“Aku sudah tak tahan lagi dengan penderitaan ini. Lebih baik aku sudahi saja hidup ini...”
Akhirnya,
inilah anggapan solusi.
Bunuh
diri.
Pembaca
yang semoga dirahmati Allah. Bukan suatu yang aneh ketika kita mendapat kabar
tentang terjadinya fenomena bunuh diri. Kurangnya kesabaran dan rasa tawakal
pada diri sepertinya menjadi salah satu latar utama penyebab tejadinya aksi
ini. Disamping itu, minimnya keimanan juga menjadi sebab signifikan yang
semakin membuka celahnya potensi.
Padahal
jika kita mau mencermati dari ayat-ayat Allah maupun hadits-hadits Rasulullah
yang shahih, kita akan dapati betapa indahnya hidup menjadi seorang mukmin.
Susah dan senangnya begitu bernilai tatkala selaras dengan hiasan iman.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Sangat
menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya baik dan itu
tidak didapatkan oleh seorangpun kecuali pada seorang mukmin. Apabila
mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur dan ini merupakan kebaikan baginya.
Tapi apabila dia terkena kesusahan maka dia bersabar dan ini kebaikan juga bagi
dirinya.” (HR. Muslim dari shahabat Shuhaib ibn Sinan radhiallahu ‘anhu)
Inilah
salah sumber kebahagian hidup. Bersyukur ketika senang dan bersabar ketika susah.
Bukan sebaliknya, kikir ketika senang dan megeluh ketika susah. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Perangai buruk yang
ada pada seorang hamba adalah kikir, selalu berkeluh kesah dan penakut yang
berlebihan” (HR. Abu Dawud dari shahabat Abu hurairah radhiallahu’anhu. Hadits
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahhimahullah dalam As-Silsilah As-Shahihah)
Yang
perlu diingat juga adalah suatu aqidah yang harus ditanamkan oleh setiap hamba,
bahwa Allah tidaklah memberikan suatu ujian dan beban hidup kecuali memang
hamba tersebut mampu menghadapinya. Jika prinsip ini telah tertanam, maka kita
tidak perlu putus asa dalam menghadapi setiap persoalan. Terus optimis dengan
do’a senantiasa teriring mengharap kepada Allah Sang pengatur alam. Allah
ta’ala berfirman yang artinya: “Allah tidak akan membebani seorang anak
manusia di luar batas kemampuannya” (QS. Al-Baqarah 286)
Akan
tetapi demikianlah manusia. Dengan tabiatnya yang selalu mengeluh disertai
dengan minimnya ilmu agama, jadilah apa yang terjadi. Pesimis, bahkan putus asa
menjadi benih bisikan untuk bunuh diri. Padahal syariat ini telah mengecam
keras atas perbuatan ini. Bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang
artinya: “Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia,
maka dia akan disiksa dengan alat tersebut di hari kiamat” (HR. Bukhari dan
Muslim dari shahabat Tsabit ibn Dhahhak radhiallahu’anhu)
Maka
diipenghujung catatan yang ringan ini, pastikan bahwa diri kita adalah sosok
orang yang senantiasa tegar dalam menghadapi segala problema. Belajarlah terus
tuk menjadi demikian. Karena ketahuilah, emas akan tersaring dan tampak kemuliaannya
dari bongkahan hasil tambang ketika bongkahan tersebut dilebur dan dipanaskan
terlebih dahulu.
Begitu
bernilainya suatu ujian hidup.
Yang
mengharap pertolongan Allah tuk selalu istiqamah,
Hanyaikhwanbiasa
di catatankajianku.blogspot.com
Silahkan baca juga tulisan kami:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar