Label
Faidah Ringan Seputar Akhlak
(300)
Faidah Ringan Seputar Ilmu
(195)
Faidah Ringan Seputar Akidah
(111)
Faidah Ringan Seputar Ibadah
(107)
Faidah Ringan Seputar Manhaj
(94)
Faidah Ringan Seputar Fikih Ibadah
(71)
Faidah Ringan Seputar Keluarga
(56)
Hatiku Berbisik
(52)
Faidah Ringan Seputar Kisah
(38)
Faidah Ringan Seputar Ramadhan
(26)
Faidah Ringan Seputar Rijal
(25)
kajian remaja
(15)
Faidah Ringan Seputar Al Qur'an
(12)
Faidah Taklim
(12)
kajian akhlak
(12)
Petikan Faidah Hadits
(11)
Faidah Ringan Riyadhush Shalihin
(8)
Faidah Ringan Seputar Sirah Nabi
(8)
kajian hati
(8)
Faidah Ringan Seputar Hati
(7)
wa Makanatuhu fit Tasyri al Islami
(6)
info kajian
(5)
Doa
(4)
Info Buku dan Kitab
(4)
Faidah Ringan Hadits Arbain
(2)
Faidah Ringan Hadits Kitabul Jami
(2)
Terjemah Mukhtashar Sirah Rasul
(2)
BUKU TAMU
(1)
download kitab pdf
(1)
Jumat, 24 Agustus 2018
Menjadi Thalibul Ilmi yang Berani
Bagaimana agar seorang bisa menjadi seorang thalabul ilmi yang pemberani membela al haq dan tidak takut ketika di jalan Allah walau orang-orang mencelanya?
Asy Syaikh Rabi ibn Hadi al Madkhali hafizhahullah menjawab, "Ini adalah keistimewaan khusus, Allah lah yg memberikan hal ini hanya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan tidak ada seorang pun yang belajar tentang keberanian, keberanian adalah suatu anugerah.
Orang yang penakut tetaplah jadi penakut walaupun dia diberikan seluruh persenjataan yang ada, dia tidak akan merasa ada tanggung jawab di hadapan Allah bahwa kaum mukminin dibebankan untuk memerintahkan kepada yang ma'ruf dan melarang kepada yang munkar serta untuk berdakwah kepada Allah, FirmanNya,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
Artinya:
"Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan". (Ali Imran: 104)
Yakni yang mengajak kepada ilmu dan taklim (belajar)."
(Al Muntaqa min Fatawa Asy Syaikh Al Allamah Rabi ibn Hadi al Madkhali, juz 2, hal. 7, cet. Dar Al Imam Ahmad 2014).
Menuntut Ilmu adalah Sebab Seorang Bisa Bermuhasabah
Syaikh Shalih ibn Abdil Aziz alu Syaikh hafizhahullahu berkata, "Jika seorang hamba yang mukmin menuntut ilmu maka sesungguhnya dia berada di dalam kebaikan yang banyak karena dia akan bermuhasabah terhadap apa yang menimpa dirinya dan terhadap apa yang nanti dia dapat dari menuntut ilmunya, maka dengan itu jadilah aktifitas thalabul ilminya menjadi suatu ibadah."
(Fadhlul Ilmi wat Talim wa Shifatu Ahlihi-Syaikh Shalih ibn Abdil Aziz alu Syaikh, hal. 4, cet. Maktabah Ath Thabari)
Niat Ikhlas dalam Menuntut Ilmu adalah Agar Dia Bisa Ibadah dengan Ilmunya
Syaikh Shalih ibn Abdil Aziz alu Syaikh hafizhahullahu berkata, "... Telah kami sebutkan kepada kalian berulang-ulang bahwa para ulama, di antaranya Imam Ahmad ibn Hanbal dan selainnya telah menyebutkan bahwa niat ikhlas di dalam thalabul ilmi adalah menuntut ilmu yang ditujukan untuk mengangkat kejahilan dari dirinya, yakni dengan niat agar bisa berbadah kepada Allah di atas ilmunya ...".
(Fadhlul Ilmi wat Talim wa Shifatu Ahlihi-Syaikh Shalih ibn Abdil Aziz alu Syaikh, hal. 4, cet. Maktabah Ath Thabari)
Tiga Saudara Sepersusuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari Ibu Susu Tsuwaibah
Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lahir, beliau disusui oleh seorang wanita yang bernama Tsuwaibah, yakni budak perempuannya Abu Lahab.
Disamping menyusui Rasulullah, Tsuwaibah menyusui juga Hamzah ibn Abdil Muthalib, Abu Salamah al Makhzumi dan putranya Tsuwaibah sendiri yang bernama Masruh.
Maka jadilah ketiganya sebagai saudara-saudara susunya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari ibu susunya, Tsuwaibah.
(Silahkan lihat Mukhtashar Sirah Nabi-Imam Abdul Ghani al Maqdisi, hal. 27, cet. Manaratul Islam 2013).
Ilmu itu Teranggap Jika Bermanfaat
Imam Asy Syafi'i raimahullahu berkata, "Bukanlah ilmu itu dengan apa yang dihafal, akan tetapi ilmu itu dengan apa yang bisa bermanfaat."
(Shahih, dinukil dari Tadzkiratus Sami wal Mutaallim-Ibnu Jama'ah rahimahullahu, hal. 38 Cet. Darul Basyairil Islamiyyah Beirut 2012)
Ilmu itu Untuk Menegakkan Ibadah
Ayyub as Sikhtiyani rahimahullah berkata, "Abu Qilabah pernah berkata kepadaku, "Wahai Ayyub, jika Allah telah memberikanmu ilmu, maka jadikan ilmu itu sebagai (sebab tuk menegakkan) ibadah dan janganlah ambisimu terhadap ilmumu untuk sekedar berbangga-bangga".
(Sanadnya hasan, Jamiu Bayanil Ilmi wa Fadhlih-Ibnu Abdilbar, dinukil dari Mukhtashar-nya hal. 179, cet. Darul Khair Beirut 1996).
Ogah Dikencingi Setan Lagi
Sadarkah kita, selama ini ternyata telinga kita sering dikencingi si setan laknat, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan kepada orang yang tidur di malam hari hingga masuk waktu shubuh dan tidak shalat malam dengan sabdanya
ذَلِكَ الشَّيْطَانُ بَالَ فِى أُذُنَيْهِ
Artinya,
"Demikianlah setan telah mengencingi di kedua telinganya."
(HR. An Nasa’i dan Ibnu Majah, hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam al Albani dalam Shahihut Targhib)
Agar telinga kita tidak dikencingi si setan lagi, mari kita simak hadits di bawah ini,
عَقِدَ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَاهُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْتَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلان
Artinya,
"Setan membuat ikatan di tengkuk salah seorang dari kalian ketika tidur dengan tiga ikatan. Setiap ikatannya setan akan mengatakan kepadanya, “Malam masih panjang, maka terus tidurlah!”.
Jika dia bangun lalu berdzikir pada Allah, maka lepaslah satu ikatannya.
Kemudian jika dia berwudhu, maka lepaslah satu ikatan lagi.
Kemudian jika dia mengerjakan shalat, maka lepaslah ikatannya semua.
Maka di pagi hari dia akan berada di dalam semangat dan baik jiwanya, namun jika dia tidak melakukan hal ini, maka jiwanya akan jelek dan akan malas.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ayo semangat bangun malam tuk melaksanakan shalat malam, walau tidak sampai 11 rakaat tapi yang penting rutin, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
Artinya,
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit."
(HR. Muslim).
Semoga bermanfaat buat semua, terkhusus kepada penulisnya sendiri, amin.
Alasan Kami Berjenggot
Ketika ditanyakan kepada kami, "Mengapa kamu kok pakai jenggot?"
Maka cukup kami katakan bahwa ada hadits shahih yang memerintahkan kita demikian, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى
Artinya,
"Pendekkanlah oleh kalian kumis-kumis dan biarkanlah jenggot (jangan dicukur)."
(HR. Muslim)
Juga shahabat nabi Ibnu Umar radhiallahu anhuma mengatakan,
أَنَّهُ صلى الله عليه وسلم أَمَرَ بِإِحْفَاءِ الشَّوَارِبِ، وَإِعْفَاءِ اللِّحْيَةِ.
Artinya,
"Bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk memotong kumis-kumis dan membiarkan jenggot-jenggot."
(HR. Muslim)
Simple, gitu aja.
Karena kami takut dengan ayat Allah di bawah ini,
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya,
"Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintahnya (perintah rasul) itu takut akan ditimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa azab yang pedih.”
(QS. An Nur: 63).
Pesan Terbuka dari Calon Mantumu untuk Calon Mertuaku
Untuk para orang tua atau wali akhwat-akhwat manis yang siap nikah, mohon izinkan kami para ikhwan-ikhwan ganteng (calon mantumu), menyampaikan dua pesan,
1. Mohon jangan semata-mata lihat penampilan, penghasilan dan pangkat kami, karena walaupun semua serba pas-pasan tapi alhamdulillah kami sadar akan wajibnya bekerja untuk menafkahi keluarga, Allah berfirman,
《إِنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ》
Artinya:
"Sesungguhnya Allah memberi rezeki bagi siapa saja yang Allah kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali Imran: 37).
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
《ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمْ: اَلْمُكَـاتَبُ الَّذِي يُرِيْدُ اْلأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيْدُ الْعَفَافَ، وَالْمُجَاهِدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ.》
Artinya:
“Tiga golongan yang sudah semestinya akan ditolong oleh Allah, (1) seorang budak yang mencicil tebusan agar dirinya bisa bebas, (2) seorang yang menikah karena ingin menjaga kehormatan, dan (3) seorang yang berjihad fi sabilillah.” (HR. Tirmidzy, hadits dihasankan oleh Imam al Albani).
《إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ》
Artinya:
"Sesungguhnya tidaklah engkau menginfakkan sebuah nafkah yang ditujukan karena mengharapkan wajah Allah (ikhlash), melainkan akan diberi ganjaran (pahala) kepadamu, sampai pun makanan yang kamu suapkan ke mulut istrimu.” (HR. Bukhari).
2. Karena perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam hadits ini,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
Artinya:
"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah hendaknya ia menikah, karena dengan itu akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka kami minta tolong agar maharnya jangan yang memberatkan kami, Imam Ibnu Qudamah rahimahullahu, berkata, "Di antara kebaikan seorang wanita adalah ringan maharnya, dahulu Said ibnul Musayyab menikahi putrinya dengan dua dirham dan Umar ibnul Khaththab pernah berpesan, "Janganlah kalian (wahai para wanita) berlebih-lebihan di dalam (menentukan) mahar."
(Mukhtashar Minhajil Qashidin-Ibnu Qudamah, hal. 70, cet. Darul Aqidah).
Mungkin sementara hanya dua itu pesan kami, untuk selebihnya mungkin menyusul kalau ada kesempatan lagi, insya Allah.
Jazakallahukhaira wa barakallahufik.
Mendukung Pemerintah tuk Tindak Tegas Para Begal
Begal, sosok yang membuat merinding kaum muslimin akhir-akhir ini. Media yang ada, seakan tak habis-habisnya memberitakan aksi mengerikan ini. Betapa tidak, aksi begal yang 'ngetrend' saat ini adalah main tusuk dan main tembak korbannya sembarangan, jika sebatas dirampas motor atau mobilnya, maka masih mending urusannya, tapi ketika kenekatan si begal sudah pada taraf menghabisi korbannya, maka ini sudah luar biasa.
Tindak apapun yang menyentuh ranah darah, harta dan kehormatan seorang muslim dengan cara yang zhalim adalah haram, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika beliau berkhutbah di haji-nya,
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
Artinya,
Sesungguhnya darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian itu haram atas kalian, sebagaimana haramnya hari kalian ini (hari arafah), di bulan kalian ini (bulan Dzulhijjah/bulan haji) dan di kota kalian ini (Makkah).
(HR. Muslim)
Ketika seorang mengambil harta seorang muslim, baik dengan cara membegal, menipu, menjambret, mencopet, mencuri, merampok dsb, maka hukumannya adalah sebagaimana firman Allah taala,
وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ ۗوَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya,
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah oleh kalian tangan keduanya sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Al Maidah: 38-39)
Terlebih ketika si begal membunuh korbannya, maka Allah taala berfirman tentang hal ini,
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
Artinya,
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan adzab yang besar baginya.
(QS. An Nisa: 93)
Dalam ayat di atas, bagi pembunuh seorang mukmin mempunyai ancaman berlapis, yakni:
1. Masuk neraka jahannam,
2. Kekal (lama) di dalamnya
3. Mendapat murka Allah
4. Mendapat laknat Allah
5. Disiapkan adzab besar di hari kiamat
Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
لَوْ أَنَّ أَهْلَ السَّمَاءِ وَأَهْلَ الأَرْضِ اجْتَمَعُوا عَلَى قَتْلِ مُسْلِم ٍلَكَبَّهَمُ اللهُ جَمِيعًا عَلَى وُجُوهِهِمْ فِي النَّار
Artinya,
Jika seandainya penduduk langit dan penduduk bumi, merela berkumpul untuk membunuh seorang muslim, sungguh Allah akan menyungkurkan mereka semua di atas wajah-wakah mereka kelak di neraka. (HR. Thabrani, dan Imam al-Albani menshahihkan hadits ini di dalam Shahihut Targhib 2443).
Oleh karenanya, sebagai rakyat Indonesia, kami sangat mendukung langkah penguasa kita ketika Kapolri Jendral Tito Karnavian berkata selepas kunjungan di area Pelabuhan Bakauheni Lampung, Senin (11/06/2917), "Saya minta seluruh kapolres dapat mengatasi kasus pembegalan, kalau tidak bisa atasi begal, maka kapolresnya yang saya begal. Pahamkan maksud saya!".
Beliau juga menegaskan, "Kapolres semua harus buat tim khusus tangkapin dulu mereka, kalau masih belum bisa juga, silahkan minta bantuan kapolda untuk menurunkan anggotanya yang bersenjata guna atasi begal ini."
Selain meminta bantuan Kapolda, lanjut Kapolri, mintalah bantuan kepada Danrem, karena ini demi kepentingan banyak publik.
“Kelompok begal-begal bisa aja ditangkap dengan cara lembut, kalau masih melawan tindak tegas,” pungkasnya.
Bravo Polri dan TNI, kami mendukung kalian!
Jomblo Sang Single Fighter
Dia harus merapihkan kamar tidurnya sendiri, mencuci pakaiannya sediri, bikin kopi sendiri, nyeduh mie instan sendiri, makan dan minumnya pun sendiri.
Mau pergi aktifitas sendiri, tiada orang yang melepas kepergiannya. Ketika pulang hanya sendiri di rumahnya, dan akhirnya tidur pun sendiri juga benar-benar 'single fighter' sejati sang jomblo ini.
Benarlah apa yang dikatakan Imam Ibnu Qudamah rahimahullahu, beliau berkata, "Di antara faidah-faidah nikah adalah: Merehatkan hati dari pengaturan rumahnya, melapangkan diri dari kesibukan memasak, mengurusi perabotan, tempat tidur, mencuci pakaian dan menyiapkan perlengkapan aktifitas hidup.
Karena sesungguhnya seorang insan akan terasa berat untuk mengurusi semuanya ketika sendirian, kalaupun dia mampu melakukannya sendiri (tanpa peran istri), niscaya waktunya akan banyak terbuang dan dirinya tidak akan mempunyai waktu banyak untuk berilmu dan beramal.
Maka dengan peran ini seorang istri yang shalihah sejatinya tengah membantu agama (suaminya) dan jika sebab ini (menikah) tidak ada (pada seorang lelaki) niscaya hatinya akan sibuk (dengan urusan-urusan rumah)."
(Mukhtashar Minhajil Qashidin-Ibnu Qudamah, hal. 68, cet. Darul Aqidah).
Jadi, kapan menikah akhi? Masa semua serba sendiri? Sudah mau Syawal lho.
Maho, Konslet dan Ngaco
Belanda, Kanada, Spanyol, Selandia Baru, Denmark, Prancis, Jerman, Brazil, Amerika, Scotlandia dan negara-negara lainnya telah melegalkan pernikahan sesama jenis, aneh tapi nyata dan memang terjadi.
Maho alias manusia homo adalah suatu percontohan mutlak yang fitrahnya yang telah konslet oleh busuknya sebuah hawa nafsu, padahal Allah telah berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآب
Artinya,
ِDijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)
(QS. Ali Imran: 14)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
Artinya,
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu (jenis manusia), dan yang menciptakan istri dari jenisnya (manusia).
(An-Nisa:1)
Ayat di atas menunjukkan bahwa fitrah manusia itu menyukai pasangannya, lelaki kepada wanita dan wanita kepada lelaki, Allah berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
Artinya,
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri (jenis manusia), agar kalian merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang".(Ar-Rum: 21)
Naluri sebagai manusia normal adalah mencintai lawan jenisnya, bukankah ketika Adam merasa kesepian lalu Allah ciptakan Hawa untuk menemaninya? Tidak hanya itu, dengan adanya Adam dan Hawa maka terlahirlah keturunan demi keturunan sehingga keberlangsungan manusia pun terjaga, oleh karenanya Allah berfirman,
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْأَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ“
Artinya: Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (lelaki dan wanita) dari jenis kamu sendiri (manusia) dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”
[An-Nahl : 72]
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyatakan,
تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ، فَإِنِّى مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ
وفي رواية: إِنِّى مُكَاثِرٌ الأَنْبِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya,
Nikahilah perempuan yang al wadud (penyayang) dan al walud (subur/banyak anak), karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.
Dalam riwayat lain:
Karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan para nabi di hari kiamat.
( HR Abu Dawud, Nasai dan Hakim, dishahihkan oleh Imam al-Albani.
Ya, salah satu hikmah pernikahan adalah menghasilkan keturunan, Ibnu Qudamah rahimahullahu berkata, "Di antara faidah-faidah nikah adalah: Adanya anak, karena tujuan dari hal ini adalah terjaganya keturunan, dan di dalam perkara ini telah selaras dengan apa yang menjadi kecintaan Allah, yakni agar terjaganya keberlangsungan manusia."
(Mukhtashar Minhajul Qashidin-Ibnu Qudamah, hal. 68, cet. Darul Aqidah).
Apa jadinya negara jika dihuni oleh orang-orang maho yang ngaco pikirannya dan konslet fitrahnya. Semoga Allah lindungi Indonesia Raya dari para maho dan pembela maho. Amin.
Wallahu alam.
Para Ulama Menuntut Ilmu Hadits bukanlah untuk Dunia
Imam Abdurrazaq rahimahullahu menuturkan bahwa beliau pernah mendengar Imam Ma'mar rahimahullahu berkata, "Tiada dari barang dagangan yang paling tidak laku untuk dijual oleh pemiliknya melainkan hadits ini."
(Sanadnya shahih, di nukil dari Syarafu Ashabil Hadits-Khathib al Baghdadi, hal. 134, cet. Darul Furqan 2008).
Ada Balasan pada setiap Perbuatan
Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata, "Sudah sepantasnya bagi seorang yang berakal untuk mewaspadai akan terjadinya balasan dari suatu perbuatan, karena Ibnu Sirrin pernah berkata, "Aku dahulu pernah mencela seorang dengan memangil: wahai orang yang bangkrut!, maka aku pun menjadi bangkrut setelah melewati masa 40 tahun.
Dan Ibnul Jala'a berkata, "Suatu hari guruku melihatku sedang memandang kepada seorang amrad (anak laki-laki yang cakep), maka beliau berkata (mengingkari), "Apa-apaan ini? Niscaya akan hilang apa yang ada di dirimu." Maka aku pun menjadi lupa dengan hafalan Al Quranku setelah melewati masa 40 tahun.
Dan kebalikan dari hal ini, bahwasanya setiap orang yang beramal dengan amalan kebaikan dan benar niatnya, maka tunggulah balasan kebaikannya walau pada rentang waktu yang lama."
(Shayyidul Khatir-Ibnul Jauzi, hal 18, cet. Darut Taqwa 2013).
Mengapa Satu yang Fakih bisa Melebihi Seribu yang Abid?
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata, "Sesungguhnya satu orang yang fakih (berilmu, beramal dan berdakwah, pent) itu lebih dibenci setan ketimbang seribu orang abid (orang yang hanya sibuk beribadah saja, pent) ini dikarenakan seorang abid itu manfaatnya hanya sebatas pada dirinya saja, adapun seorang yang fakih maka dia telah menjaga agama Allah dan telah memberikan manfaat bagi hamba-hamba Allah, dialah yang menunjukkan umat kepada perkara kebaikan dan yang membimbing umat kepada jalan yang mulia nan terpuji, adapun setan, dialah yang menunjukkan umat kepada perkara kejelekkan."
(Lihat Adh Dhiyaul Lami-Syaikh Utsaimin, hal. 20, cet. Maktabatush Shafa 2005).
Taubat dan Cinta akan Melapangkan Hati
Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata, "Di antara sebab lapangnya hati adalah al ibanah (bertaubat) kepada Allah taala, mencintai-Nya dengan segenap hati, kembali kepada Allah dan bersenang-senang dengan mengibadahi-Nya.
Tidak ada sesuatu apapun yang paling bisa melapangkan hati seorang hamba dari itu, sampai-sampai terkadang dia akan berkata, "Jika aku di dalam surga dalam keadaan yang seperti ini, maka kalau begitu sesungguhnya aku di dalam kehidupan yang baik".
Adapun bagi al mahabbah (rasa cinta) terdapat pengaruh yang luar biasa di dalam melapangkan dada serta membuat nyaman sebuah jiwa dan hati, hal ini tidak akan diketahui kecuali oleh orang-orang yang telah merasakannya langsung.
Setiap kali kecintaan (kepada Allah) itu semakin menguat dan meningkat, maka hati pun akan menjadi semakin terasa lapang dan luas, dan tidaklah terasa sempit melainkan hanya di dalam pandangan orang-orang yang kosong dan hampa akan hal ini, maka orang-orang yang seperti ini pandangannya memang telah terkotori dan sifat panas telah mencampuri ruhnya."
(Disadur dari Li Asbabi Syarhi ash Shadhr-Imam Ibnul Qayyim, hal. 32, cet. Dar Sabilil Muminin 2009).
Manakah yang lebih afdhal (utama) antara akhlak mulia yang memang merupakan tabiat asli, atau akhlak mulia yang terhasilkan karena hasil latihan?
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menerangkan, "... Akhlak yang mulia bisa ada karena memang menjadi asal tabiat seseorang atau teraih karena hasil dari melatih diri.
Tak ragu lagi, bahwa akhlak mulia yang telah menjadi asal bawaan itu lebih baik dibandingkan dengan akhlak mulia yang diraih karena hasil latihan, karena jika telah menjadi watak asal seseorang, niscaya dia akan menjadi orang yang berkarakter baik yang tidak perlu lagi terasa berat dan berusaha keras tuk melatih diri.
Orang yang tabiatnya berakhlak mulia adalah keutamaan dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya."
(Kitabul Ilmi [Husnul Khuluq wa Ahammiyatihi li Thalibil Ilmi]-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 218, cet. Maktabatul Islamiyyah 2005)
Yang Dihafal, itulah Ilmu!
Abu Hilal Al Hasan ibn Abdillah al Askari rahimahullahu berkata, "Jika ilmu yang engkau kumpulkan itu sedikit tapi dalam keadaan terhafal, maka akan banyak manfaatnya, akan tetapi jika banyak tapi tidak terhafal, maka akan sedikit manfaatnya.
Adh Dharrab telah menyampaikan kepadaku bahwa beliau mendengar Abul Abbas an Naffath rahimahullahu berkata, "Ilmunya al Ashma'i itu berada di dalam penjagaan, karena dahulu dia menghafal."
Dahulu kitab-kitabnya Abu Amru ibnul A'la sepenuh rumahnya, tapi kemudian terbakar, maka seluruh ilmu yang dahulu dia ambil sampai akhir umurnya adalah apa yang ada dari hafalannya."
(Al Hatsu ala Thalabil Ilmi wal Ijtihadi fi Jam'ihi- Abu Hilal Al Hasan ibn Abdillah al Askari, hal. 38, cet. Maktabah Ibni Taimiyyah 1991)
Allah ada di Setiap Benda, Benarkah?
Sesungguhnya orang-orang berkata bahwa Allah itu ada di setiap benda, bagaimanakah cara kita menasehati mereka?
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu menjawab, "Wajib bagi kita untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa Allah itu istiwa (naik) di atas arsy-Nya.
Wajib pula bagi mereka (orang yang berkeyakinan Allah ada di setiap benda) untuk menyucikan lisan-lisannya dari pernyataan-pernyataan yang seperti ini, tapi tentunya (memahamkan) ini membutuhkan proses dan waktu, jika mereka adalah orang-orang yang sudah terbiasa (dengan keyakinan ini)."
Di sisi kami walhamdulillah tidaklah didapati ucapan yang seperti ini, akan tetapi mungkin orang-orang yang seperti ini ada di sisi kalian yakni orang-orang yang masih ada pada dirinya pemahaman sufi, dan kami telah katakan sebelumnya bahwa orang-orang sufi itu berkeyakinan bahwa mereka bisa melihat Allah di dalam diri seorang pemuda yang ganteng, -Maha Tinggi Allah dengan apa yang mereka katakan terhadap Dzat Yang Maha Tinggi dan Maha Besar-.
Ini tidak boleh diucapkan! akan tetapi katakanlah bahwa Allah taala Maha Mengetahui dan Maha Meliputi."
(Disadur dari Syarah Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 142, cet. Maktabatush Shaffa 2005)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu menjawab, "Wajib bagi kita untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa Allah itu istiwa (naik) di atas arsy-Nya.
Wajib pula bagi mereka (orang yang berkeyakinan Allah ada di setiap benda) untuk menyucikan lisan-lisannya dari pernyataan-pernyataan yang seperti ini, tapi tentunya (memahamkan) ini membutuhkan proses dan waktu, jika mereka adalah orang-orang yang sudah terbiasa (dengan keyakinan ini)."
Di sisi kami walhamdulillah tidaklah didapati ucapan yang seperti ini, akan tetapi mungkin orang-orang yang seperti ini ada di sisi kalian yakni orang-orang yang masih ada pada dirinya pemahaman sufi, dan kami telah katakan sebelumnya bahwa orang-orang sufi itu berkeyakinan bahwa mereka bisa melihat Allah di dalam diri seorang pemuda yang ganteng, -Maha Tinggi Allah dengan apa yang mereka katakan terhadap Dzat Yang Maha Tinggi dan Maha Besar-.
Ini tidak boleh diucapkan! akan tetapi katakanlah bahwa Allah taala Maha Mengetahui dan Maha Meliputi."
(Disadur dari Syarah Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah-Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 142, cet. Maktabatush Shaffa 2005)
Jangan Meremehkan Majelis Ilmu Agama
Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullahu berkata, "Seorang insan tidak boleh meremehkan untuk menghadiri dan menempuh usaha dalam mendatangi majelis-majelis ilmu agama, karena bisa jadi di majelis ilmu dia akan mendapatkan sebuah faidah yang bisa menjadi sebab dirinya masuk ke dalam surga, dia mendengar sebuah kalimat yang menjadikannya masuk surga dan selamat dari api neraka, dan berpalingnya seorang dari menghadiri majelis-majelis ilmu agama maka itu adalah bahaya yang besar..."
(Irsyadul Khillan ila Fatawal Fauzan-Syaikh al Fauzan, jil. 1, hal. 29, cet. Darul Bashirah 2009).
Mengubur Mayat di Masjid adalah Sebab Kesyirikan
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata, "Menguburkan mayat di dalam masjid-masjid telah dilarang oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pula telah melarang menjadikan masjid-masjid sebagai kuburan, dan dilaknat bagi orang-orang yang berbuat demikian, hal ini merupakan peringatan keras terhadap umatnya.
Juga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyebutkan, bahwa ini merupakan perbuatannya orang-orang yahudi dan nashrani, karena hal ini adalah wasilah (perantara) perbuatan syirik kepada Allah taala."
Membangun masjid-masjid di atas kuburan dan menguburkan orang mati di dalam masjid adalah wasilah kepada perbuatan syirik kepada Allah karena sebab penghuni kubur ini.
Orang-orang nanti akan berkeyakinan bahwa penghuni kubur yang dikubur di dalam masjid ini bisa memberikan manfaat atau bisa menolak bahaya terhadap mereka, atau bisa juga orang-orang akan berkeyakinan bahwa sang penghuni kubur adalah orang yang mempunyai kekhususan sehingga mengharuskan mereka untuk bertaqarrub dengan melakukan ketaatan-ketaatan yang diperuntukkan kepada selain Allah."
(Disadur dari Fatawa Arkanil Islam wal Aqidah-Syaikh Utsaimin, hal. 24, cet. Maktabatush Shaffa 2007)
Langganan:
Postingan (Atom)