Syaikh Abdurrahman As-Sa'dy rahimahullahu berkata di dalam Bahjatu Qulubil Abrar, "... Oleh karenanya sertakanlah niat di dalam segala perkara yang mubah dan di dalam segala urusan-urusan dunia.
Karena barang siapa yang tujuannya di dalam menjalankan aktivitas atau rutinitas keduniaan itu untuk membantu di dalam menegakkan perkara-perkara yang wajib atau mustahab, dan dia mengiringi semua itu dengan niat yang shalih, baik ketika makannya, tidurnya, istirahatnya atau kerjanya, maka jadilah rutinitas yang dia jalankan tesebut sebagai ibadah.
Allah akan memberkahi hamba ini di setiap amalannya.
Allah juga akan bukakan bagi hamba ini pintu-pintu kebaikan dan rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka.
Adapun orang yang lalai untuk menyertakan niat yang shalih di dalam rutinitas kesehariannya karena kebodohan atau karena mengentengkan, maka janganlah mencela kecuali dirinya sendiri..."
(Dinukil dan diterjemah bebas dari Syarah Al Arbaun Nawawiyyah-Imam Nawawi, hal. 26-27, cet. Darul Mustaqbal 2005).
Karena barang siapa yang tujuannya di dalam menjalankan aktivitas atau rutinitas keduniaan itu untuk membantu di dalam menegakkan perkara-perkara yang wajib atau mustahab, dan dia mengiringi semua itu dengan niat yang shalih, baik ketika makannya, tidurnya, istirahatnya atau kerjanya, maka jadilah rutinitas yang dia jalankan tesebut sebagai ibadah.
Allah akan memberkahi hamba ini di setiap amalannya.
Allah juga akan bukakan bagi hamba ini pintu-pintu kebaikan dan rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka.
Adapun orang yang lalai untuk menyertakan niat yang shalih di dalam rutinitas kesehariannya karena kebodohan atau karena mengentengkan, maka janganlah mencela kecuali dirinya sendiri..."
(Dinukil dan diterjemah bebas dari Syarah Al Arbaun Nawawiyyah-Imam Nawawi, hal. 26-27, cet. Darul Mustaqbal 2005).