Rabu, 24 Februari 2016

Say No To Maho

Maho alias manusia homo kini kian nampak. Mereka kini tak malu untuk terang-terangan mengaku. Model penyimpangan seks nan menjijikkan ini kini disuarakan. Lagi-lagi HAM menjadi tempat perlindungan.

Pembaca yang budiman, sungguh heran diri ini ketika fenomena maho kian hari kian nyata. Perilaku laknat warisan kaum luth bisa-bisanya diminat. Tidakkah mereka punya akal sehat?

Namun inilah kenyataan. Ketika bocah-bocah bau kencur sudah berbangga dengan akhlak bejat, 'bocah gay' bukan suatu yang jelek untuk disemat.

Lebih tragis lagi. Kampus-kampus yang dipandang tempat orang-orang pintar dan kritis, kini menjadi lahan subur bagi maho laknat menyuarakan pelegalannya.

Lebih edan lagi ternyata payung para mahasiswa maho adalah lembaga kampus yang diperkuat barisan dosen-dosen pegiat suara kaum laknat.

Jangan remehkan maho!

Mereka terus dan terus merekrut korban. Tidak segan untuk merenggut dan menghancurkan kesucian. Segala cara dan jalan akan mereka tempuh demi mendapat korban berkencan.

Di sisi lain, mereka terus berkampanye dan bersuara. Mendapat kesetaraan hak dan pelegalan hukum menjadi tujuan.

Lalu apakah kita diam? Tentu tidak!

Mari kita tangkal pergerakan maho laknat dengan ilmu dan amal. Bukan dengan serampangan dan cara preman.

Kita tebarkan kepada umat bekal ilmu yang bermanfaat, yaitu Ilmu yang bersumber kepada Al Qur'an dan As Sunnah dengan pemahaman salafush shalih insya Allah selamat.

Lindungi diri kita, keluarga dan orang-orang dekat kita dari maho dan kita katakan pada dunia, "Say no to maho".

Tidak ada komentar: