Selasa, 19 Desember 2017

Bijak dalam Berkomentar di Medsos


Fenomena ber-medsos di dunia maya (media sosial) bagi sebagian orang sepertinya telah menjadi salah suatu bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Walaupun hanya di dunia maya, seorang netizen (pengguna aktif medsos internet) yang baik hendaknya tetap bisa mengaplikasikan adab-adab dalam bergaul dan bermuamalah dengan sesama netizen lainnya, terlebih di dalam suatu komunitas grup.

Jika kita ingin mengupas secara rinci tentang apa saja adab-adab dalam ber-medsos, maka sesungguhnya membutuhkan banyak pembahasan dan kajian, akan tetapi cukuplah ilmu-ilmu yang telah disusun oleh para ulama salaf yang membahas tentang adab-adab islami dalam berinteraksi di dunia nyata bisa menjadi acuan utama di dalam bermuamalah di dunia maya.

Di antara adab mulia yang telah digariskan oleh syariat yang mulia ini adalah sebagaimana yang telah disabdakan oleh nabi shallallahu alaihi wasallam,

《مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت》

Artinya:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas memberikan kepada kita kepada suatu pelajaran penting bahwa seorang yang aktif berselancar di grup-grup medsos hendaknya tetap bertutur kata dan berkomentar dengan cara yang baik, karena tulisan kita sejatinya adalah ucapan kita, oleh karenanya bicaralah seperlunya jika memang dibutuhkan. Ibrahim at Taimi rahimahullah berkata,

"المؤمن إذا أراد أن يتكلم نظر؛ فإن كان كلامه له تكلم، وإن كان عليه أمسك عنه، والفاجر إنما لسانه رسلاً رسلاً"
(الصمت لابن أبي الدنيا: 247).

Artinya:
"Seorang mukmin ketika ingin berbicara hendaknya meninjau: jika ucapannya itu membawa kebaikan untuknya maka dia bicara, jika ucapannya malah membawa kejelekkan untuk dirinya maka dia menahan (tidak bicara). Hanya saja seorang yang fajir itu adalah yang lisannya mudah keluar tanpa perhitungan."
(Ash Shamt- Ibnu Abi Dunia, 7/250)

Netizen yang baik adalah seorang yang tidak banyak bicara sesuatu yang tak ada manfaatnya dan tidak mudah berkomentar atau menimpali suatu postingan. Seorang netizen hendaknya khawatir akan ketergelincirannya, Umar ibnul Khaththab radhiallahu anhu mengingatkan,

"من كثر كلامه كثر سقَطُه، ومن كثر سقَطُه كثرت ذنوبه، ومن كثرت ذنوبه كانت النار أولى به"
[جامع العلوم والحكم: ص161].

Artinya:
"Barang siapa yang banyak bicaranya niscaya akan banyak tergelincir, dan barang siapa yang banyak ketergelincirannya niscaya akan banyak dosanya, dan barang siapa yang banyak dosanya maka neraka itu lebih pantas untuknya."
(Jami'ul Ulum wal Hikam-Ibnu Rajab, hal. 161).

Semoga bermanfaat, terkhusus untuk penulisnya sendiri. Amin.

Tidak ada komentar: