Rabu, 11 Desember 2019

Dulu Si Boy, Sekarang Dilan


Dulu, kawula muda jadul generasi di akhir era 80an atau awal 90an mengenal sosok pemuda idaman nan ideal dengan tokoh Si Boy. Tokoh fiktif yang diidolakan oleh kawula muda di zamannya ini muncul dari film yang edar di akhir tahun 80an. Si Bad boy ganteng ini selain baik hati, juga suka menolong. Tak cukup, Si Boy dikenal pula sebagai pemuda alim (baca: shalih). Shalat dan ucapan istighfar dari Mas Boy kadang terucap di tengah kehidupan dugem dan asmaranya (baca: pacaran). Jadilah Si Boy, teladan kawula muda kala itu.

Kini, sosok Si Boy tak lagi dikenal, generasi telah berganti, kini Dilan ambil posisi.

Film Dilan yang terangkat dari sebuah novel laris ini, bercerita tentang seorang murid yang berada di salah satu sekolah menengah atas. Seperti Si Boy, seniornya, Dilan di kenal pula sebagai sosok murid bad boy ganteng yang memimpin salah satu geng motor. Bad boy tapi romantis, inilah imej Dilan. Gombalan dan rayuan full memadati gaya pacaran generasi milenial ini. Lagi-lagi, disamping itu semua, Dilan digandengkan dengan predikat ke-shalihan dan taat beribadah. Fix, Dilan seorang bad boy shalih yang hobi menggombal, sempurna lekat di hati generasi milenial.

Walau tak sama, baik dari sisi kehidupan atau latar belakang, Si Boy dan Dilan bisa kita tarik benang merah. Mereka ditancapkan sebagai figur kaum muda melalui media baca dan cinema. Menjadi Bad boy atau anak nakal yang suka pacaran adalah suatu yang wajar, tapi ingat, asal tetap alim dan shalih maka tak masalah. Walhasil, imej menjadi anak alim atau shalih tak mesti harus duduk di masjid dan men-jomblo. Anak shalih boleh juga nakal dan pacaran, bahkan keduanya bukan lagi suatu kemungkaran yang harus diingatkan. Allahul musta'an.

Padahal teramat banyak ayat atau hadits yang mengecam tentang kenakalan dan pacaran ini. Lalu, apakah kita mau jadi salah satu korbannya? Tentu tidak. Kaum muda hendaknya menyibukkan diri dengan suatu yang bermanfaat. Akan lebih manfaat jika masa muda ini kita habiskan dengan memperdalam ilmu agama melalui kajian-kajian salaf atau menghafal Al Quran. Sehingga di masa tua tidak menjadi orang yang bodoh dan dikubur hanya bisa menjawab, "hah hah, aku tidak tahu" ketika malaikat bertanya tentang siapa Rabb-mu, siapa nabimu dan apa agamamu.

Ayo kaum muda, semangatlah dalam thalabul ilmi syar'i!.

Tidak ada komentar: