14 Februari
adalah puncak dari semuanya. Dunia sepakat untuk menetapkan tanggal ini sebagai
“Hari Kasih Sayang” atau lebih akrab dikenal dengan “Valentines Day” dimana
pada hari itu seorang dituntut untuk bisa mencurahkan kasih sayangnya kepada
yang lain. Definisi ini meluas global di kalangan umum.
Bagi kaum
remaja, “Valentines Day” lebih akrab diindentikkan sebagai hari yang
tepat untuk mencurahkan kasih sayang kepada lawan jenisnya (baca: pacarnya).
Pada hari itulah menurut anggapan mereka legalitas ‘curahan kasih sayang’
mendapatkan tempat.
Jika kita
menilik berbagai literatur yang menceritakan asal muasal “Valentines Day” maka
disana terdapat berbagai macam versi cerita. Ironis memang, disisi lain tak ada
kepastian sejarahnya tapi disisi lain bisa-bisanya orang merayakannya, itupun
mungkin bagi yang sedikit tahu. Sebagian besar muslimin yang merayakannya
mungkin hanya ikut-ikutan saja tanpa tahu apa sebenarnya “Valentines Day” itu?
Allah
subhanahuwata’ala mencela sikap ‘sekedar ikut-ikutan’ ini dengan firmanNya yang
artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami"."(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?".(QS Al Baqarah:170).
Maka dengan catatan
ini semoga pembaca –khususnya kaum muda muslim- bisa mengetahui ada apa
sebenarnya dibalik perayaan ” Valentines Day”.
Sejarah Buram
“Valentines Day”.
Perayaan ini
adalah salah satu hari raya kaum paganis Romawi. Mereka merayakannya sebagai
ungkapan bentuk kecintaannya kepada sembahan berhalanya. Perayaan ini
dimungkinkan terjadi pada masa abad ke 17 dimana bangsa Romawi masih menganut
kepercayaan paganisme. Setelah bangsa Romawi menganut agama Nashrani, perayaan
ini tidaklah hilang. Perayaan ini terus masih terus dirayakan oleh
generasi-generasi setelahnya.
Kisah
asal-muasal yang didapati paling masyhurnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu
meyakini bahwa Romulus –pendiri kota Roma– disusui oleh seekor serigala betina,
sehingga serigala itu memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran.
Di antara
ritual perayaan di pertengahan Februari kala itu adalah dengan menyembelih
seekor anjing dan kambing betina, dan darahnya dilumurkan kepada dua pemuda
yang memiliki fisik yang kuat. Setelah itu keduanya mencuci darah itu dengan
susu. Setelah itu dimulailah pawai besar dengan memposisikan kedua pemuda tadi
di depan rombongan dengan membawa dua potong kulit yang mereka gunakan untuk
melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para wanita Romawi dengan senang
hati sengaja menghadapkan dirinya agar mendapat lumuran, karena dengan itu
mereka meyakini kelak akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan mudah.
Keterkaitan
perayaan ini dengan St. Valentine
Versi 1
Pada tahun 296
M dikisahkan bahwa St. Valentine disiksa dan dibunuh di Roma oleh Kaisar
Claudius. Setengah abad kemudian, tepatnya pada tahun 350 M. Di tempat
terbunuhnya St. Valentine dibangunlah sebuah gereja dan perayaan pertengahan
Februari yang sejak dahulu kerap mereka rayakan dalam rangka mencurahkan bentuk
kecintaan kepada sesembahannya, saat itu diubah menjadi bentuk kecintaan yang
bersifat umum dengan martirnya St. Valentine sang penyeru kasih sayang dan
perdamaian.
Di antara
bentuk keyakinan ajaran mereka, pada perayaan itu ditulis nama gadis-gadis yang
sudah menjajaki usia menikah pada selembar kertas kecil lalu diundanglah para
pemuda yang ingin menikah untuk mengambil salah satu kertas itu. Jika didapati
nama seorang pemudi pada lembaran kertas tersebut maka pemuda itu akan
dibiarkan selama setahun untuk menemani pemudi tersebut dalam rangka saling
mencocoki kepribadian masing-masing. Jika merasa saling cocok maka mereka akan
menikah, namun jika tak ada kecocokan maka mereka pisah dan masing-masing
berhak untuk mengikuti kembali acara yang serupa sampai mendapati pasangan yang
cocok.
Ajaran ini
ditentang keras oleh para pemuka agama Nashrani. Mereka mengecam hal ini karena
mereka anggap hal ini adalah sebab kerusakan perilaku generasi muda mereka.
Maka ajaran model ini sempat menjadi ajaran yang terlarang di Italia. Dan tidak
diketahui kapan perayaan model ini dihidupkan kembali.
Versi 2
Bangsa Romawi
di masa menganut agama paganis merayakan sebuah perayaan yang disebut
Luppercalia. Ini adalah hari raya yang sama seperti pada kisah versi I di atas.
Pada hari itu mereka mempersembahkan sesembelihan kurban kepada berhala mereka
karena berkeyakinan berhala-berhala tersebut mampu menjaga mereka dari
kejelekan-kejelekan dan menjaga gembalaan mereka.
Ketika di abad
ke 3 bangsa Romawi yang dipimpin oleh Kaisar Claudius II menetapkan sebuah
peraturan negara yang melarang tentaranya untuk menikah dengan alasan bahwa
pernikahan akan menyibukan dari peperangan yang mereka jalani. Maka St.
Valentine menentang aturan itu dan menikahkan para tentara Romawi secara
diam-diam. Ketika sang Kaisar mengetahuinya, maka dia menangkap St. Valentine
dan menjebloskannya ke dalam penjara yang kemudian setelah itu dia dihukum
mati.
Versi 3
Kaisar
Claudius II adalah seorang yang menganut keyakinan paganisme sedangkan St.
Valentine adalah seorang juru dakwah Nashrani. Sang Kaisar menginginkan agar
St. Valentine meninggalkan agama nashraninya dan kembali menganut ajaran
paganis sebagaimana yang dianut Sang Kaisar. Tapi St. Valentine enggan. Dengan
itulah maka Sang Kaisar membunuhnya. Pembunuhan itu dilakukan pada tanggal 14
Februari 270 M di malam perayaan Lupercalia.
Ketika bangsa
Romawi menganut agama Nashrani, mereka tetap merayakan hari Lupercalia namun
perayaan tersebut dikaitkan dengan kejadian hari terbunuhnya St. Valentine. Dan
kaum Nashrani senantiasa mengenang kejadian tersebut.
Apa itu hari
raya Lupercalia?
Disebutkan
pada cerita di atas bahwa sebelum adanya pengenangan kematian St. Valentine,
bangsa Romawi sering merayakan hari lupercalia. Perlu diketahui bahwa perayaan
lupercalia adalah perayaan yang ditujukan kepada dewa Lupercus dan dewa Faunus.
Menurut keyakinan bangsa Romawi, Lupercus adalah dewa kesuburan, dewa padang
rumput dan pelindung ternak sedangkan dewa Faunus adalah dewa alam dan sang
pemberi wahyu. Pada tahun 494 M ketika bangsa Romawi telah menganut agama
Nashrani, Dewan Gereja yang dipimpin oleh Paus Gelasius I merevisi acara
tersebut menjadi perayaan purifikasi atau perayaan penyucian diri. Dan dua
tahun setelahnya Paus Gelasius I mengubah tanggalnya yang sebelumnya dirayakan
tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari.
Demikianlah beberapa
versi cerita yang mashyur terkait dengan “Valentines Day”.
Beberapa
pelajaran yang bisa dipetik
Dari beberapa
versi cerita di atas -terlepas mana yang benarnya- maka bisa kita tarik
beberapa poin berikut ini. Di antaranya:
1.
Asal muasal “Valentines Day” adalah perayaan kaum paganis penyembah berhala dan
dewa-dewa (baca: setan-setan). Maka apakah seorang muslim mau hanya karena
embel-embel ‘atas nama kasih sayang’ dirinya menjadi salah satu orang yang
tertipu dengan menghidupkan kembali amalan-amalan penyembah setan dan berhala?
Allah
subhanahuwata’ala menerangkan tentang sikap yang seharusnya kita berikan kepada
kaum kafir. Allah subhanahuwata’ala berfirman yang artinya: “Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir, * aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. *
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.* dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, * Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah * Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
(Al Kafirun:1-6)
2.
Asal muasal perayaan kaum paganis tersebut merupakan kisah yang penuh dengan
kedustaan dan khayalan dimana akal yang sehat sulit menerimanya. Bagaimana
mungkin seorang bisa kuat dan cerdas dengan sebab disusui oleh serigala betina?
Terlebih lagi dalam agenda perayaan tersebut disebutkan mereka menyembelih
anjing dan domba betina dengan melumurkan darahnya dan mencucinya dengan susu
dan kemudian begini dan begitu sampai berkeyakinan bisa begini dan bisa begitu.
Maka jika seorang muslim yang masih sehat akal pikirannya tentu tidak akan mau
ikut-ikutan meramaikan perayaan yang berlatar belakang seperti ini.
3.
Keterkaitan antara perayaan Lupercalia dan St. Valentine diperselisihkan
keakuratannya. Memang demikianlah keadaan agama-agama selain Islam, mereka
tidak mengenal ilmu sanad sehingga kisah-kisah mereka dengan mudahnya mengalami
banyak perubahan dan versi. Sampai-sampai kitab suci mereka pun mengalami
keadaan yang demikian. Maka bagaimana mungkin seorang muslim yang masih punya
iman setelah tahu hal ini mau ikut-ikutan merayakan “Valentines Day”.
Allah
subhanahuwata’ala berfirman yang artinya : “Katakanlah: "Hai ahli
kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak
benar dalam agamamu. dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
telah sesat sebelum (kalian) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia),
dan mereka tersesat dari jalan yang lurus" (QS Al Maidah: 77).
4.
Di salah satu negeri pusat ajaran Katolik dunia yaitu Italia, perayaan ini
sempat dilarang oleh Dewan Gereja karena terbukti merusak perilaku dan akhlak
pemuda kala itu. Namun seiring pergantian zaman, perayaan ini dihidupkan
kembali di ranah Eropa. Jika Dewan Gereja saja melarang perayaan ini maka
apakah seorang muslim harus menunggu Dewan Kemakmuran Mesjid untuk melarang
acara ini?
Kesimpulan
Maka setelah
kita membaca tulisan ini ada beberapa perbuatan yang harus kita jauhi. Di
antaranya:
1.
Jangan lagi kita bermuka manis kepada orang lain seraya memberi ucapan: “Happy
Valentine” atau “Met Valentine” atau ucapan-ucapan lainnya yang menunjukkan
keridhaan kita terhadap acara ini baik melalui lisan maupun tulisan pada kartu.
Seringnya kita
jumpai di kartu-kartu ucapan selamat “Valentines Day” dimana di kartu tersebut
terdapati gambar seorang anak kecil yang memiliki dua sayap membawa busur dan
panah. Anak ini dalam ajaran paganis Romawi dinamakan Cupid. Dia -menurut
keyakinan mereka- adalah dewa cinta erotis. Sungguh maha suci Allah atas semua
kedustaan mereka.
2.
Tidak sudi lagi untuk menerima apalagi memberi mawar merah di hari “Valentines
Day” karena perlu diketahui bahwa kebiasaan ini merupakan suatu bentuk ungkapan
cinta kepada setan dan berhala pada kaum Romawi paganis. Apakah dirimu ingin
disamakan dengan orang-orang penyembah setan dan berhala?
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad, 3/50,
dan Abu Dawud, no. 5021 dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
3.
Segera putuskan hubungan dengan pacarmu jika kamu mempunyai pacar dan bagi yang
tidak mempunyai pacar segera buang jauh-jauh khayalan mempunyai pacar karena
dalam islam berpacaran hukumnya haram apalagi mau nekat berpacaran di hari
valentine.
Allah
subhanahuwata’ala berfirman yang artinya: “Janganlah kalian mendekati
perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu merupakan perbuatan keji dan
sejelek-jelek jalan.” (Al Isra’: 32)
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Ditusuk kepala salah
seorang dari kalian dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Shahih, HR. Ath Thabrani dalam
Al-Mu`jamul Kabir . Lihat Ash Shahihah no. 226)
(Untuk lebih
tahu masalah ini, bisa lihat tulisan kami yang berjudul “Indahnya Pacaran, Kata
Setan” di catatankajianku.blogspot.com)
Lalu bagaimana
jika pacaran tidak boleh, apakah ada solusi?
Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Wahai sekalian
pemuda, siapa di antara kalian yang telah memiliki kemampuan hendaklah dia menikah
karena dengan nikah itu dapat lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan,
adapun yang belum mampu maka hendaklah dia puasa karena puasa itu merupakan
tameng dari syahwat”. (Shahih, HR. Bukhari dan Muslim)
(Untuk lebih
tahu masalah ini, bisa lihat tulisan kami yang berjudul “Kenapa Nikah Muda ” di
catatankajianku.blogspot.com)
Penutup
Maka penutup
tulisan ini saya menghimbau untuk kita semua -terkhusus saudaraku generasi muda
muslim- untuk segera bertaubat jika dahulu kedapatan pernah merayakan
“Valentines Day” .
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: ”Bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung”.
Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda
(artinya): ”Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawa
belum sampai ke tenggorokan.”(HR. Tirmidzi dan Ahmad dari sahabat ’Abdullah bin
’Umar dihasankan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no: 1903).
Dan tak lupa
saya ucapkan:
“SELAMAT TIDAK
MERAYAKAN HARI VALENTINE”
(Penulisan
catatan ini sebagian besarnya merujuk kepada tulisan yang terdapat pada majalah
Asy Syariah no.38/IV/1429H/2008 hal.64-69)
Yang
mengharap rahmat dan ampunan Allah
Hanyaikhwanbiasa
di catatankajianku.blogspot.com
(Dicek
ulang tulisan ini pada bulan Rabi’ul Awal 1433H/Febuari 2013 dengan beberapa
revisi bahasa di dalamnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar