Minggu, 13 Agustus 2023

Tiga Sebab Istiqamah dan Meraih Surga

 

Perjalanan hidup seorang hamba mesti akan mendapatkan ujian dan cobaan. Allah yang Maha Hikmah memberikan ujian dan cobaan tersebut agar terbukti, apakah seorang hamba ini akan tetap Istiqamah ataukah ia akan gugur di tengah perjalanannya meniti jalan kemenangan, yaitu mendapatkan jannah-nya Allah subhanahu wa ta'ala.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan ditinggalkan begitu saja ketika mengatakan, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji?. Sungguh, Kami telah uji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui -dan sejatinya Allah telah mengetahui sebelumnya- mana orang-orang yang benar-benar jujur dan mengetahui mana orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut: 2-3).

Maka pada kesempatan berikut ini, kami akan sampaikan beberapa perkara-perkara yang bisa mengistiqamahkan seorang hamba.

1. Bersyukur

Rasa syukur adalah salah satu sebab seorang hamba bisa Istiqamah, karena Allah telah menetapkan tambahan nikmat bagi hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur,

Allah ta’ala berfirman,

‎وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah), tatkala Rabb kalian menyatakan, 'Jikalau kalian bersyukur, maka pasti Kami akan benar-benar menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kamu mengingkari (nikmat), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih’." (QS. Ibrahim: 7).

Oleh karenanya, jika seorang hamba telah melakukan ketaatan atau kebaikan, maka bersyukurlah atas hal tersebut, karena tidaklah itu terlaksana melainkan karena adanya taufik dari Allah semata. Ketika ia mensyukuri nikmat ini, maka Allah akan tambahkan ia untuk terus dan terus berada di atas ketaatannya sampai tutup usia.


2. Selalu melazimi majelis-majelis ilmu

Majelis ilmu adalah sebaik-baik majelis yang selayaknya seorang hamba menjaganya. Bukan diberikan dengan sisa waktu Anda atau karena adanya kelapangan semata, namun benar-benar terjadwal dan menjaganya.

Majelis ilmu di sini adalah majelis yang dibacakan kitabullah dan sunnah-sunnah NabiNya. Menggali tafsir dan mempelajari maknanya dari sumber para salafush shalih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

"Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya (tafsir dan maknanya)  melainkan akan turun kepada mereka as sakinah (ketenangan), dan mereka akan diliputi rahmat, juga mereka akan dinaungi para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisiNya". (HR. Muslim).

Hadits di atas menjelaskan kepada kita bahwa majelis-majelis ilmu adalah tempat diturunkannya ketenangan dan rahmat dari Allah ta'ala. Maka ketika rasa tenang dan Rahmat Allah didapat, niscaya tiada lagi perkara-perkara yang dapat menghempaskan seorang hamba dari jalan keselamatannya.


3. Selalu bersama orang-orang shalih

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

"Seorang itu akan bersama dengan yang dicintainya" (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika seorang hamba memiliki teman dan mereka saling mencintai karena Allah, bukan karena dunia, maka pertemanan mereka akan terwarnai dengan saling nasehat menasehati di jalan al haq. Tatkala ada kesalahan atau kekeliruan, maka temannya tersebut akan mengingatkan dan meluruskannya. Hal inilah yang dapat membantu seseorang istiqamah.

Bahkan seorang teman yang shalih akan membantu temannya di akhirat kelak. Nanti di hadapan Allah, seorang teman yang shalih akan memberikan syafaat bagi temannya yang lain sehingga mereka dapat selamat dari azab Allah.

Dalam sebuah hadits yang panjang riwayat Bukhari dan Muslim, shahabat Abu Said al Khudri radhiallahuanhu membawakan sebuah hadits dari Rasulullah bahwa kelak di hari kiamat akan ada orang-orang yang memberikan syafaat dengan meminta kepada Allah agar teman-teman mereka yang masuk neraka untuk dikeluarkan. Mereka pun bersaksi kepada Allah dengan berkata, 

ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون

"Wahai Rabb kami, dahulu mereka berpuasa bersama kami, mereka juga shalat dan haji".

Maka Allah memenuhi syafaat mereka dengan mengatakan,

أخرجوا من عرفتم

"Keluarkan mereka (dari neraka) bagi orang-orang yang kalian kenal."

Dari hadits di atas hendaknya bisa memotivasi kita untuk selalu bersama orang-orang shalih dan mencari teman yang shalih. 

Sungguh, harta-harta seorang yang kaya ketika di dunianya disedekahkan kepada temannya yang miskin namun ia seorang yang shalih, tidaklah besar dan berarti jika dibandingkan dengan syafaat-syafat mereka kelak di hari kiamat. Bisa jadi harta-harta yang telah engkau berikan kepada mereka, akan membuat engkau dikenal olehnya, sehingga ia akan memberikan syafaatnya di hadapan Allah ta'ala.

Wallahu alam.

(Tulisan terhasil dari catatan tausiyah bada shubuh bersama Al Ustadz Abu Umar Ibrahim hafizhahullahu ta'ala di Mahad Riyadhul Jannah-Cileungsi, 5 Dzulqadah 1443H / 5 Juni 2022)

Tidak ada komentar: