Berkata Syaikh Abdurrahman as Sa'di rahimahullahu, "... Oleh karenanya, wajib atas setiap hamba untuk berniat dengan niat yang sempurna pada setiap perkara.
Yaitu dengan memaksudkan niatnya untuk:
-Meraih wajah Allah
-Bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah
-Menuntut ganjaran yang baik dari Allah
-Mengharap pahala dari Allah
-Takut akan siksa Allah
Kemudian niat ini hendaknya senantiasa mengiringi setiap amalannya, ucapannya dan seluruh keadaannya dengan segenap semangat dalam penunaian amalnya di atas dasar keikhlasan dan kesempurnaan amal.
Bersamaan dengan itu, hendaknya dia juga menolak setiap apa yang menjadi kebalikannya, seperti:
-Riya (ingin dilihat)
-Sum'ah (ingin didengar)
-Ingin pujian di sisi makhluk
-Mengharap pemuliaan dari manusia
Jika hal itu semua ada pada dirinya, maka janganlah seorang hamba menjadikannya sebagai pusat tujuan dan akhir dari keinginannya.
Akan tetapi jadikanlah tujuannya sebagaimana asalnya, yaitu:
-Mengharap wajah Allah
-Mencari pahala Allah tanpa menoleh kepada makhluk
-Tidak mengharap sesuatu manfaat atau pujian manusia
Jika memang hal-hal yang disebutkan di atas itu ternyata didapat tanpa ada niatan maksud sebelumnya, maka hal ini tidak memudharatkan (membahayakan) pada dirinya sama sekali.
Bahkan itu adalah kabar gembira yang disegerakan untuk orang mukmin."
(Terjemah bebas dari Bahjatu Qulubil Abrar-Syaikh As Sa'di, hal. 8 dan 9, cet, Darul Furqan 2012).
Yaitu dengan memaksudkan niatnya untuk:
-Meraih wajah Allah
-Bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah
-Menuntut ganjaran yang baik dari Allah
-Mengharap pahala dari Allah
-Takut akan siksa Allah
Kemudian niat ini hendaknya senantiasa mengiringi setiap amalannya, ucapannya dan seluruh keadaannya dengan segenap semangat dalam penunaian amalnya di atas dasar keikhlasan dan kesempurnaan amal.
Bersamaan dengan itu, hendaknya dia juga menolak setiap apa yang menjadi kebalikannya, seperti:
-Riya (ingin dilihat)
-Sum'ah (ingin didengar)
-Ingin pujian di sisi makhluk
-Mengharap pemuliaan dari manusia
Jika hal itu semua ada pada dirinya, maka janganlah seorang hamba menjadikannya sebagai pusat tujuan dan akhir dari keinginannya.
Akan tetapi jadikanlah tujuannya sebagaimana asalnya, yaitu:
-Mengharap wajah Allah
-Mencari pahala Allah tanpa menoleh kepada makhluk
-Tidak mengharap sesuatu manfaat atau pujian manusia
Jika memang hal-hal yang disebutkan di atas itu ternyata didapat tanpa ada niatan maksud sebelumnya, maka hal ini tidak memudharatkan (membahayakan) pada dirinya sama sekali.
Bahkan itu adalah kabar gembira yang disegerakan untuk orang mukmin."
(Terjemah bebas dari Bahjatu Qulubil Abrar-Syaikh As Sa'di, hal. 8 dan 9, cet, Darul Furqan 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar