Berkata Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu, "Seorang yang fakir hendaknya melihat kepada yang lebih fakir dari dirinya.
Jangan melihat kepada orang yang kaya.
Jika saja Allah menghendaki, niscaya Allah akan menjadikan tingkat kefakiranmu pada tingkat kefakiran yang tidak punya apa-apa sama sekali.
Akan tetapi Allah menjadikan tingkat kefakiranmu pada tingkat kefakiran yang masih punya stok makanan untuk santapan hari ini.
Sedangkan di sana ada orang lain yang tingkat kefakirannya sampai pada tingkat tidak punya makanan sama sekali untuk disantap hari ini.
Maka engkau sebenarnya masih lebih baik keadaannya jika dibandingkan dengan dia.
Syukurilah apa yang ada!
Jangan melihat kepada orang yang kaya, karena hal itu akan menghantarkan dirimu kepada rasa jengkel kepada Allah dan membawa kepada sikap tidak ridha terhadap takdir Allah.
Engkau pun akan berkata:
"Kenapa aku tidak seperti si Fulan?"
"Kenapa aku tidak seperti orang berada layaknya fulan?"
Seorang yang berkata seperti ini berarti dia telah menyia-nyiakan kenikmatan yang ada."
(Lihat Tash-hilul Ilmam-Syaikh Fauzan, jil. 6, hal. 158).
Jangan melihat kepada orang yang kaya.
Jika saja Allah menghendaki, niscaya Allah akan menjadikan tingkat kefakiranmu pada tingkat kefakiran yang tidak punya apa-apa sama sekali.
Akan tetapi Allah menjadikan tingkat kefakiranmu pada tingkat kefakiran yang masih punya stok makanan untuk santapan hari ini.
Sedangkan di sana ada orang lain yang tingkat kefakirannya sampai pada tingkat tidak punya makanan sama sekali untuk disantap hari ini.
Maka engkau sebenarnya masih lebih baik keadaannya jika dibandingkan dengan dia.
Syukurilah apa yang ada!
Jangan melihat kepada orang yang kaya, karena hal itu akan menghantarkan dirimu kepada rasa jengkel kepada Allah dan membawa kepada sikap tidak ridha terhadap takdir Allah.
Engkau pun akan berkata:
"Kenapa aku tidak seperti si Fulan?"
"Kenapa aku tidak seperti orang berada layaknya fulan?"
Seorang yang berkata seperti ini berarti dia telah menyia-nyiakan kenikmatan yang ada."
(Lihat Tash-hilul Ilmam-Syaikh Fauzan, jil. 6, hal. 158).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar