Ungkapan yang membuat tersenyum saat mengingatnya. Mayoritas kita mungkin mengalami momen ini saat kecil. Olok-olok seseorang kepada temannya dengan menggunakan orang tua sebagai objek, akan ramai jadinya, karena yang diolok orang tuanya pasti tidak terima, sehingga ia pun akan membalas olok-olokan tersebut. Bahkan tak jarang, saling balas olok-olokan tersebut berakhir menjadi serius, berakhir dengan permusuhan dan adu fisik.
Terkesan biasa dan tak ada masalah, alasan masih kecil menjadi tameng untuk melegalkan fenomena ini. Tapi tahukah, perkara ini sebenarnya kurang baik, karena akan menyekam dendam dan perselisihan antar perkawanan. Terlebih adanya larangan dari syariat Islam yang bersumber dari suatu hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, yang dibawakan oleh shahabat Abdullah bin Amer ibnul Ash radhiallahu,
مِنْ اَلْكَبَائِرِ شَتْمُ اَلرَّجُلِ وَالِدَيْهِ. قِيلَ: وَهَلْ يَسُبُّ اَلرَّجُلُ وَالِدَيْهِ? قَالَ: نَعَمْ. يَسُبُّ أَبَا اَلرَّجُلِ, فَيَسُبُّ أَبَاهُ, وَيَسُبُّ أُمَّهُ, فَيَسُبُّ أُمَّهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya,
“Termasuk dosa besar ialah seseorang memaki orang tuanya.” Ada seseorang bertanya, “Mungkinkah ada seseorang yang memaki orang tuanya sendiri?” Beliau bersabda, “Ya, ia memaki ayah orang lain, lalu orang lain memaki ayahnya dan ia memaki ibu orang lain, lalu orang itu memaki ibunya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Mengolok-olok orang tua teman berarti sama saja mengolok-olok orang tua sendiri, naudzubillah. Patutkah perbuatan ini dibiarkan? Tentu tidak! Jangan sampai anak-anak kita atau anak-anak didik kita sejak kecil dibiarkan mengamalkan perbuatan dosa. Ingat, mengolok-olok orang tua hukumnya adalah dosa besar. Mereka adalah tanggung jawab kita semua. Wallahu alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar