Jika kita cermat memperhatikan aktivitas alam,
niscaya akan kita dapati petikan hikmah dari sebuah fenomena. Burung yang
beraneka ragam, akan dengan mudah kita kenali sesuai species yang ada. Lihatlah, tidak akan kita dapati komunitas burung elang bergabung dengan komunitas burung
gagak, atau komunitas burung merpati akan terbang bersama komunitas burung
pipit, mereka berpisah sesuai dengan kelompoknya.
Begitupun tak jauh bedanya dengan manusia. Sebagai
makhluk sosial, manusia akan berkomunikasi. Satu sama lain akan mencari teman
hingga kemudian berjalanlah sebuah interaksi. Jalinan pertemanan yang solid membuat
kehidupan indah berjalan. Membingkai pahit manisnya sebuah pergaulan. Saling
berbagi asa di kala suka dan duka. Kompak dalam amalan, sejalan dalam
keputusan, mengguratkan akan kuatnya jalinan persahabatan. Disinilah letak penilaian
akan seberapa jauh eloknya sebuah kepribadian.
Perhatikanlah sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Ruh-ruh itu ibarat sebuah pasukan yang kokoh, jika saling kenal maka akan bertemu dan jika tidak saling kenal maka akan berpisah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Al Imam Nawawi berkata ketika menjabarkan hadits
ini: “Orang yang baik akan condong kepada yang baik sedangkan orang yang jahat
maka akan condong kepada yang jahat pula.”
Wahai orang yang cerdas, hendaknya dalam memilih
teman engkau harus berhati-hati. Jeleknya akhlak teman akan berimbas kepada
diri sendiri. Jangan sampai yang engkau jadikan teman adalah seorang yang
merusak pribadi karena perilaku seseorang akan membias kepada temannya, tanpa
terkecuali. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Seseorang itu berada di atas agama/perangai temannya, maka hendaknya seseorang
meneliti siapa yang dia jadikan temannya” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dihasankan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah)
Dengarlah nasehat para imam pembimbing umat
berkata:
-Imam Ibnu Hibban berkata: “Seorang yang
berakal tidak akan bersahabat dengan orang-orang yang jahat” (Lihat kitab
Ni’matul Ukhuwah)
-Imam Al-Qatadah berkata: “Demi Allah kami
tidaklah melihat seseorang berteman kecuali dengan yang setipe dan sejenis
(satu sama sifatnya), maka hendaknya kalian berteman dengan hamba-hamba Allah
yang shalih agar kalian bersama mereka atau bisa seperti mereka” (Lihat kitab
Min Hadyi Salaf)
Apakah karena dirimu ingin dikatakan anak gaul
lantas engkau berani mempertaruhkan kepribadian?
Apakah karena ingin menyandang predikat supel
lantas nasehat-nasehat di atas juga engkau kan tanggalkan?
Akankah kau terlalu lancang di hadapan hadits nabi
untuk berkata “Aku termasuk orang yang kuat dalam berkepribadian, jadi
tenang saja. Aku tidak akan terbawa arus” ?
Subhanallah !!!
Benarlah sebuah pepatah arab:
“Jangan kau tanya tentang seseorang”
“Akan tetapi tanyalah siapa temannya”
“Karena setiap teman pasti akan saling cocok
mencocoki”
(Lihat kitab Adabul ‘Isyrah)
Semoga catatan yang ringan ini bisa menjadi
penyadar hati yang lalai di saat terlupa keikhlasan karena Allah ketika diri
ini ingin mengambil dan mencintai seorang teman. Ingatlah sabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam yang artinya: “Barangsiapa yang ingin
merasakan nikmatnya iman hendaknya dia tidak mencintai seseorang kecuali karena
Allah” (HR. Ahmad, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’)
Yang mengharap ampunan dan rahmat Allah selalu,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com
*Untuk lebih rinci tentang adab pertemanan, lihat
majalah Asy-Syariah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar