Setiap orang pasti mengalami musibah. Merasa sempit, tertekan atau susah.
Termasuk musibah bagi seorang hamba di antaranya adalah BERBUAT MAKSIAT.
Ya. Dengan kemaksiatan seorang hamba bisa mendapat kesusahan dan kesempitan hidup. Baik di dunia maupun di akhirat.
Berbuat sesaat, berhujung sesak. Itulah maksiat.
Tiada jalan tuk melapangkan kesesakkan akibat maksiat kecuali dengan taubat.
Ikhwatii fillah..
Dilaman sederhana ini kami tidak menyentuh efek-efek negatif maksiat atau keutamaan taubat.
Akan tetapi kami akan sedikit menyentuh suatu faidah indah telah ditorehkan oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Ketika beliau membawakan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
"Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu ketetapan (dari takdir) kecuali itu adalah kebaikan untuknya"
(HR. Muslim dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu 'anhu).
Dimaukan juga dari hadits di atas adalah perkara kemaksiatan.
Mengapa? Karena bisa jadi ketentuan takdir yang mengena pada dirinya bisa membuat kepada suatu perkara tertentu yang berujung baik.
Seperti terjatuhnya seorang hamba kepada kemaksiatan, lalu dia bertaubat.
Maka bisa jadi keadaan dia setelah bertaubat itu lebih baik dibanding sebelum dia berbuat dosa.
Wallahu alam.
(Faidah bebas, disadur dari kitab Al Masaail karya Syaikh Muhammad ibn Abdil Wahhab dengan penambahan, silahkan lihat di hal. 5, cet. Darul Istiqamah 2006)
Termasuk musibah bagi seorang hamba di antaranya adalah BERBUAT MAKSIAT.
Ya. Dengan kemaksiatan seorang hamba bisa mendapat kesusahan dan kesempitan hidup. Baik di dunia maupun di akhirat.
Berbuat sesaat, berhujung sesak. Itulah maksiat.
Tiada jalan tuk melapangkan kesesakkan akibat maksiat kecuali dengan taubat.
Ikhwatii fillah..
Dilaman sederhana ini kami tidak menyentuh efek-efek negatif maksiat atau keutamaan taubat.
Akan tetapi kami akan sedikit menyentuh suatu faidah indah telah ditorehkan oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
Ketika beliau membawakan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
"Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu ketetapan (dari takdir) kecuali itu adalah kebaikan untuknya"
(HR. Muslim dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu 'anhu).
Dimaukan juga dari hadits di atas adalah perkara kemaksiatan.
Mengapa? Karena bisa jadi ketentuan takdir yang mengena pada dirinya bisa membuat kepada suatu perkara tertentu yang berujung baik.
Seperti terjatuhnya seorang hamba kepada kemaksiatan, lalu dia bertaubat.
Maka bisa jadi keadaan dia setelah bertaubat itu lebih baik dibanding sebelum dia berbuat dosa.
Wallahu alam.
(Faidah bebas, disadur dari kitab Al Masaail karya Syaikh Muhammad ibn Abdil Wahhab dengan penambahan, silahkan lihat di hal. 5, cet. Darul Istiqamah 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar