Senin, 15 Juni 2015

Kita Lebih Pantas untuk Dicela

Celaan Itu Jauh Lebih Pantas Jika di Tujukan kepada Diri Kita

Wahai saudaraku para mudarris dan pengasuh ma'had, semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat.

Imam Ahmad ibn Hanbal mengatakan, "Apabila dia meninggal, niscaya kitabnya akan menjadi panutan." (As Siyar 10/147).

Siapakah yang Imam Ahmad maksud?

Dialah yang melayangkan tendangannya ke Yahya ibn Ma'in sampai terjungkal, ketika Yahya mengetes hafalannya. (As Siyar 10/149).

Sekali lagi, siapakah dia?

Dialah Abu Nu'aim, Al Fadhl ibn Dukain.

Ikhwatii fillah para pengampu ma'had,
Fadhl ibn Dukain oleh sebagian temannya dicela karena mengambil upah dari kegiatan mengajarnya.

Tapi apakah alasan beliau?

Dalam Tahdzibul Kamal, beliau menuturkan, "Mereka mencelaku karena sebab aku mengambil upah, padahal tanggungan di rumahku ada 13 jiwa, dan tidak ada sedikitpun roti di rumahku."

Subhanallah..
13 jiwa?

Apakah kita sudah sampai ke taraf seperti itu, hingga harus menuntut imbalan dalam mengajar?

Jangan salah paham.

Imam Adz Dzahabi dalam As Siyar 10/152 menjelaskan, "Beliau dicela karena mengambil upah, yakni mengambil upah dari penguasa. Bukan dari murid-muridnya."

Allahu musta'an..
Betapa pantas celaan itu ditujukan ke diri-diri kita.

Tidak ada komentar: