Perhatikanlah bimbingan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya dalam mengatasi setiap urusan dalam kehidupannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Sangat menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya baik dan itu tidak didapatkan oleh seorangpun kecuali pada seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur dan ini merupakan kebaikan baginya. Tapi apabila dia terkena kesusahan maka dia bersabar dan ini kebaikan juga bagi dirinya.” (HR. Muslim dari shahabat Shuhaib ibn Sinan radhiallahu ‘anhu)
Generasi
Galau on Action
Derasnya
teknologi masa kini sungguh telah menjadi sebuah kenyataan tersendiri. Kemudahan
komunikasi dan cepatnya penyampaian informasi ibarat mata uang yang mempunyai
dua sisi. Positif dan negatif. Pada catatan yang ringan ini kita akan melihat
sebuah sisi negatif dari kenyataan yang terjadi. Sebuah fenomena menyedihkan
kian melanda sebuah generasi.
Ya,
Generasi Galau telah muncul dan menjadi tren tersendiri. Kesusahan, gangguan dan
berbagai macam kesempitan akan bebas diekspresikan Sang Gen Galau kepada khalayak.
Protes dan pesan kekesalan seakan menjadi menu harian yang disuguhkan kepada publik.
Tak ayal, suara-suara ketidakpuasan pun tertumpah di berbagai halaman blog dan
status jejaring sosial.
Sampai
tiba status yang menyentuh daerah absolut ketentuan Allah. Takdir dan masa/cuaca
menjadi sasaran tembak protes Generasi Galau.
“Waduh,
lagi capek begini bisa-bisanya ada kejadian ini dan itu”
“Sialan,
panas ini bikin gue gini dan gitu”
“Dasar
apes, mau ini dan itu malah hujan”
“Coba
kalo gue tadi gini dan gitu, pasti ga akan kaya gini deh jadinya”
Dan
tulisan-tulisan made in Generasi Galau lainnya yang menunjukkan
kekesalan atas takdir yang menimpanya.
Agar
Tidak Menjadi Galau
Hati-hatilah
dari perbuatan di atas, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda
dalam hadits qudsi yang artinya: “Janganlah kalian mencela masa karena
sesungguhnya Allah lah (pemilik dan pengatur) masa” (HR. Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Sabda
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam juga yang artinya: “Apabila suatu
musibah menimpamu, janganlah engkau berkata: <Kalau saja aku berbuat
demikian tentu tidak akan terjadi demikian>. Akan tetapi ucapkanlah: <Qaddarullahu
wa maa sya a fa’al> (artinya: Ini adalah ketentuan Allah, apa
yang Dia kehendaki pasti terjadi). Karena
ucapan: <Seandainya> akan membuka celah setan” (HR. Muslim dari
shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Maka
kita akan sampaikan kepada mereka:
Maukah
suatu yang lebih baik dibanding sekedar engkau mengisi status jejaring sosialmu
dengan berbagai keluhan dan luapan kekesalan?
Lihatlah
bagaimana yang seharusnya dilakukan seorang muslim ketika dirinya ditimpa sesuatu
yang tidak mengenakkannya.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang jika
ditimpa musibah, mereka mengucapkan <Inna lilahi wa inna ilaihi raji’un>”
(QS. Al-Baqarah: 156)
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Tidaklah seorang hamba
yang ditimpa musibah lau dia berdoa: < Inna lilahi wa inna ilaihi raji’un,
allohumma jurnii fii mushiibatii wakhluflii khoiron minha> (artinya:
Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali
kepada-Nya, yaa Allah karuniakanlah aku pahala atas musibah yang menimpaku ini.
Dan karuniakanlah pengganti untukku yang lebih baik dari musibah ini)
kecuali Allah akan memberi pahala kepadanya dan menggantikan sesuatu yang lebih
baik dari musibah itu” (HR. Muslim dari shahabat wanita Ummu Salamah
radhiallahu ‘anha)
Yakinlah
bahwa segala bentuk yang menyusahkan atau yang menyempitkan diri kita itu
adalah suatu ujian dari Allah, dimana dengan ujian tersebut akan menghantarkan
dirimu kepada kebaikan. Maka lihatlah sabda nabi berikut ini.
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Tidaklah seorang
muslim tertimpa lelah, sakit, kegundahan, sedih, gangguan dan duka cita bahkan
sampai tertusuk duri sekalipun, melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya
dengan kesusahan tersebut” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Sa’id
al-Khudri dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhuma)
Sabar,
Obat Galau
Semakin
besar dan sesaknya kegalauan yang engkau rasakan maka semakin besar pula janji
Allah untuk memberimu kebaikan.
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang artinya: “Sesungguhnya
besarnya pahala itu tergantung dengan besarnya ujian. Apabila Allah mencintai
suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah
ridha kepadanya, namun barangsiapa yang marah maka Allah akan murka kepadanya”
(Hadits Hasan, HR. Tirmidzi dari shahabat Anas ibn Malik radhiallahu ‘anhu)
Bersabarlah
wahai saudaraku, bersabarlah dengan iringan do’a karena do’a adalah senjata dan
kesabaran adalah anugerah terindah bagi seorang mukmin.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153)
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang
menyabarkan dirinya maka Allah akan memberinya kesabaran. Seseorang tidaklah
diberikan suatu anugerah yang lebih baik dan lebih luas dibandingkan sebuah
kesabaran” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Sa’id al-Khudri
radhiallahu ‘anhu)
Sabar
Adalah Pada Kejadian Pertama
Penting
untuk kita ketahui bahwa kesabaran akan bernilai ketika ditempatkan pada awal
kejadian. Kesabaran yang hakiki bukan datang ketika selesai memupahkan sumpah
serapah dan keluh kesah dahulu. Hanya saja kesabaran itu teranggap ketika pas
di awal kejadian pertama.
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya sabar
itu hanyalah pada kejadian awal” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Anas ibn
Malik radhiallahu ‘anhu)
Maka
setelah ini, janganlah engkau menjadi orang yang cengeng dengan bergampang-gampang
mengeluh kepada makhluk. Keluhkanlah segala kegalauanmu kepada Allah.
Berdo’alah kepada Allah atas kegalauanmu, karena demikianlah amalan para
pendahulu kita yang shalih.
Dari
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, ia berkata: “<Hasbunalloh wa ni’mal
wakiil> (artinya: Cukuplah Allah bagiku sebagai sebaik-baik
pelindung), adalah kalimat yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
ketika beliau dilemparkan ke dalam api. Dan juga dikatakan oleh Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam ketika orang-orang kafir mengatakan: Sesungguhnya
manusia (kaum musyrikin Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang
engkau, karena itu takutlah kau kepada mereka.
(maka
Ibnu Abbas membaca ayat Ali Imran: 173 yang artinya) “Maka perkataan itu
menambah keimanan orang-orang beriman dan mereka menjawab: Cukuplah Allah
bagiku sebaik-baik pelindung” (HR. Bukhari)
Yang
mengharap ampunan dan rahmat Allah,
Hanyaikhwanbiasa
di catatankajianku.blogspot.com
*Tertulis
catatan ini untuk seluruh gen muda muslim yang dikit-dikit galau terus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar