Sabtu, 11 Juli 2015

Jangan Remehkan Shalat

Shalat.

Rukun Islam setelah syahadat. Salah satu hak Allah yang wajib ditunaikan setelah tauhid.

Wajar bila Umar ibnul Khaththab berkata, "Jika kalian melihat seseorang menyia-nyiakan urusan shalat, maka -demi Allah- untuk urusan yang lainnya dari hak Allah lebih mungkin lagi untuk disia-siakan."

Al Hasan ibn Ali berkata juga, "Wahai anak adam bagaimana akan datang kemulian dari agamamu jika urusan shalatmu engkau remehkan?"

Ikhwatii fillah rahimakumullah,
Coba jangan engkau tunjukkan nasehat di atas untuk orang lain, akan tetapi tunjuklah diri kita masing-masing.

Jangan-jangan kita sendiri telah sedikit meremehkan?

Atau, bahkan mungkin lebih!

Coba resapilah perbuatan Said ibn Abdilaziz. Beliau jika terluput dari shalat berjama'ah di mesjid maka beliau pun menangis.

Menangis?

Ya. Sedih dan menyesal karena telah tertinggal jama'ah shalat di mesjid.

Sampai seperti itu?

Ya.

Para salaf sangat menjaga urusan ini.

Imam Waki' memberitakan keadaan shahabatnya Imam al A'masy. Imam Waki' berkata, "Hampir 70th lamanya, beliau (Imam al A'masy) tidak pernah tertinggal takbir yang pertama (takbiratul ihram bersama imam)."

70 tahun!

Sa'id ibn al Musayyab berkata pula tentang keadaan dirinya, "Selama 40th tidaklah aku pernah tertinggal shalat berjama'ah."

40 tahun!

Kok bisa?

Beliau jelaskan, "Tidaklah seorang muadzdzin mengumandangkan adzan kecuali aku telah berada di mesjid."

Ikhwatii fillah rahimakumullah,
Lalu tersisa bagi kita pertanyaan.

Pernahkah walau sekali kita menangis karena luput berjama'ah?

Atau, kira-kira berapa kali kita sudah terluput dari takbiratul ihramnya imam?

Allah musta'an.

Imam Waki' berkata, "Barang siapa yang meremehkan urusan takbir yang pertama (takbiratul ihram) maka cucilah tanganmu darinya (jangan anggap dia)."

Duhai, alangkah kasihannya diri-diri kita ini.

Semoga bermanfaat nasehat ini bagi penulis sendiri dan juga bagi kaum muslimin.

Wallahu 'alam.

[Atsar-atsar dinukil dari Hayatus Salaf, 171-173].

Tidak ada komentar: