Selasa, 31 Oktober 2017

Terjemah Al Hadits, wa Makanatuhu fit Tasyri al Islami-Syaikh Muhammad Khalil Harras 3

Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah berkata, "Perhatikanlah sikap yang mengherankan dari kaum khawarij ini! Sesungguhnya merekalah yang meminta kepada Abdullah ibn Khabbab rahimahullah untuk meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari ayahnya dan dari rasulullah, tapi ketika beliau melakukannya mereka malah membunuhnya.

Maka tidaklah mungkin bisa ditafsirkan sikap yang seperti ini kecuali salah satu dari dua kemungkinan, (pertama) bisa jadi orang-orang khawarij itu membenarkan (hadits itu), akan tetapi malah menyelisihinya. Maka kalau demikian, mereka menjadi orang-orang yang menyakiti Allah dan rasulNya. Maka dengan ini, mereka akan mendapatkan ancaman Allah ta'ala: "Barang siapa yang menyakiti Allah dan rasulNya maka sesungguhnya Allah maha keras siksanya". (Al Anfal: 13).

Atau bisa jadi (kemungkinan kedua) mereka mendustakan hadits, akan tetapi dari sisi mana mereka mau (menvonis) dusta? Apakah Abdullah seorang tabiin yang mulia? Atau ayahnya yang merupakan salah satu seorang shahabat nabi di awal-awal keislaman yang menanggung ujian di jalan Allah? Atau malah rasulullah (yang berdusta)? Maka mereka telah kufur dengan pendustaan tersebut!

Dengan sikap yang diperbuat oleh khawarij terhadap sunnah itulah akhirnya menjadi sebab sesatnya mereka, karena mereka telah menggunakan akal dan hawa nafsu di dalam beragama, serta banyaknya penolakan mereka terhadap hadits-hadits yang shahih, seperti hadits rajam, mengusap dua khuf dan selainnya.

Juga dengan keadaan mereka yang meremehkan sunnah dan mengikuti faham mu'tazilah, terlebih dengan penyimpangan-penyimpangan yang menjadi prinsip kemuta'zilahannya seperti hadits-hadits tentang sifat-sifat keadaan di hari kiamat, al qadha wal qadar dan semisalnya. Kemudian juga sikap mereka yang terus menerus memusuhi sunnah di setiap zamannya, dengan membuat berbagai konspirasi dan menulis tulisan-tulisan untuk menunaikan aksinya.

Akan tetapi Allah lah yang menjaga kitab-Nya dari perubahan dan penyelewengan, dan Allah juga lah yang menjaga sunnah nabi-Nya dari ulah-ulah tangan mereka yang hina, karena Allah telah menjadikan kedudukan sunnah nabi-Nya sebagai penjelas dan penafsir kitab-Nya. As Sunnah juga sebagai pengkhusus dari apa-apa yang masih bersifat umum pada Al Quran, pengqayid dari yang mutlak, penjelas dari yang masih samar, perinci dari yang masih bersifat umum.

Allah telah memerintahkan kepada nabi-Nya dengan al bayan sebagaimana telah diperintahkan dengan al balagh, Allah taala berfirman,

《وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُون》
Artinya: "Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr agar kamu dapat menerangkan kepada manusia tentang perkara yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". (An Nahl: 44)"

Sumber
Al Hadits, wa Makanatuhu fit Tasyri al Islami-Syaikh Muhammad Khalil Harras, hal 22-23, cet. Darul Istiqamah 2010

#terjemah_alhadits_khalil_harras

Tidak ada komentar: