Minggu, 22 Desember 2013

Menata Kembali tuk Semangat Beramal Shalih


Sahabat muslim, Allah telah memberikan kepada kita banyak kenikmatan.  Bersamaan dengan hal itu, Allah tidaklah menuntut kepada kita balasan. Jika seandainya Allah menuntut adanya balasan, niscaya kita tidak akan mampu tuk menunaikan. Hanya saja kita diperintahkan untuk satu tujuan. Suatu tujuan mulia
yang harus ditegakkan. Ibadah. Ya, inilah tujuan hidup kita. Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Wahai sahabatku, ketahuilah bahwa kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada kita sejatinya adalah untuk menegakkan ibadah, dan janganlah kita beranggapan bahwa ibadah yang kita lakukan adalah suatu kebutuhan Allah. Tidak. Sama sekali tidak. Allah tidak butuh dengan ibadah kita. Ibadah yang kita lakukan sama sekali tidak akan memberikan manfaat bagi Allah, akan tetapi ibadah yang kita lakukan sejatinya akan kembali kepada diri kita sendiri. Bersabda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam yang artinya:  “Wahai para hamba-Ku sesungguhnya kalian tidak akan mampu untuk membahayakan-Ku sehingga kalian membahayakan-Ku. Kalian juga tidak akan mampu memberi manfaat kepada-Ku sehingga kalian bisa memberi manfaat kepada-Ku” (HR. Muslim dari shahabat Abu Dzar al-Ghifary radhiallahu’anhu).

Maka pahamilah, semua kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita hakikatnya adalah sebagai sarana dan prasarana untuk kita dalam menegakkan ibadah. Dengan hal di atas, tentunya adakah alasan bagi kita untuk mengkufuri nikmat Allah?

Tidak sampai di situ, wahai sahabat. Allah telah mempersiapkan ganjaran bagi seorang hamba yang telah menunaikan kewajibannya, sekecil apapun amalan tersebut. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya” (QS. Al-Zalzalah: 07).

Bahkan diganjar dengan balasan yang berlipat-lipat, dimana tiada yang bisa melakukan hal ini dari kalangan makhluk. Siapapun dia. Cermatilah hadits berikut ini. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam menuturkan: “Aku telah melihat seseorang yang berkelililng menikmati kelezatan di dalam surga karena disebabkan memotong (dan menyingkirkan) batang pohon yang berada di tengah jalan karena mengganggu kaum muslimin yang lewat ”  (HR. Bukhari dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu).

Subhanallah! Hanya karena suatu amalan yang mungkin terkesan biasa tapi ternyata diganjar dengan suatu yang luar biasa. Surga Allah ta’ala.

Demikianlah wahai sahabat muslim, jika kita telah memahami dan mengerti akan hal ini, adakah celah bagi kita untuk lemah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban kita?
Adakah udzur bagi kita untuk malas beramal shalih?

Sungguh kita telah banyak lalai dan telah banyak mengkufuri nikmat Allah ta’ala. Tiada yang pantas untuk kita saat ini melainkan untuk selalu memohon ampun dan menata kembali semangat kita dalam beramal shalih. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa (QS. Ali Imran: 133)”

Yang mengharap ampunan dan rahmat Allah,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com


Silahkan baca juga:

Tidak ada komentar: