Abu Amr Asy Syaibani berkata, "Pemilik rumah ini menyampaikan kepadaku -sambil menunjuk tangannya ke rumah Abdullah (ibn Masud)-
سَأَلْتُ النبي صلى الله عليه وسلم: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ؟
قَالَ : الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ
ثُمَّ أَيٌّ ؟
قَالَ : ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ،
قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ؟
قَالَ ثُمَّ الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ
قَالَ : فَحَدَّثْنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتّزَدْتُهُ لَزَادَنِى
Artinya:
"Saya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Amalan apakah yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla?."
Nabi menjawab, "Shalat pada waktunya".
Kemudian aku bertanya lagi, "Lalu apa lagi?."
Rasulullah menjawab, "Kemudian berbuat baik kepada kedua orang tua".
Lalu apa lagi?"
Rasulullah menjawab, "Kemudian jihad fi sabilillah."
Aku berkata, "Rasulullah menerangkan perkara tersebut kepadaku. Jika aku meminta tambahan lagi kepada beliau, niscaya beliau akan menambah lagi untukku.'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh
Zaid al Madkhali rahimahullahu memberikan beberapa faidah dari hadits ini, di antaranya:
Amalan yang pertama adalah shalat pada waktunya, yang dimaksud dengan shalat di dalam hadits ini adalah shalat yang benar, yaitu shalat yang memenuhi standar penunaian di dalam rukun-rukunnya, syarat-syaratnya dan kewajiban-kewajibannya sebagaimana tata cara shalat Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, "Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat."
Amalan yang kedua adalah Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Birrul walidain, sebagaimana yang telah lewat, adalah termasuk amalan wajib yang harus ditunaikan oleh seorang anak, baik laki-laki atau perempuan di hadapan kedua orang tuanya dengan segenap kemampuan yang ada, yaitu dengan cara mengerjakan perintah keduanya di dalam hal yang maruf (kebaikan) dan ketaatan. Juga menjauhi sikap uquq (durhaka) yang tercela terhadap keduanya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mewasiatkan tentang birrul walidain ini sebagai sebesar-besarnya urusan, yaitu ketika didahulukannya penunaikan birrul walidain dibandingkan dengan berjihad di medan perang. Telah shahih bahwa ada seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan berkata, "Aku ingin berperang bersamamu."
Maka Nabi menjawab, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?"
Lelaki itu menjawab, "Ya, keduanya masih hidup."
Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Kepada keduanyalah engkau berjihad." (HR. Bukhari dan Muslim).
Amalan yang ketiga adalah jihad fisabilillah, diawal kali seorang berjihad adalah menjihadi jiwanya sendiri sampai bisa menegakkan perintah-perintah Allah dan menjauhi berbagai keharaman Allah serta bertafaqquh (mempelajari) agama Allah, mengamalkannya dan mendakwahkannya. Setelah itu, kemudian jihad di medan tempur ketika memang seorang dai tersebut dikehendaki demikian, dan jihad harus dibawah bendera (komando) pemerintahan muslim (yang sah) dalam rangka (meniatkan diri) untuk menegakkan kalimat Allah serta untuk menghilangkan kezhaliman dan kelaliman dari kaum muslimin dan muslimat.
(Disadur dan Diringkas dari Syarah Kitab al Adabul Mufrad-Syaikh Zaid al Madkhali, jil. 1, hal. 13 dan 14, cet. Darul Mirats an Nabawi 2015)
Channel Telegram
PetikanFaidahHadits
#tiga_amalan_yang_paling_dicintai_allah