Rabu, 17 Oktober 2012

MENGHALAU GENERASI GALAU

Gaya hidup yang serba instan telah membuat sebagian pola pikir sebagian orang berubah. Label simple pada setiap urusan seakan menjadi tuntutan yang lumrah. Merupakan perkara yang dimaklumi jika itu semua tak menjadikan mental terdidik gampang menyerah dan mudah berkeluh kesah, menjadi pribadi yang mudah mengalah ketika diterpa badai problema hingga menghempas iman menuai sepah.


Perhatikanlah bimbingan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya dalam mengatasi setiap urusan dalam kehidupannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Sangat menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya baik dan itu tidak didapatkan oleh seorangpun kecuali pada seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur dan ini merupakan kebaikan baginya. Tapi apabila dia terkena kesusahan maka dia bersabar dan ini kebaikan juga bagi dirinya.” (HR. Muslim dari shahabat Shuhaib ibn Sinan radhiallahu ‘anhu)

Generasi Galau on Action
Derasnya teknologi masa kini sungguh telah menjadi sebuah kenyataan tersendiri. Kemudahan komunikasi dan cepatnya penyampaian informasi ibarat mata uang yang mempunyai dua sisi. Positif dan negatif. Pada catatan yang ringan ini kita akan melihat sebuah sisi negatif dari kenyataan yang terjadi. Sebuah fenomena menyedihkan kian melanda sebuah generasi.

Ya, Generasi Galau telah muncul dan menjadi tren tersendiri. Kesusahan, gangguan dan berbagai macam kesempitan akan bebas diekspresikan Sang Gen Galau kepada khalayak. Protes dan pesan kekesalan seakan menjadi menu harian yang disuguhkan kepada publik. Tak ayal, suara-suara ketidakpuasan pun tertumpah di berbagai halaman blog dan status jejaring sosial.

Sampai tiba status yang menyentuh daerah absolut ketentuan Allah. Takdir dan masa/cuaca menjadi sasaran tembak protes Generasi Galau.
“Waduh, lagi capek begini bisa-bisanya ada kejadian ini dan itu”
“Sialan, panas ini bikin gue gini dan gitu”
“Dasar apes, mau ini dan itu malah hujan”
“Coba kalo gue tadi gini dan gitu, pasti ga akan kaya gini deh jadinya”
Dan tulisan-tulisan made in Generasi Galau lainnya yang menunjukkan kekesalan atas takdir yang menimpanya.


Agar Tidak Menjadi Galau
Hati-hatilah dari perbuatan di atas, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits qudsi yang artinya: “Janganlah kalian mencela masa karena sesungguhnya Allah lah (pemilik dan pengatur) masa” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam juga yang artinya: “Apabila suatu musibah menimpamu, janganlah engkau berkata: <Kalau saja aku berbuat demikian tentu tidak akan terjadi demikian>. Akan tetapi ucapkanlah: <Qaddarullahu wa maa sya a fa’al> (artinya: Ini adalah ketentuan Allah, apa yang Dia kehendaki pasti terjadi). Karena  ucapan: <Seandainya> akan membuka celah setan” (HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Maka kita akan sampaikan kepada mereka:
Maukah suatu yang lebih baik dibanding sekedar engkau mengisi status jejaring sosialmu dengan berbagai keluhan dan luapan kekesalan?

Lihatlah bagaimana yang seharusnya dilakukan seorang muslim ketika dirinya ditimpa sesuatu yang tidak mengenakkannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang jika ditimpa musibah, mereka mengucapkan <Inna lilahi wa inna ilaihi raji’un>” (QS. Al-Baqarah: 156)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah lau dia berdoa: < Inna lilahi wa inna ilaihi raji’un, allohumma jurnii fii mushiibatii wakhluflii khoiron minha> (artinya: Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya, yaa Allah karuniakanlah aku pahala atas musibah yang menimpaku ini. Dan karuniakanlah pengganti untukku yang lebih baik dari musibah ini) kecuali Allah akan memberi pahala kepadanya dan menggantikan sesuatu yang lebih baik dari musibah itu” (HR. Muslim dari shahabat wanita Ummu Salamah radhiallahu ‘anha)

Yakinlah bahwa segala bentuk yang menyusahkan atau yang menyempitkan diri kita itu adalah suatu ujian dari Allah, dimana dengan ujian tersebut akan menghantarkan dirimu kepada kebaikan. Maka lihatlah sabda nabi berikut ini.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Tidaklah seorang muslim tertimpa lelah, sakit, kegundahan, sedih, gangguan dan duka cita bahkan sampai tertusuk duri sekalipun, melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya dengan kesusahan tersebut” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhuma)


Sabar, Obat Galau
Semakin besar dan sesaknya kegalauan yang engkau rasakan maka semakin besar pula janji Allah untuk memberimu kebaikan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang artinya: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung dengan besarnya ujian. Apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah ridha kepadanya, namun barangsiapa yang marah maka Allah akan murka kepadanya” (Hadits Hasan, HR. Tirmidzi dari shahabat Anas ibn Malik radhiallahu ‘anhu)

Bersabarlah wahai saudaraku, bersabarlah dengan iringan do’a karena do’a adalah senjata dan kesabaran adalah anugerah terindah bagi seorang mukmin.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang menyabarkan dirinya maka Allah akan memberinya kesabaran. Seseorang tidaklah diberikan suatu anugerah yang lebih baik dan lebih luas dibandingkan sebuah kesabaran” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu)


Sabar Adalah Pada Kejadian Pertama
Penting untuk kita ketahui bahwa kesabaran akan bernilai ketika ditempatkan pada awal kejadian. Kesabaran yang hakiki bukan datang ketika selesai memupahkan sumpah serapah dan keluh kesah dahulu. Hanya saja kesabaran itu teranggap ketika pas di awal kejadian pertama.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya sabar itu hanyalah pada kejadian awal” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Anas ibn Malik radhiallahu ‘anhu)

Maka setelah ini, janganlah engkau menjadi orang yang cengeng dengan bergampang-gampang mengeluh kepada makhluk. Keluhkanlah segala kegalauanmu kepada Allah. Berdo’alah kepada Allah atas kegalauanmu, karena demikianlah amalan para pendahulu kita yang shalih.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, ia berkata: “<Hasbunalloh wa ni’mal wakiil> (artinya: Cukuplah Allah bagiku sebagai sebaik-baik pelindung), adalah kalimat yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika beliau dilemparkan ke dalam api. Dan juga dikatakan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam ketika orang-orang kafir mengatakan: Sesungguhnya manusia (kaum musyrikin Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang engkau, karena itu takutlah kau kepada mereka.
(maka Ibnu Abbas membaca ayat Ali Imran: 173 yang artinya) “Maka perkataan itu menambah keimanan orang-orang beriman dan mereka menjawab: Cukuplah Allah bagiku sebaik-baik pelindung” (HR. Bukhari)

Yang mengharap ampunan dan rahmat Allah,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

*Tertulis catatan ini untuk seluruh gen muda muslim yang dikit-dikit galau terus.

Tidak ada komentar: