Senin, 17 Desember 2018

Duka Palu di Akhir September


Di tengah euforia hari jadi kota Palu yang ke 40, pemerintah setempat menyuguhkan perayaan Festival Pesona Palu Nomoni 3. Dilansir dari berbagai media, festival ini ditargetkan bisa mampu menyedot 800 ribu wisatawan dengan 500 ribu diantaranya merupakan wisatawan mancanegara.

Festival yang sedianya akan dilakukan di Pantai Talise dari tanggal 28 hingga 30 September 2018 ini, akan diisi dengan berbagai pagelaran dan pertunjukan seni dan budaya. Dari beragai sumber berita, di festival ini banyak dilakukan praktek-praktek ibadah yang dipersembahkan kepada selain Allah ta'ala (syirik), padahal kesyirikan adalah dosa besar yang mengundang musibah, sebagaimana hal ini telah diperingatkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu ketika menyitir ucapan shahabat nabi Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

,مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَة

Artinya
ٍ“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.”
(Al Jawabul Kaafi/Ad Dau wad Dawa)

Benarlah, tiba-tiba perayaan yang kiranya jadi cerita suka cita bagi orang-orang yang menghadirinya, ternyata malah menjadi cerita horor yang menyeramkan, mengelamkan satu lembar sejarah duka kota Palu dan bangsa Indonesia.

Semua yang hadir memadati Pantai Talise, baik Masyarakat kota Palunya, para penyuguh acara festivalnya, para turisnya dan tamu-tamu undangannya terhentak kaget dengan apa yang terjadi. Gempa berkekuatan 7,7 SR yang terjadi kala jelang waktu maghrib, selain memporak porandakan bangunan dan gedung-gedung kota Palu ternyata membawa kelanjutan malapetaka lainnya. Gulungan dahsyat tsunami menyapu ratusan rumah dan orang-orang yang berada di radius 0,5 km.

Akan tetapi ternyata gempa dahsyat itu tak hanya berefek pada datangnya tsunami di kisaran pesisir pantai saja, gempa yang terjadi di tempat lain ternyata tak kalah hebatnya. Tanah yang awalnya keras dipijak, saat itu tiba-tiba menjadi gembur bak lumpur, fenomena yang disebut likuifaksi ini mengakibatkan Petobo dan Balaroa hilang seketika di telan bumi tanpa kompromi. Semua lenyap tanpa sisa, Allahu akbar.

Eksodus yang dilakukan masyarakat Palu menjadi suatu yang dimaklumi, karena rasa takut dan trauma akut telah memaksa mereka tuk meninggalkan negeri Palu. Bagi para korban bencana yang tidak mampu pergi, akhirnya harus terpaksa tetap sabar untuk tinggal di barak-barak pengungsian sembari menunggu datang baiknya nasib.

Kini sudah tiga pekan berlalu, korban yang tinggal di pengungsian sedikit demi sedikit mulai merangkak bangkit. Tapi belum kering air mata ini, tiba-tiba dikejutkan lagi oleh fenomema hujan lebat yang melanda Palu, sehingga mengakibatkan meluapnya air. Banjir dan longsor tak terbendung hingga menutup akses jalan datangnya bantuan pangan, Allahul musta'an.

Wahai kaum muslimin, demikianlah musibah, tidaklah terjadi begitu saja. Allah ta'ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Artinya:
"Dan apa saja musibah yang menimpamu maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."
(QS. Asy Syuraa: 30)

Lalu bagaimanakah sikap kita? Akankah kita diam dan hanya menonton tangis mereka? Tidak! Kita adalah satu tubuh, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Artinya:
“Orang-orang mukmin di dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).”
(HR. Al Bukhari – Muslim).

Tunggu apa lagi? Ayo berbuat, ayo doakan mereka dengan kebaikan. Jika ada kelapangan rezeki sisihkanlah sebagiannya untuk mereka, karena uluran tangan kita sangat berharga bagi mereka, wallahu alam.

Tidak ada komentar: