Kamis, 26 April 2012

Kesimpulan Maut yang Terpetik dari Cerita Robin Hood

Robin Longstride atau lebih tenar dikenal dengan nama Robin Hood adalah seorang tokoh legendaris yang berhasil ditanamkan kepada publik sebagai sosok pahlawan pembela kebenaran. Keberanian yang dihiasi kedermawanan menjadikan sang pemanah ulung ini memasuki deretan tokoh panutan di dalam cerita-cerita maupun cinema.


Dikisahkan dalam sepak terjang kehidupannya, Robin Hood kerap merampok orang-orang kaya yang lewat di hutan daerah kekuasaannya, namun hasil rampokannya tidak dia gunakan kecuali untuk dibagi-bagikan kepada kaum miskin di sekitarnya. Dengan inilah sosok Robin Hood sebagai ksatria yang baik hati mendapat tempat.
Wallahu ‘alam apakah memang demikian keadaan Robin Hood nyatanya atau hanya cerita fiktif belaka. Yang pasti imej orang ketika ditanya tentang siapa Robin Hood niscaya tidak jauh dari apa yang digambarkan di atas.

Tidaklah berlebihan jika kita mau sedikit peka terhadap hasil negatif dari apa yang telah dipetik dari cerita ‘sang pencuri baik hati’ ini.

Apakah itu?

Terdoktrinnya pemahaman bahwa bolehnya melakukan kemaksiatan dengan tujuan kebaikan. Dengan kata lain mencuri bisa saja diperbolehkan asal niatnya baik seperti yang dilakukan Robin Hood, atau mungkin di jaman sekarang pemahaman seperti itu melebar kapada pemahaman akan bolehnya mencuri harta orang kaya yang zhalim atau merampok pejabat yang korup asalkan hasil curiannya dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Laa haula walaa quwwata illa billah

Bagaimanakah Islam menjawab hal ini?

Cukup sabda Nabi sebagai jawabnya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Allah tidak menerima shadaqah dari harta hasil curian atau rampasan” (Shahih, HR. Muslim)
Bersabda pula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang artinya: “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik” (Shahih, HR. Muslim)

Maka melalui tulisan ini semoga saja kita tidak lagi menganggap sosok Robin Hood sebagai pahlawan tauladan, dan tidak lagi memandang positif pelaku kasus-kasus pencurian yang dihiasi dengan ‘kedermawanan’ ala Robin Hood.

Pencuri tetaplah pencuri.

Penting juga untuk disampaikan dalam kesempatan ini, agar segenap orang tua dari anak-anak muslim untuk tidak menyuguhkan cerita-cerita yang bukan berasal dari Islam. Hendaknya kita harus lebih selektif lagi dalam memilihkan cerita-cerita untuk anak-anak kita. Jika asupan makanan untuk jasmani anak kita saja bisa selektif dalam memilihnya maka apakah kita akan telantarkan asupan rohani anak kita dengan memberikan bacaan-bacaan yang bisa merusak kesehatan aqidah anak kita? Padahal Allah subhanahu wa ta’ala befirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka” (At-Tahrim: 6)

Semoga sajian ini bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawaab.


Yang mengharap ampunan dan Rahmat Allah

hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com

*Tercatat tulisan ini setelah membaca sebuah artikel tanya jawab di majalah Tasfiyah

Tidak ada komentar: