Ikhwati fillah,
Tahukah Anda, dahulu, jika Imam Abdurrazaq ash Shan'ani rahimahullah mengingat Imam Ahmad, melelehlah air matanya.
Kenapa?
Beliau bercerita, "Ketika Imam Ahmad datang kepadaku untuk menimba ilmu, ia pun bermukim di sana (suatu tempat) sekitar 2th-an.
Pada suatu waktu, sampailah kepadaku kabar bahwa perbekalan dan uang Imam Ahmad habis.
Maka aku pun memanggilnya dan membawanya ke balik pintu.
Tidak ada seorang pun yang melihat kami berdua ketika itu.
Aku berkata kepada Imam Ahmad, "Sesungguhnya kami tidak mengumpul-kumpulkan dinar (uang yang nilainya besar), maka ambilah uang ini wahai Ahmad!.
Jika kami memutar uang ini untuk jual beli, niscaya kami akan sibuk dengan uang-uang ini.
Sungguh, aku mempunyai tanggungan keluarga sebanyak 10 orang wanita, maka ambilah uang-uang ini. Aku anggap mereka masih cukup untuk tidak dinafkahi dahulu sampai engkau bisa mengambil uang ini untuk keperluan kebutuhanmu."
Imam Ahmad menjawab, "Wahai Abu Bakr jika aku mau menerima sesuatu dari pemberian manusia maka akan aku akan menerima dari pemberianmu."
-selesai-
Subhanallah!
Itulah yang membuat Imam Abdurrazaq menangis haru..
Mengingat besarnya sifat qana'ah dan 'iffah pada diri Imam Ahmad.
Berkata Ahmad ibn Sinan al Wasithy, "Telah sampai kepadaku bahwa Imam Ahmad sempat sampai menggadaikan sendalnya kepada tukang roti agar beliau bisa mendapatkan makanan. Ini dilakukan pada saat beliau di Yaman (ketika menimba ilmu kepada Imam Abdurrazaq)."
-selesai-
Ikhwati fillah,
Bagaimana dengan kita?
Sepertinya kita justru menangis karena tidak ada orang yang mengasihani kekurangan kita.
Kita pun sepertinya justru mengharap pemberian. Jika ada yang memberi, kita pun anggap kecil apa yang kita terima.
Allahu musta'an.
(Kisah Imam Ahmad di atas bisa dilihat di Manaqib al Imam Ahmad-Ibnul Jauzi, hal. 226)
Tahukah Anda, dahulu, jika Imam Abdurrazaq ash Shan'ani rahimahullah mengingat Imam Ahmad, melelehlah air matanya.
Kenapa?
Beliau bercerita, "Ketika Imam Ahmad datang kepadaku untuk menimba ilmu, ia pun bermukim di sana (suatu tempat) sekitar 2th-an.
Pada suatu waktu, sampailah kepadaku kabar bahwa perbekalan dan uang Imam Ahmad habis.
Maka aku pun memanggilnya dan membawanya ke balik pintu.
Tidak ada seorang pun yang melihat kami berdua ketika itu.
Aku berkata kepada Imam Ahmad, "Sesungguhnya kami tidak mengumpul-kumpulkan dinar (uang yang nilainya besar), maka ambilah uang ini wahai Ahmad!.
Jika kami memutar uang ini untuk jual beli, niscaya kami akan sibuk dengan uang-uang ini.
Sungguh, aku mempunyai tanggungan keluarga sebanyak 10 orang wanita, maka ambilah uang-uang ini. Aku anggap mereka masih cukup untuk tidak dinafkahi dahulu sampai engkau bisa mengambil uang ini untuk keperluan kebutuhanmu."
Imam Ahmad menjawab, "Wahai Abu Bakr jika aku mau menerima sesuatu dari pemberian manusia maka akan aku akan menerima dari pemberianmu."
-selesai-
Subhanallah!
Itulah yang membuat Imam Abdurrazaq menangis haru..
Mengingat besarnya sifat qana'ah dan 'iffah pada diri Imam Ahmad.
Berkata Ahmad ibn Sinan al Wasithy, "Telah sampai kepadaku bahwa Imam Ahmad sempat sampai menggadaikan sendalnya kepada tukang roti agar beliau bisa mendapatkan makanan. Ini dilakukan pada saat beliau di Yaman (ketika menimba ilmu kepada Imam Abdurrazaq)."
-selesai-
Ikhwati fillah,
Bagaimana dengan kita?
Sepertinya kita justru menangis karena tidak ada orang yang mengasihani kekurangan kita.
Kita pun sepertinya justru mengharap pemberian. Jika ada yang memberi, kita pun anggap kecil apa yang kita terima.
Allahu musta'an.
(Kisah Imam Ahmad di atas bisa dilihat di Manaqib al Imam Ahmad-Ibnul Jauzi, hal. 226)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar