Minggu, 20 Januari 2013

Menempuh Khusyu' dalam Shalat


Perintah shalat dalam Islam merupakan suatu keharusan. Kewajiban mutlak yang mesti ditegakkan. Dalam shalat, kepala sebagai bagian tubuh yang dianggap mulia dan terhormat, diletakkan sejajar dengan bumi, mengisyaratkan bahwa dirinya sangat rendah dan hina di hadapan penciptanya, Allah Rabb semesta alam.

Shalat bukan sekedar gerakan tanpa makna, atau bacaan tanpa arti. Shalat mempunyai syarat, rukun, wajib dan sunnah-sunnahnya yang mesti dilalui. Sedangkan ikhlash, khusyu’ dan hadirnya hati menjadi ruhnya shalat sebagai perkara yang inti.

Ketahuilah, bahwa kesempurnaan shalat akan tercapai jika seorang hamba bisa menempuh dua jalan ini:
1. Hadirnya hati
Yaitu seorang hamba mengosongkan ruang hatinya dengan semua hal yang tidak ada kaitannya dalam urusan shalat. Semua akan tercapai jika dirinya mempunyai tekad bulat yang membaja dalam usahanya. Inilah satu-satunya cara. Maka tekad itu akan didapat ketika dirinya mampu untuk menundukkan ambisi keduniawiannya dan merendahkan apa yang ada di dunia, diiringi dengan kuat batinnya merindu meraih pesona surga.

2. Memahami bacaan shalat
Karena banyak didapati seorang yang membaca tetapi kalbunya menerawang, meninggalkan lisannya. Sudah semestinyalah bagi kita berusaha keras tuk memusatkan pikiran dalam memahami bacaan-bacaan shalat dan memutus sumber datangnya bisikan-bisikan.

Ya, bisikan yang tampak kasat mata dan bisikan yang tersembunyi dalam hati.

Bisikan kasat mata yang terindera, mudah bagi kita tuk menghela, baik dengan cara menyingkirkan benda yang terlihat atau memupus suara dengan cara menyumbat. Namun bisikan yang tersembunyi yang terdapat di dalam hati sungguh ini sangat sulit tuk ditelusuri. Hanya paksa dan kesungguhan lah bisikan ini datang bisa dilawan. Terus mengingat akhirat adalah obat. Menyadari kerdilnya diri di hari hisab kan menghantarkan kepada jalan selamat.

Duhai seandainya jiwa ini bisa menghempaskan indahnya dunia dan bisa menutup mata dari kemilaunya harta, niscaya syahwat ku akan dunia tak kan demikian menghebat dan jiwa ini akan hanya bisa terpaut kepada-Mu yaa Rabb. Kepada-Mu jiwa ini akan ku sandarkan, menuju masyhuknya shalatku di dalam kenikmatan khusu’nya kalbu.


Yang mengharap ampunan dan rahmat Allah,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

* Tertulis catatan ini setalah mendengarkan kajian Syarah Tsalatsatil Ushul karya Syaikh ibnu Utsaimin oleh Ust. Abdurrahman Mubarak Ata ketika memberi faidah dari kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin karya Ibnu Qudamah.

Tidak ada komentar: