscaya
akan tersampaikan ke dada ini nasehat pembimbing umat Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang merendahkan
(menghina) penguasa Allah di muka bumi, pasti Allah akan merendahkan dirinya”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Ash Shahihah )
Wahai kaum muslimin, sudah semestinya kita harus
menengok apa yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ajarkan di masjid
ketika mendidik para shahabatnya. Apakah gerangan yang telah Rasulullah ajarkan
kepada para shahabatnya?
Perhatikanlah!
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan
tidaklah Kami utus sebelummu (wahai Muhammad) seorang rasul pun, kecuali kami
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali
Aku. Maka beribadahlah kalian kepada-Ku (QS. Al-Anbiya: 25)”
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman yang
artinya: “Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan) Sembahlah Allah saja dan jauhilah Thagut (segala yang
diibadahi selain Allah)” (QS. An-Nahl: 36)
Pengajaran ini pula yang dititahkan oleh
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada juru dakwah beliau yang akan
diutus ke negeri Yaman yang bernama Mu’adz ibn Jabal radhiallahu ‘anhu.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Mu’adz yang artinya: “Sesungguhnya
engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlul kitab. Maka ajaklah
mereka kepada syahadat laailahaillallah dan aku ini adalah Rasulullah” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Itulah sejatinya pengajaran.
Awali semuanya dengan tauhid. Bekali anak didik
kita dengan aqidah yang benar. Peringatkan segala bentuk kesyirikan dan
penghambaan kepada selain Allah. Pendam dalam-dalam bentuk taklid yang tercela.
Di penghujung catatan ini kami ingin menasehati juga kepada seseorang yang
melarang pangajaran tauhid di masjid-masjid. Siapakah yang lebih bodoh
dibanding orang yang menyangka bahwa ajaran tauhid adalah ajaran Wahabi. Lalu
mengumumkan kepada khalayak bahwa masjid-masjid yang ada harus terisolasi dari
gerakan Wahabi !
Takutlah engkau kepada Allah!
Jangan kau
monopoli masjid Allah!
Siapa pula Wahabi?
Apa yang kau takutkan dari mereka sehingga
demikian sengitnya engkau terhadap ajaran mereka?
Tidakkah kau biarkan kaum
muslimin menilai sendiri apa itu Wahabi?
Ataukah kau takut jika
kaum muslimin mengenal dakwah Wahabi, lantas dengan itu kaum muslimin
mengetahui cela dan aib mu?
Laa haula walaa quwwata illa billah
Hanya kepada Allah lah kami meminta pertolongan.
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com
*Tertulis catatan ini setelah mendengar kabar kembali hangatnya aksi terorisme sekaligus
mengomentari seruan raja dangdut nusantara yang ingin membendung ajaran Wahabi masuk masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar