Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, "Barang siapa yang mendekat kepada fitnah maka keselamatan akan menjauh.
Barang siapa yang (dekat dengan fitnah) mengaku bisa sabar maka dia akan diwakilkan kepada dirinya sendiri (binasa).
Betapa banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan.
Sesungguhnya perkara yang inti adalah bagaimana seorang bisa mengatur dan menundukkan lisan dan pandangannya.
Hati-hatilah terhadap keinginanmu untuk bisa meninggalkan hawa nafsu tapi bersamaan dengan itu, engkau dekat-dekat dengan fitnah.
Sesungguhnya hawa nafsu itu adalah tipu daya.
Betapa banyak orang yang pemberani di medan perang bisa terbunuh karena dia tidak mempertimbangkan orang yang diremehkan pengintaiannya.
Ingatlah kisah Hamzah (yang diintai) oleh Wahsyi..!".
(Shayyidul Khaatir-Ibnul Jauzi, hal. 6, cet. Dar Ibnil Jauzi 2009).
Barang siapa yang (dekat dengan fitnah) mengaku bisa sabar maka dia akan diwakilkan kepada dirinya sendiri (binasa).
Betapa banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan.
Sesungguhnya perkara yang inti adalah bagaimana seorang bisa mengatur dan menundukkan lisan dan pandangannya.
Hati-hatilah terhadap keinginanmu untuk bisa meninggalkan hawa nafsu tapi bersamaan dengan itu, engkau dekat-dekat dengan fitnah.
Sesungguhnya hawa nafsu itu adalah tipu daya.
Betapa banyak orang yang pemberani di medan perang bisa terbunuh karena dia tidak mempertimbangkan orang yang diremehkan pengintaiannya.
Ingatlah kisah Hamzah (yang diintai) oleh Wahsyi..!".
(Shayyidul Khaatir-Ibnul Jauzi, hal. 6, cet. Dar Ibnil Jauzi 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar