Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, "... Nabi alaihish shalatu wassalam telah mengajari manusia segala sesuatu. Maka apakah beliau telah mengajari mereka tentang keyakinannya terhadap Allah azza wa jalla di dalam asma wa sifat-Nya?
Jawabnya tentu dan tidak diragukan lagi.
Perkara ini tentu lebih utama untuk diajarkan kepada mereka tentang apa itu sifat-sifat Allah.
Oleh karenanya Syaikhul Islam (Ibnu Taimiyyah) ketika menjelaskan tentang keadaan ahlu tafwidh yang mereka mengatakan bahwasanya jika ada ayat atau hadits yang datang kepadamu tentang sifat-sifat Allah maka serahkanlah maknanya kepada Allah dan janganlah membahasnya sama sekali, dan posisikan kita ini seperti orang yang tidak mengetahui.
Maka beliau (Ibnu Taimiyyah) rahimahullah menjelaskan perihal kalimat di atas, "Sesungguhnya ucapan mereka adalah termasuk sejelek-jeleknya ucapan dari kalangan ahlu bid'ah dan ahlu ilhad (orang yang menyimpang)..."
(Disadur dari Syarah Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 23, cet. Maktabatush Shaffa 2005)
Jawabnya tentu dan tidak diragukan lagi.
Perkara ini tentu lebih utama untuk diajarkan kepada mereka tentang apa itu sifat-sifat Allah.
Oleh karenanya Syaikhul Islam (Ibnu Taimiyyah) ketika menjelaskan tentang keadaan ahlu tafwidh yang mereka mengatakan bahwasanya jika ada ayat atau hadits yang datang kepadamu tentang sifat-sifat Allah maka serahkanlah maknanya kepada Allah dan janganlah membahasnya sama sekali, dan posisikan kita ini seperti orang yang tidak mengetahui.
Maka beliau (Ibnu Taimiyyah) rahimahullah menjelaskan perihal kalimat di atas, "Sesungguhnya ucapan mereka adalah termasuk sejelek-jeleknya ucapan dari kalangan ahlu bid'ah dan ahlu ilhad (orang yang menyimpang)..."
(Disadur dari Syarah Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 23, cet. Maktabatush Shaffa 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar