Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata,
وَاعْلَمْ أَنَّ الأَوْقَاتَ الَّتِي يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهَا مُعَظَّمَةُ الْقَدْرِ لاشْتِغَالِ النَّاسِ بِالْعَادَاتِ وَالشَّهَوَاتِ ، فَإِذَا ثَابَرَ عَلَيْهَا طَالِبُ الْفَضْلِ دَلَّ عَلَى حِرْصِهِ عَلَى الْخَيْرِ . وَلِهَذَا فُضِّلَ شُهُودُ الْفَجْرِ فِي جَمَاعَةٍ لِغَفْلَةِ كَثِيرٍ مِنَ النَّاسِ عَنْ ذَلِكَ الْوَقْتِ ، وَفُضِّلَ مَا بَيْنَ الْعِشَاءَيْنِ وَفُضِّلَ قِيَامُ نِصْفِ اللَّيْلِ وَوَقْتِ السَّحَرِ. (التبصرة 2/ 47)
"Ketahuilah bahwasanya waktu-waktu yang manusia lalai darinya merupakan standar tingginya kedudukan berdasarkan kesibukan manusia di dalam (memanfaatkannya) dengan ibadah-ibadah dan syahwat-syahwat.
Jika menetapi waktu-waktu tersebut dengan menuntut keutamaan maka menunjukkan atas semangatnya kepada kebaikan. Oleh karenanya diutamakan orang yang menghadiri shalat shubuh berjamaah atas lalainya kebanyakan manusia dari waktu tersebut, dan diutamakannya antara dua isya dan diutamakannya menegakkan shalat pada tengah malam dan waktu sahur".
(At Tabshirah, Ibnul Jauzi, 2/47)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar