Sahabat muslim, Allah telah memberikan kepada kita banyak
kenikmatan. Bersamaan dengan hal itu,
Allah tidaklah menuntut kepada kita balasan. Jika seandainya Allah menuntut
adanya balasan, niscaya kita tidak akan mampu tuk menunaikan. Hanya saja kita
diperintahkan untuk satu tujuan. Suatu tujuan mulia
yang harus ditegakkan.
Ibadah. Ya, inilah tujuan hidup kita. Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk
beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Wahai sahabatku, ketahuilah bahwa kenikmatan yang telah dianugerahkan
kepada kita sejatinya adalah untuk menegakkan ibadah, dan janganlah kita
beranggapan bahwa ibadah yang kita lakukan adalah suatu kebutuhan Allah. Tidak.
Sama sekali tidak. Allah tidak butuh dengan ibadah kita. Ibadah yang kita
lakukan sama sekali tidak akan memberikan manfaat bagi Allah, akan tetapi
ibadah yang kita lakukan sejatinya akan kembali kepada diri kita sendiri.
Bersabda Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam yang artinya: “Wahai para hamba-Ku sesungguhnya kalian
tidak akan mampu untuk membahayakan-Ku sehingga kalian membahayakan-Ku. Kalian
juga tidak akan mampu memberi manfaat kepada-Ku sehingga kalian bisa memberi
manfaat kepada-Ku” (HR. Muslim dari shahabat Abu Dzar al-Ghifary
radhiallahu’anhu).
Maka pahamilah, semua kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita
hakikatnya adalah sebagai sarana dan prasarana untuk kita dalam menegakkan
ibadah. Dengan hal di atas, tentunya adakah alasan bagi kita untuk mengkufuri
nikmat Allah?
Tidak sampai di situ, wahai sahabat. Allah telah mempersiapkan ganjaran
bagi seorang hamba yang telah menunaikan kewajibannya, sekecil apapun amalan
tersebut. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat balasannya” (QS. Al-Zalzalah: 07).
Bahkan diganjar dengan balasan yang berlipat-lipat, dimana tiada yang
bisa melakukan hal ini dari kalangan makhluk. Siapapun dia. Cermatilah hadits
berikut ini. Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam menuturkan: “Aku telah
melihat seseorang yang berkelililng menikmati kelezatan di dalam surga karena
disebabkan memotong (dan menyingkirkan) batang pohon yang berada di tengah
jalan karena mengganggu kaum muslimin yang lewat ” (HR. Bukhari dari shahabat Abu Hurairah
radhiallahu’anhu).
Subhanallah! Hanya karena suatu amalan yang mungkin terkesan biasa tapi
ternyata diganjar dengan suatu yang luar biasa. Surga Allah ta’ala.
Demikianlah wahai sahabat muslim, jika kita telah memahami dan mengerti
akan hal ini, adakah celah bagi kita untuk lemah dalam menunaikan
kewajiban-kewajiban kita?
Adakah udzur bagi kita untuk malas beramal shalih?
Sungguh kita telah banyak lalai dan telah banyak mengkufuri nikmat Allah
ta’ala. Tiada yang pantas untuk kita saat ini melainkan untuk selalu memohon
ampun dan menata kembali semangat kita dalam beramal shalih. Allah ta’ala
berfirman yang artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi
orang-orang yang bertaqwa (QS. Ali Imran: 133)”
Yang mengharap ampunan dan rahmat Allah,
Hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com
Silahkan baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar