Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu menjawab, "Bahwasanya bisa terwujud dengan beberapa cara, diantaranya:
1. Dengan membandingkan kepada musibah yang lebih besar, yaitu dengan membandingkan antara musibah yang mengenai dunia kepada musibah yang mengenai akhirat. Maka dengan cara ini akan menjadi lebih ringan dan akan mendorong rasa bersyukur kepada Allah yang tidak menjadikan musibahnya menjadi lebih parah.
2. Mengharap pahala kepada Allah atas musibah yang mengenanya, karena semakin besar musibah yang didapat maka semakin besar pula ganjaran yang didapat. Oleh karenanya disebutkan dari para ahli ibadah bahwasanya ketika mereka mendapatkan musibah, tidaklah didapati pada mereka keluhan. Ketika ditanyakan kepada mereka tentang hal ini (tidak mengeluhnya mereka), mereka menjawab: "Sesungguhnya manisnya ganjaran (pahala) dari musibah telah melupakanku dari pahitnya kesabaran suatu musibah."
(Disadur dari Nida'atu Rabbil Alamin-Syaikh Utsaimin, hal. 17, cet. Darul Iman 2004).
1. Dengan membandingkan kepada musibah yang lebih besar, yaitu dengan membandingkan antara musibah yang mengenai dunia kepada musibah yang mengenai akhirat. Maka dengan cara ini akan menjadi lebih ringan dan akan mendorong rasa bersyukur kepada Allah yang tidak menjadikan musibahnya menjadi lebih parah.
2. Mengharap pahala kepada Allah atas musibah yang mengenanya, karena semakin besar musibah yang didapat maka semakin besar pula ganjaran yang didapat. Oleh karenanya disebutkan dari para ahli ibadah bahwasanya ketika mereka mendapatkan musibah, tidaklah didapati pada mereka keluhan. Ketika ditanyakan kepada mereka tentang hal ini (tidak mengeluhnya mereka), mereka menjawab: "Sesungguhnya manisnya ganjaran (pahala) dari musibah telah melupakanku dari pahitnya kesabaran suatu musibah."
(Disadur dari Nida'atu Rabbil Alamin-Syaikh Utsaimin, hal. 17, cet. Darul Iman 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar