Perintah shalat dalam Islam merupakan suatu keharusan. Kewajiban mutlak
yang mesti ditegakkan. Dalam shalat, kepala sebagai bagian tubuh yang dianggap
mulia dan terhormat, diletakkan sejajar dengan bumi, mengisyaratkan bahwa dirinya
sangat rendah dan hina di hadapan penciptanya, Allah Rabb semesta alam.
Shalat bukan sekedar gerakan tanpa makna, atau bacaan tanpa arti.
Shalat mempunyai syarat, rukun, wajib dan sunnah-sunnahnya yang mesti dilalui.
Sedangkan ikhlash, khusyu’ dan hadirnya hati menjadi ruhnya shalat sebagai
perkara yang inti.
Ketahuilah, bahwa kesempurnaan shalat akan tercapai jika seorang hamba
bisa menempuh dua jalan ini:
1. Hadirnya hati
Yaitu seorang hamba mengosongkan ruang hatinya dengan semua hal yang
tidak ada kaitannya dalam urusan shalat. Semua akan tercapai jika dirinya
mempunyai tekad bulat yang membaja dalam usahanya. Inilah satu-satunya cara.
Maka tekad itu akan didapat ketika dirinya mampu untuk menundukkan ambisi
keduniawiannya dan merendahkan apa yang ada di dunia, diiringi dengan kuat
batinnya merindu meraih pesona surga.
2. Memahami bacaan shalat
Karena banyak didapati seorang yang membaca tetapi kalbunya menerawang,
meninggalkan lisannya. Sudah semestinyalah bagi kita berusaha keras tuk memusatkan
pikiran dalam memahami bacaan-bacaan shalat dan memutus sumber datangnya
bisikan-bisikan.
Ya, bisikan yang tampak kasat mata dan bisikan yang tersembunyi dalam
hati.
Bisikan kasat mata yang terindera, mudah bagi kita tuk menghela, baik
dengan cara menyingkirkan benda yang terlihat atau memupus suara dengan cara
menyumbat. Namun bisikan yang tersembunyi yang terdapat di dalam hati sungguh
ini sangat sulit tuk ditelusuri. Hanya paksa dan kesungguhan lah bisikan ini
datang bisa dilawan. Terus mengingat akhirat adalah obat. Menyadari kerdilnya
diri di hari hisab kan menghantarkan kepada jalan selamat.
Duhai seandainya jiwa ini bisa menghempaskan indahnya dunia dan bisa
menutup mata dari kemilaunya harta, niscaya syahwat ku akan dunia tak kan
demikian menghebat dan jiwa ini akan hanya bisa terpaut kepada-Mu yaa Rabb.
Kepada-Mu jiwa ini akan ku sandarkan, menuju masyhuknya shalatku di dalam
kenikmatan khusu’nya kalbu.
Yang mengharap ampunan dan rahmat Allah,
Hanyaikhwanbiasa di
catatankajianku.blogspot.com
* Tertulis catatan ini setalah
mendengarkan kajian Syarah Tsalatsatil Ushul karya Syaikh ibnu Utsaimin oleh
Ust. Abdurrahman Mubarak Ata ketika memberi faidah dari kitab Mukhtashar
Minhajul Qashidin karya Ibnu Qudamah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar