Dalam kitab Bidayah wan Nihayah diceritakan bahwa pernah suatu hari Imam Ahmad ketika sedang menimba ilmu di Yaman, rumahnya dimasuki pencuri.
Pakaian beliau ludes dicuri.
Imam Ahmad pun tidak bisa keluar rumah karena sudah tidak punya lagi pakaian tuk salin.
Dengan keadaan demikian, akhirnya selama beberapa waktu Imam Ahmad tak terlihat di majelis ilmu.
Teman-temannya merasa kehilangan karena mereka tidak tahu dengan apa yang sedang menimpa Imam Ahmad.
Mereka pun akhirnya bersama-sama menuju ke rumah Imam Ahmad untuk mencari kabar.
Ketika sampai di rumahnya, mereka pun menanyakan kabar beliau.
Imam Ahmad akhirnya terpaksa bercerita tentang kejadian yang menimpanya.
Karena rasa iba atas apa yang terjadi, di antara mereka ada yang menawarkan bantuan berupa emas kepada Imam Ahmad.
Temannya mempersilahkan kepada Imam Ahmad agar emas tersebut digunakan untuk berbelanja dari segala kebutuhannya.
Tapi Imam Ahmad menolaknya.
Beliau hanya mau mengambil satu dinar dari salah seorang temannya.
Iu pun beliau ambil karena statusnya sebagai upah atas pekerjaan menyalinkan catatan kepada salah seorang temannya tersebut.
Allahu akbar!
Ikhwati fillah,
Perhatikanlah! Sedemikian keadaannya Imam Ahmad, tapi beliau tidak mudah untuk meminta-minta.
Beliau tetap menjaga kehormatan dirinya.
Beda dengan kita, yang selalu berharap-harap bantuan dari manusia padahal keadaannya belum pada taraf darurat.
Allahu musta'an.
Nastaghfirullah.
(Kisah ini bisa dilihat di Al Bidayah wan Nihayah-Ibnu Katsir 1/329).
Pakaian beliau ludes dicuri.
Imam Ahmad pun tidak bisa keluar rumah karena sudah tidak punya lagi pakaian tuk salin.
Dengan keadaan demikian, akhirnya selama beberapa waktu Imam Ahmad tak terlihat di majelis ilmu.
Teman-temannya merasa kehilangan karena mereka tidak tahu dengan apa yang sedang menimpa Imam Ahmad.
Mereka pun akhirnya bersama-sama menuju ke rumah Imam Ahmad untuk mencari kabar.
Ketika sampai di rumahnya, mereka pun menanyakan kabar beliau.
Imam Ahmad akhirnya terpaksa bercerita tentang kejadian yang menimpanya.
Karena rasa iba atas apa yang terjadi, di antara mereka ada yang menawarkan bantuan berupa emas kepada Imam Ahmad.
Temannya mempersilahkan kepada Imam Ahmad agar emas tersebut digunakan untuk berbelanja dari segala kebutuhannya.
Tapi Imam Ahmad menolaknya.
Beliau hanya mau mengambil satu dinar dari salah seorang temannya.
Iu pun beliau ambil karena statusnya sebagai upah atas pekerjaan menyalinkan catatan kepada salah seorang temannya tersebut.
Allahu akbar!
Ikhwati fillah,
Perhatikanlah! Sedemikian keadaannya Imam Ahmad, tapi beliau tidak mudah untuk meminta-minta.
Beliau tetap menjaga kehormatan dirinya.
Beda dengan kita, yang selalu berharap-harap bantuan dari manusia padahal keadaannya belum pada taraf darurat.
Allahu musta'an.
Nastaghfirullah.
(Kisah ini bisa dilihat di Al Bidayah wan Nihayah-Ibnu Katsir 1/329).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar