Syaikh Ubaid al Jabiri hafizhahullahu berkata, "Rasa syukur bisa teranggap pada seorang hamba dengan tiga perkara:
1. Menetapkan kenikmatan (yang didapat) pada hatinya. Yaitu dengan meyakini bahwa nikmat ini berasal dari Allah maka akan kembali lagi kepada Allah. Jika Allah berkehendak (langgeng) maka akan metetap (kenikmatan tersebut), kalau Allah berkehendak (hilang) maka akan hilang (kenikmatan yang telah ada).
2. Menceritakan kenikmatan (yang didapat) dengan nyata ketika ada keperluannya atau ketika ada hasil kebaikannya, contohnya: Aku diberikan rezeki (anugerah) -walhamdulillah- dengan sepuluh anak yang semuanya menghafal kitabullah (Al Qur'an).
3. Mempergunakan kenikmatan ini di dalam keridhaan yang memberi dan yang menganugerahkan nikmat tersebut, yaitu Allah. Di dalam hadits yang shahih "Merupakan suatu kenikmatan adalah ketika harta yang baik dimiliki oleh orang yang shalih." (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al Adabul Mufrad. Dinilai shahih sanadnya berdasar syarat Imam Muslim oleh Syaikh al Albani).
(Terjemah bebas dari Al Bayanul Murashshi'-Syaikh Ubaid al Jabiri, hal. 8, cet. Darul Miratsin Nabawi 2015).
1. Menetapkan kenikmatan (yang didapat) pada hatinya. Yaitu dengan meyakini bahwa nikmat ini berasal dari Allah maka akan kembali lagi kepada Allah. Jika Allah berkehendak (langgeng) maka akan metetap (kenikmatan tersebut), kalau Allah berkehendak (hilang) maka akan hilang (kenikmatan yang telah ada).
2. Menceritakan kenikmatan (yang didapat) dengan nyata ketika ada keperluannya atau ketika ada hasil kebaikannya, contohnya: Aku diberikan rezeki (anugerah) -walhamdulillah- dengan sepuluh anak yang semuanya menghafal kitabullah (Al Qur'an).
3. Mempergunakan kenikmatan ini di dalam keridhaan yang memberi dan yang menganugerahkan nikmat tersebut, yaitu Allah. Di dalam hadits yang shahih "Merupakan suatu kenikmatan adalah ketika harta yang baik dimiliki oleh orang yang shalih." (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al Adabul Mufrad. Dinilai shahih sanadnya berdasar syarat Imam Muslim oleh Syaikh al Albani).
(Terjemah bebas dari Al Bayanul Murashshi'-Syaikh Ubaid al Jabiri, hal. 8, cet. Darul Miratsin Nabawi 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar