Robin Longstride atau lebih tenar dikenal
dengan nama Robin Hood adalah seorang tokoh legendaris yang berhasil ditanamkan
kepada publik sebagai sosok pahlawan pembela kebenaran. Keberanian yang dihiasi
kedermawanan menjadikan sang pemanah ulung ini memasuki deretan tokoh panutan
di dalam cerita-cerita maupun cinema.
Dikisahkan dalam sepak terjang
kehidupannya, Robin Hood kerap merampok orang-orang kaya yang lewat di hutan
daerah kekuasaannya, namun hasil rampokannya tidak dia gunakan kecuali untuk
dibagi-bagikan kepada kaum miskin di sekitarnya. Dengan inilah sosok Robin Hood
sebagai ksatria yang baik hati mendapat tempat.
Wallahu ‘alam apakah memang demikian
keadaan Robin Hood nyatanya atau hanya cerita fiktif belaka. Yang pasti imej
orang ketika ditanya tentang siapa Robin Hood niscaya tidak jauh dari apa yang
digambarkan di atas.
Tidaklah berlebihan jika kita mau sedikit
peka terhadap hasil negatif dari apa yang telah dipetik dari cerita ‘sang pencuri
baik hati’ ini.
Apakah itu?
Terdoktrinnya pemahaman bahwa bolehnya
melakukan kemaksiatan dengan tujuan kebaikan. Dengan kata lain mencuri bisa
saja diperbolehkan asal niatnya baik seperti yang dilakukan Robin Hood, atau
mungkin di jaman sekarang pemahaman seperti itu melebar kapada pemahaman akan
bolehnya mencuri harta orang kaya yang zhalim atau merampok pejabat yang korup
asalkan hasil curiannya dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Laa haula walaa
quwwata illa billah
Bagaimanakah Islam menjawab hal ini?
Cukup sabda Nabi sebagai jawabnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda yang artinya: “Allah tidak menerima shadaqah dari harta hasil
curian atau rampasan” (Shahih, HR. Muslim)
Bersabda pula Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam yang artinya: “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima
kecuali yang baik-baik” (Shahih, HR. Muslim)
Maka melalui
tulisan ini semoga saja kita tidak lagi menganggap sosok Robin Hood sebagai
pahlawan tauladan, dan tidak lagi memandang positif pelaku kasus-kasus
pencurian yang dihiasi dengan ‘kedermawanan’ ala Robin Hood.
Pencuri tetaplah
pencuri.
Penting juga untuk
disampaikan dalam kesempatan ini, agar segenap orang tua dari anak-anak muslim
untuk tidak menyuguhkan cerita-cerita yang bukan berasal dari Islam. Hendaknya
kita harus lebih selektif lagi dalam memilihkan cerita-cerita untuk anak-anak
kita. Jika asupan makanan untuk jasmani anak kita saja bisa selektif dalam
memilihnya maka apakah kita akan telantarkan asupan rohani anak kita dengan memberikan
bacaan-bacaan yang bisa merusak kesehatan aqidah anak kita? Padahal Allah
subhanahu wa ta’ala befirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,
jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka” (At-Tahrim: 6)
Semoga sajian ini
bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawaab.
Yang mengharap
ampunan dan Rahmat Allah
hanyaikhwanbiasa di catatankajianku.blogspot.com
*Tercatat tulisan ini setelah membaca sebuah artikel tanya jawab di majalah Tasfiyah
*Tercatat tulisan ini setelah membaca sebuah artikel tanya jawab di majalah Tasfiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar