Minggu, 17 Desember 2017

Menjadi Kids Zaman Now yang Lebih Baik


Seorang siswa sekolah dasar didapati tengah memposting selfi dirinya sedang menangis, sepertinya dia sedang dirudung duka yang sangat, ada apakah gerangan? Tangisan plus ratapan dramatis ternyata bukan karena dimarahi pak guru atau mendapat nilai jelek, akan tetapi karena dia tengah diputus cintanya oleh sang kekasih, masya Allah.

Di status lainnya, ada seorang pasangan yang berselfi mesra, kata-kata romantis dengan panggilan papa dan mama mengesankan pembacanya bahwa ini adalah sepasang suami dan istri, akan tetapi jauh dari dugaan, pasangan papa mama ini ternyata adalah anak-anak SD yang baru beberapa tahun kemaren masih lugu dan imut, Allahu mustaan.

Netizen (warga pengguna aktif internet) yang menyaksikan keedanan ini hanya bisa menggeleng-geleng kepala dan mengelus dada, tanpa panjang komen, netizen pun dipaksa tuk memaklumi fenomena ini, karena mereka adalah kids zaman now.

Pembaca rahimakumullah, mengapa budaya maksiat yang bernama pacaran ini tidak lagi menjadi sesuatu yang tabu untuk dikonsumsi oleh anak-anak bau kencur tersebut? Perlahan tapi pasti, pergeseran budaya maksiat ini telah menyentuh ranah kids zaman now.

Lalu kira-kira apa yang menjadi pemicu hal ini terjadi?

Pembaca rahimakumullahu, dari beberapa sebab yang ada, ternyata faktor tayangan atau tontonanlah yang kuat mendorong mereka untuk melakukan hal-hal di atas. Berbagai tayangan cinema yang menampilkan indahnya kisah asmara sekolah selalu dijejalkan ke benaknya para kids zaman now ini, disamping tabiat mereka yang masih labil, mereka pun sebenarnya tengah berada di fase peniruan. Oleh karenanya tak heran jika muncul keinginan mereka tuk meniru dan menjadi pelaku kebahagiaan laknat itu (baca: pacaran).

Oleh karenanya, di antara solusi dasar atas permasalahan ini adalah adanya peran aktif orang tua dan para pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai agama yang lurus, selaras berlandaskan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman generasi salaf.

Adalah Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, seorang shahabat nabi yang menjadi salah satu rujukan umat di masanya merupakan salah satu contoh dari keberhasilan pedidikan yang diajarkan Nabi shallahu alaihi wasallam, ketika beliau masih kisaran umur sepuluh tahunan, beliau bercerita,

كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمًا، فَقَالَ: 《يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْبِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ》

Artinya:
"Suatu hari aku berada di belakang (dibonceng) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berkata,“Wahai Nak, sesungguhnya aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa kalimat:
Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.
Jika engkau ingin meminta, maka mintalah kepada Allah.
Jika engkau ingin meminta tolong, maka minta tolonglah kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberikanmu sesuatu manfaat, niscaya manfaat itu tidak akan mengenaimu kecuali menimpa dengan apa yang telah Allah tetapkan untukmu.
Jika mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, niscaya bahaya itu tidak akan mengenaimu kecuali menimpa dengan apa yang memang telah Allah tetapkan untuk dirimu.
Telah diangkat pena dan telah mengering lembaran (takdir).”
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Imam al Albani).

Inilah beberapa pengajaran agama yang ditanamkan Rasulullah kepada seorang anak umuran sekolah dasar, apakah itu?

Aqidah ash shahihah!

Ya, seorang anak hendaknya sejak dini di ajari ilmu akidah yang lurus, di antara bentuk pengajarannya adalah sebagaimana yang tercantum pada poin-poin hadits di atas:
1. Menjaga hak-hak Allah dengan melakukan ketaatan dan menjauhi larangan Allah, tidak seperti kids zaman now yang mungkin karena kurang keilmuan dan keimanannya malah bangga jika bermaksiat, seperti pacaran, mabuk-mabukkan dsb.
2. Selalu menjadikan Allah sebagai tempat mengadu dan meminta, dengan ini akan menempa jiwa kids zaman now tuk tidak mudah lebay mendramatisir postingan-postingan keluhannya di medsos.
3. Optimis dan berani dalam melangkah tuk menempuh sebab-sebab positif karena memahami bahwa manfaat dan bahaya telah ditetapkan oleh Allah, jika ini telah ada pada jiwa kids zaman now, insya Allah penyakit galau tidak akan menjadi suatu hal yang dibiarkan berlarut, apalagi sampai membuat tindakan konyol semacam bunuh diri dll.

Semoga Allah menjaga generasi kita dari kejelekkan dan menjadikan kita dan mereka sebagai hamba-hamba Allah yang mentauhidkan-Nya, amin.

Tidak ada komentar: