Jumat, 12 April 2013

Akhwat Harus Tahu Malu

Allah subhanahu wa ta'ala menceritakan tentang putri Nabi Syu'aib yang bertemu Nabi Musa. Firman-Nya yang artinya:
"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya).
Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?"
Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya".
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Wahai Rabb-ku Sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami".
Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. kamu Telah selamat dari orang-orang yang zalim itu".

Perhatikanlah ayat di atas.

Dua putri Nabi Syu'aib yang ketika itu ditugaskan oleh ayahandanya yang sudah tua renta untuk memberi
minum ternaknya, ketika menuju sumber mata air, ternyata didapati di sana telah ada kumpulan pengembala lelaki yang sedang memberi minum ternaknya juga.

Lalu apakah yang dilakukan dua putri Nabi Syu'aib tersebut? Apakah mereka lantas menerobos kumpulan lelaki itu untuk menunaikan tugasnya?

Tidak. Mereka menunggu di belakang kumpulan penggembala lelaki, menunggu para pengembala itu selesai menunaikan pemberian minum kepada ternak-ternaknya. Berharap setelah para pengembala itu pergi, maka kedua putri itu bisa memberi minum ternaknya tanpa kehadiran lelaki di sekitarnya.

Subhanallah…
Mereka adalah dua putri mulia dari ayahanda yang mulia. Mereka tahu diri akan keadaannya sebagai seorang wanita. Mereka menjaga kehormatannya sebagai seorang wanita untuk tidak bercampur baur dengan para lelaki. Sungguh watak yang indah. Mencerminkan sikap seorang wanita mulia nan terhormat.

Lalu perhatikanlah petikan ''salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu''. Menurut Umar ibnul Khaththab sebagaimana riwayat Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang shahih: Wanita itu datang memanggil dengan malu-malu sambil menutupi wajahnya dengan kainnya.

Subhanallah…
Sungguh pelajaran berharga bagi wanita yang menginginkan kesucian bagi dirinya. Menjauh dari komunitas pria, malu untuk berbaur dengan para lelaki. Wanita mulia adalah wanita yang sadar akan perilakunya, tidak cuek dengan keadaan, menjaga tindak tanduknya dari kecerobohan. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Perasaan malu akan selalu mendatangkan kebaikan" (HR. Bukhari dan Muslim)

Wahai ukhti muslimah, hiasilah akhlakmu dengan rasa malu. Janganlah dirimu termasuk orang yang -langsung atau tidak langsung- menjadi pemeran rusaknya dampak emansipasi. Tidakkah dirimu lihat pelecehan demi pelecehan terhadap kaum wanita kian memarah? Tahukah apa sebab di antara sebab-sebab pelecehan terjadi? Ya. Di antara sebab dilecehkannya kaum wanita karena kesalahan wanita itu sendiri. Ketika rasa malu yang memudar, akan menjatuhkan wanita ke dalam kehinaan dan kenistaan. Na'udzubillah.

Tidaklah heran ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Apabila engkau tidak memiliki rasa malu, maka berbuatlah sesukamu" (HR. Bukhari) Berbuatlah apa yang kau mau. Bertindaklah sesukamu. Tapi ingat, jika terjadi sesuatu pada dirimu maka janganlah engkau menyalahkan kecuali dirimu sendiri.

Camkan kalam para salaf berikut ini:
Umar ibnul Khaththab berkata: "Barang siapa yang sedikit rasa malunya niscaya akan sedikit rasa wara'nya. Dan barang siapa yang sedikit rasa wara'nya niscaya akan mati hatinya" (Ibnu Abi Dunya dalam Makarimul Akhlak)
Abdullah bin Mas'ud berkata: "Barang siapa yang tidak memiliki rasa malu kepada sesame manusia, niscaya dia tidak akan memiliki rasa malu kepada Allah" (Masa'il Imam Ahmad riwayat al-Baghawi)

Wahai ukhti muslimah, sempurnakanlah kecantikan parasmu dengan kecantikan perangaimu. Jadilah kau wanita yang mulia, wanita yang pemalu. Janganlah kau menjadi wanita liar tak beretika, wanita murahan penebar syahwat. Ketahuilah bahwa rasa malumu adalah cerminan imanmu. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Iman memiliki 70 atau 60 lebih cabang, yang tertingginya ucapan Laa ilaa haillallah dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Sedangkan malu juga termasuk dari cabang keimanan"  (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Umar radhiallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya rasa malu dan keimanan itu beriringan. Apabila hilang salah satu dari keduanya, maka hilang pula yang lainnya" (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

Wallahu 'alam. Semoga bermanfaat.

Yang mengharap rahmat dan ampunan Allah,
Hanyaikhwanbiasa di catatan kajianku.blogspot.com

NB: tertulis catatan ini setelah membaca majalah muslimah Qanitah yang penuh manfaat di edisi 02/vol.01/1434H-2013

Tidak ada komentar: